Dua Peristiwa

231 14 0
                                    

"Kamu suka senja kan?"
Tanya Akhdan padaku yang sedari tadi sibuk memperhatikan Langit yang mulai gelap.
Ya senja akan tiba dan kali ini untuk kesekian kalinya Aku memandang senja bersamanya, Aku suka senja karena dulu dia yang membuatku menyukai senja sejak awal. Ya pria yang duduk disebelahku, Ahh entah ini sudah yang keberapa kali seperti Dejavu, tapi tidak ini kenyataan yang berulang.

"Ngga, Aku ngga suka senja, mending sekarang balik, udah sore, Aku takut Afra khawatir" Ucapku lalu berdiri membiarkan pemandangan senja yang tampak begitu indah, Ahh dia jahat kenapa dia membuatku nelangsa seperti ini, hatiku seakan akan bertengkar dengan Otak, Aku tak terima seperti ini. Ini keterlaluan

"Mil, Duduk Aku mohon, Aku rindu"

"Aku ngga bisa ninggalin prinsip Aku demi kamu, Kamu itu siapa Aku? Cuma masa lalu, inget masa lalu itu belum tentu jadi masa depan"

"Aku nyesel, kamu harus tau banyak hal dariku, tapi ini bukan waktu yang tepat untuk kamu mengetahuinya, Mil, kalau emang kamu ngga punya perasaan lagi, ganti Nama Semua Toko kamu jadi nama orang yang sekarang gantiin posisi Aku di hati kamu"

Aku diam, Aku tak berani menatap matanya Atau Aku akan kembali luluh seperti dulu, matanya itu ajaib membuatku seketika diam dan tak bisa berkata.

"Tatap mata Aku mil, slalu aja kamu setiap bicara sama Aku slalu menghindari kontak mata denganku, ada apa? Apa kamu takut untuk jatuh cinta lagi?"
Akhdan berhenti sejenak, mengunci pandangannya kearahku, Aku tak mampu lagi berkata, Aku menundukkan wajahku tanpa meliriknya sedikitpun, Ini yang ke tiga kalinya dia bicara se serius ini kepadaku.

Karena menurutku dia tipe pria gila yang ngga pernah bisa serius, ataupun menanggapi setiap kata itu serius.

"Nad, kamu ngga pernah mau denger semuanya? Kamu ngga pernah tanya ke Aku tentang semuanya? Tentang kemana Aku pergi? Tentang bagaimana perasaanku ke kamu? Tentang hubungan kita? Tentang Hubungan Aku dengannya? Kamu tak pernah bertanya padaku bukan? Kenapa?! Kenapa kamu ngga pernah bertanya? Sekarang tanyakan semuanya padaku, Aku sudah menyiapkan semua jawabannya"

Hatiku berdesir mendegar ucapannya, Air mataku, Ohh tidak Aku ingin menangis, Aku ini cengeng, benar-benar cengeng jika menyangkut tentangnya, Kenapa Aku jadi lemah begini? Heii Nada, kemana kamu yang selalu tersenyum?
Tidak, Aku tidak boleh menangis.
Aku menarik nafas pelan, lalu memutar tubuhku berbalik ke arahnya, memberanikan diri untuk menatap matanya.

Mata kami saling mengunci beberapa saat, memoryku berputar menuju peristiwa masa lalu, Tentang pertemuan tentang hujan dan tentang senja.

"tujuanmu bicara seperti itu apa? Mau membuatku kembali? Tujuanmu membuatku kembali apa? Menyakitiku lagi? Kamu sudah menyakitiku bahkan menghancurkan semuanya, ya kau menghancurkan setiap mimpi yang Aku tulis dalam diary, Aku tak ingin mendengar semua ucapanmu yang manis namun nyatanya sepait pare, Aku hanya ingin katakan padamu satu hal, Kamu berhasil mematahkanku.
Dan satu lagi perihal semua pertanyaanmu biar waktu yang membuktikan, sekarang biarkan Aku tenang"

Aku berkata sambil terus memandangnya, lalu melepaskan pandanganku kesekitar pantai, senja terlihat indah, tapi tidak untuk hari ini

"Bahkan Mulai hari ini tak menyukai senja karena senja hari ini tak lagi indah, Aku hanya menyukai langit, Tanpa langit, senjapun tak akan ada"
Ucapku lagi. Aku berbalik arah berniat untuk kembali.

"Nada...!"
Aku dan Akhdan menoleh kearah seorang pria yang berdiri, dengan setelan kemeja putih dan celana jeans dengan warna yang hampir sama setiap harinya.

"Arsyad". Ucapku dan Akhdan bersamaan

"Kita balik sekarang"
Arsyad menarik tasku, membiarkan Akhdan mematung sambil terus menatap Arsyad, Akhdan berdiri

The Secret LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang