Akhir yang bahagia

216 13 0
                                    

Setelah hari yang cukup melelahkan, Akhirnya Aku bisa menemukan kasur juga, Aku rebahkan tubuhku di atas kasur masih mengenakan pakaian pengantin, Aku bahkan tidak bisa Berjalan meskipun selangkah, Rasanya Kepalaku sangat pusing.

"Kamu belum ganti baju? Emang kamu ngga gerah?" Sebuah pertanyaan dari seorang laki-laki berhasil membuatku bangkit dari kasur lalu duduk dengan wajah cemberutku, Aku masih tidak menatapnya, Aku menatap lurus kearah jendela.

"Hei! Kamu kenapa?" Arsyad yang sudah berdiri di hadapanku berhasil membuatku terkejut hebat.

"Astaghfirullah" seruku sambil menutup mataku dengan bedcover.

"Kenapa?" Tanyanya dengan senyum menggodanya

"Kamu apaan sih! Pakai baju dong, emang ngga malu apa diliatin org gtu, Itu Aurattt Arsyadddd" teriakku masih tetap menutup wajahku, Tapi Arsyad sepertinya tidak mendengarkanku, dia malah duduk di sampingku.

"Memangnya kenapa? Salah? Udah halal ini" katanya santai.
Dia ngga mikir, Ini aku udah lemes banget, Apa dia ngga tau? Kalau aku slalu ketakutan jika terkurung berdua dengan seorang laki-laki, Apa doa tidak tau? Kalau aku ada trauma? Ahh pria ini, Katanya selalu mengetahui tentangku, tapi ini.

"Arsyad!" Aku membentaknya, dan berdiri. Dia hanya mengangkat alisnya tanpa ada. Rasa berdosa, kesal aku berjalan ke kamar mandi dan membasuh mukaku, mengganti pakaianku, jujur memang gerah sih dengan gaun seperti ini, Tapi tadi kepalaku sangat pusing, jadi Aku lebih memilih gerah daripada pingsan.

Aku sudah mandi, Tubuhku kini kembali segar, tapi sialnya, Aku lupa, Bahkan Aku kesini tidak membawa baju satupun.

"Syad?" Panggilku dengan menyembulkan sedikit wajahku, Arsyad sedang sibuk dengan ponselku di atas kasur
Satu detik
Dua detik
Tiga detik.

"Arsyad? Kamu lagi ngapain ponsel Aku?! Teriakku, tapi yang di teriakki tidak sama sekali merespon, masih sibuk memainkan jarinya di atas ponsel milikku.

"Arsyad!" Kali ini Aku benar-benar jengkel, Dan keluar dari kamar mandi hanya dengan handuk yang terlilit sampai lutut.
Arsyad menoleh kearahku, dia menatapku dari atas sampai bawah, dan setelah satu menit Aku baru menyadari kalau Aku hanya menggunakan handuk.

"Hei! Jangan ngintip" teriakku dan melempar Handuk ke wajahnya yang terlilit di kepalaku.

"Kamu..." Katanya namun Aku langsung menyelanya.

"Nggak, keluar sana, jangan ngintip, cepetan Arsyad ihhh" teriakku kesal.

"Iya iya" katanya lalu bangkit berdiri dan keluar dengan wajah yang di tekuk, dengan cepat Aku memakai pakaianku dan hijab instan.
Tidak lama, Arsyad masuk dengan santai dan duduk di sofa.
Aku juga tidak peduli, entah moodku sedang tidak bagus, kepalaku pusing dan Rasanya Aku ingin marah terus.
Aku berbaring, dan mulai memejamkan mataku, tidak peduli lagi dengan pria yang kini sibuk dengan ponsel.
Menurutku, Ini bukan malam pertama yang mengesankan, Aku juga tidak akan siap begitu saja, tidak mudah memberikan sesuatu yang kita jaga sejak lama, dan menghilangkan trauma begitu saja menurutku sulit.

"Kamu sakit?" Pertanyaan itu berhasil membuatku membuka mataku, tangan Arsyad mengelus pipiku lembut, Aku masih menggunakan hijabku, tanpa mau membukanya, Aku benar-benar belum siap. Sungguh.
Aku menggelengkan kepalaku, dan menepis tangannya dengan lembut.

"Kamu kenapa? Cerita sama Aku" kata Arsyad lagi.

"Kamu kenapa sih nanya mulu? Bawel banget! Kepala Aku pusing, Aku mau tidur" gertakku dengan nada yang cukup membuat Arsyad melongo.

"Yaudah kamu tidur" Ucap Arsyad lembit lalu mencium keningku sekilas, Dan setelah itu Hanya mimpi yang indah yang ju temui.

                                *****

The Secret LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang