Kekosongan Jiwa

157 9 0
                                    

Aku sudah dalam keadaan tenang, Namun air mataku sedari tadi tidak mau berhenti untuk terus turun, Dadaku rasanya sesak sekali, sekian banyak memory terus berputar dikepalaku.

"Nek, seandainya Nada bisa melihat waktu, Nada ingin membunuhnya dengan pisau paling tajam di dunia, dan melemparnya di jurang yang paling dalam, Nek, Nada hanya ingin nenek tetap berada di samping Nada, memarahi Nada, merindukan Nada, tanpa pernah hilang dan berhenti melakukan segala hal yang membuat Nada kadang merasa jengkel"
Aku terus saja menangis tanpa suara, Air mataku bahkan tak bisa lagi dihentikan.
Aku tidak memperdulikan siapapun yang datang hari ini yang Aku tau aku hanya ingin nenek ada disini menyalurkan peluk semangat yang sering dilakukam dulu ketika Aku lelah

Setelah semua keluarga kumpul, Kami semua siap menguburkan jenazah nenek, semua keluarga bersiap mengangkat keranda Tapi fokusku teralihkan ketika melihat Arsyad mengambil alih bagian peling depan, Ahhh peduli apa tentang pria itu bahkan dadaku masih terasa sesak, Akhdan sendiri sudah kelihatan ada didalam sejak aku datang, dan dia melarangku ikut ke pemakaman, memang yang perempuan tidak seluruhnya ikut, hanya beberapa yang memang sudah sedikit tenang. Sedangkan Aku, mama dan yang lain dirumah, mama sudah tegar, mama sedang menyiapkan lauk untuk nanti mereka pulang setelah pemakaman, Aku sendiri malah duduk di gazebo belakang rumah dengan bingkai foto aku bersama dengan nenek, setidaknya hanya gazebo belakang yang sepi dan tidak ada orang, Aku slalu ingin sendiri ketika Hatiku sedang hancur.
Meskipun berulang kali Afra atau fatah memarahiku, agar aku tidak selaku merasa sendiri, ada Allah, ada banyak orang disampingku.

Aku hanya menangis dalam sepi, Dengan suara pepohonan yang sesekali melambai riuh karena tertiup angin.

"Apa kamu slalu suka sendiri?"
Aku menoleh ketika suara seseorang menghentikan ingatanku.
Aku diam, menatapnya beberapa saat lalu kembali menatap lurus kedepan

"Boleh saya duduk disitu?" Tanyanya lagi, Aku diam tapi dia sudah duduk disampingku,. Berjarak dengan sebuah boneka Smurf yang lumayan besar, Ahhh kenapa dia tau kesukaanku?

"Ada apa?" Tanyaku sarkatis, tidak ingin bertele-tele perihal kedatangannya dihadapanku.

"Kamu tau Nada?" Tanyanya, Aku diam, membiarkannya melanjutkan kalimatnya yang mungkin sengaja dihentikan

"Hal yang paling Saya benci, ketika saya melihat orang yang ingin saya bahagiakan dalam keadaan bersedih dan merasa kosong tetapi saya tau saya tidak bisa melakukan apapun" katanya lagi, Rasanya aku tidak ingin terbang atau melambung dengan jutaan kalimat gombalnya.
Hatiku hanya merasa kosong sekarang.

"Sudah lah Syad, aku ingin sendiri" sergahku, aku benar-benar tidak ingin diganggu

"Boneka smurf ini yang akan menemanimu, ah ya namanya Nasyad" katanya lagi sambil tersenyum lalu berlalu pergi meninggalkan Aku, boneka smurf ah dan satu mangkuk soto yang mungkin sengaja dia beli untukku

Aku tersenyum, mengambil smurf itu lalu memeluknya erat, Aku hanya ingin mengantarkan segala kesedihanku, aku hanya ingin ada orang yang bisa kupeluk atau mungkin kugenggam tangannya ketika Aku merasa takut ataupun sedih.

"Aku percaya apa yang hilang akan digantikan dengan yang baru, tapi mengapa harus begitu? Apa jika mau bahagia harus mengorbankan bahagia juga?" Gumamku sambil terus memeluk boneka.

Arsyad 🤗
Makan, Atau aku suruh Fatah menyuapimu

Sebuah pesan masuk membuat ponselku menyala dan menampilkan nama Arsyad.
Ah dia mengirim pesan singkat untukku. Dan kini Aku tersenyum, Aku menoleh kebelakang dan kudapati dia sedang bersandar di penyangga pintu belakang ruumahku, dia tidak benar-benar pergi ternyata.
Aku tersenyum kearahnya begitupun dia.
Aku mengetik pesan balasan untuknya

The Secret LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang