Pov Arsyad
Satu minggu yang lalu Aku mendengar kabar dari Fatah bahwa Neneknya Nada sedang drop, untungnya Nenek dirawat dirumah sakit Ayahku, bahkan Aku yang memeriksanya, yang Aku tau keadaanya baik-baik saja, Paru-parunya pun memang tidak sampai parah, Hanya saja struk yang dialaminya menyebar hingga tidak bisa bicara tapi selama satu minggu nenek dirawat aku masih bicara biarpun tidak begitu jelas, bahkan sempat bicara denganku.
Saat itu ada perawat muda namanya pun sama seperti panggilan Nada dirumah, yaitu Syifa, dia yang memaniku saat memeriksa Nenek.
Sewaktu Syifa menyuapi makan malam untuk Nenek, karena Mama sedamg sholat isya, ah iya mama adalah panggilanku untuk orang tua perempuannya Nada, saat Aku bilang mengenal Nada, mama langsung memintaku memanggilanya seperti itu, Baik sekali pikirku.
Dan disitulah senyum nenek tidak juga pudar, seperti ada kebahagiaan yang ditatap, dia menatap syifa seperti bidadari yang turun dari khayangan, seperti obat tersendiri untuk nenek."Nek, kenapa? Senyum-senyum terus cerita dong" tanyaku sambil membenarkan selang infus nenek.
"enek, uga unya cucu cantik, manya ama ifa" katanya tidak jelas, tapi Aku mengerti, Aku langsung tersenyum ketika mendengarnya, nenek begitu menyayangi Nada rupanya.
"Seperti apa cucumu nek?" Tanyaku dan kini duduk di kursi samping tempat nenek terbaring.
"Antik eh okoknya" ujar nenek sambil memberikan jempolnya kepadaku.
"Aku boleh mendengar tentangnya" kataku lagi, Aku hanya ingin mengajak nenek bicara sekaligus mendengar cerita tentang nada, Mungkin sejak hari itu Aku menyukai cerita tentangnya, selalu membuatku tersenyum dengan penilaian orang-orang tentang dirinya.
"Ifa enah au adi okter, atanya au embuhin Enek" katanya lagi dengan terbata-bata.
Aku diam masih dengan senyum, Mama juga belum balik jadi Aku masih heus menjaga Nenek."Api nda isa, ata ia esnya agal, api ata ia anti aminya okter" lanjut nenek lagi, Aku masih tersenyum, menggenggam tangan nenek dengan lembut, sedikit mentransfer semangat untuknya.
"Aamiin, Kalau Aku yang jadi suaminya gimana nek? Nenek setuju nda?" Tanyaku dengan berani pada nenek.
"Uju anget, Amu mah aik, enek uka, ifa asti uka" katanya lagi sambil tersenyum.
"Nenek kangen sama Syifa?"
"Ia angen, api angan ilangin ia enek asuk umah akit, ia ga uka umah akit, iain ifa elajal ausah esini anti alah eganggu elajalnya" kata nenek, kini senyumnya mulai pudar, Aku yakin nenek pasti sangat merindukan syifa, tapi Aku masih bingung dengan ucapan nenek yang katanya syifa nggak suka rumah sakit, kalau begitu alasan dia ngga mau jadi dokter ya karena dia takut rumah sakit bukan karena gagal ikut tes.
"Yaudah mamah udah dateng, Arsyad mau keluar ya nek, mau jenguk pasien lain, Assalamu'alaikum nek" kataku lalu mencium tangan nenek dengan sopan.
Aku menghampiri mamah lalu mencium tangannya juga.
"Mau mama ceritain tentang Nada syad?" Tanya Mama, berhasil membuatku tersenyum kikuk, pikirky sejak kapan Mama berdiri didekat sana, apa mama mendengar pembicaraan Aku dan nenek, kalo iya aku pasti malu banget.
"Ngga deh mah, Aku mau cek pasien lain" kataku
"Yaudah kalau gitu, hati hati ya syad"
"Assalamu'alaikum ma" pamitku lalu menyalimi tangannya.
Aku keluar dari ruangan dengan senyum yang tak pudar."Syad"
Aku menoleh ketika mendegar namaku dipanggil, Ya itu Bang Hanafi, dia kelihatan habis bawa makanan, jam besuk masih lima belas menit lagi, jadi dia masih bisa masuk.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret Love
SpiritualKata orang masa depan memiliki kaitan yang kuat dengan masa lalu, mungkin benar karena semua terjadi begitu saja, tanpa Aku sadar orang yang mempertemukan Aku dengan masa depanku adalah orang yang sangat berperan dalam masa laluku, Aku membenci meng...