Epilog

299 14 2
                                    

Dua tahun setelah Aku menikah, Aku dikaruniai Anak laki-laki yang tampan.
Namanya Akhdan Dhyaulhaq, Aku yang meminta nama itu, Bukan, bukan Aku belum bisa melupakan Akhdan, tapi Aku ingin Akhdan tetap hidup walaupun berbeda, Anakku sudah berumur hampir satu tahun lebih tepatnya 11 bulan, sudah bisa bicara biarpun masih

"Bunda cepet dong" Teriakan itu berasal dari ruang tamu, Arsyad suamiku tercinta yang sudah menunggu dari tadi dia selalu saja bawel, dan tidak sabar menunggu.
Kami akan berkunjung ke rumah Ibu, setelah itu kami berkunjung ke makam Akhdan, Yang selalu kami kunjungi satu bulan sekali, itu menjadi jadwal penting buatku, Aku juga kadang maish merindukannya, Kalau Arsyad Pergi ke Yogya jika keadaan darurat dalam beberapa minggu, Aku bisa nangis seharian hanya karena tidak mau kesepian.

Aku keluar dari kamar, dan menemukan Arsyad yang sedang sibuk main dengan jagoannya.

"Nda, Aya aat" Rengek Akhdan kecilku, selalu begitu,, Arsyad suka sekali menggoda Akhdan sampai nangis, Aku yang selalu jadi korban.

"Sini sama bunda" dengan sigap Aku langsung mengambil Alih Akhdan ke dalam gendonganku.
Kami berjalan terlebih dahulu keluar, dan setelah itu Akhdan membukakan pintu penumpang untuk Ratu dan pangerannya.
Seperti yang dia katakan, Aku adalah ratu baginya, dan selama ini begitu, dia memperlakukan Aku seperti Aku adalah Ratu yang sangat di cintainya.

Mobil sudah melaju keluar Komplek rumah kami, dan menuju Rumah Ibu.
Di perjalanan Akhdan hanya diam sibuk dengan mainan di tangannya, kadang di gigit-gigit atau kadang nangis, sibuk dengan aktivitas tidak jelasnya.

"Yang, Abis dari makam, Pacaran dulu yuk" Ajak Arsyad, membuatku menoleh, alisku saling beratautan bingung apa maksudnya.

"Iya, Berdua aja jalan gitu" Jelas Arsyad menuntaskan kebingunganku

"Lah? Kok gitu? Akhdan nya gimana?" Tanyaku bingung

"Di tinggal lah, di titipin dulu ke Ibu, Pasti Ibu mau" jelas Arsyad lagi

"Ngga ah, Ngga mau" Tolakku.

"Yaudah ngga usah ke makam Akhdan" Ancam Arsyad dengan bibir yang di kerucutkan, Membuat Arsyad tambah menggemaskan menurutku.

"Iya iya, Aku manut aja kata imam" Sahutku mengalah
Sedetik kemudian Arsyad tersenyum dan mobil berhenti, sudah sampai didepan rumah Ibu.

"Sini Akhdan aku yang gendong" Pinta Arsyad sambil merentangkan tangannya, menarik Akhdan ke pelukannya.

"Assalamu'alaikum" Sapaku ketika sampai di depan pintu rumah Ibu.

"Wa'alaikumussalam" Jawaban dari dalam dan pintu terbuka, sudah banyak orang ternyata, Keluarga Arsyad sedang berkumpul, syukurlah dengan begitu Aku bisa alasan jika Arsyad mengajak jalan-jalam berdua.

Aku ikut bergabung bersama yang lain, Akhdan sudah berada di tangan Bang Hafadz, Aku tidak boleh memanggil Bang Hafadz dengan embel-embel Mas, Arsyad akan marah, atau ngambek dan diemin aku sampai beberapa hari.

"Mah, Nitip Akhdan dulu ya" Kata Arsyad tiba-tiba, Aish, suamiku ini menyebalkan, Baru juga Aku duduk dia sudah melayangkan aksinya.

"Emang kamu mau kemana A?" Tanya Ibu matanya fokus pada Layar yang menampilkan drama serial.

"Mau pacaran Mah" Jawab Arsyad santai, Aku mencubit pinggang Arsyad.

"Sakit Yang, ih" keluh Arsyad sambil menggenggam tanganku.
Aku slalu kalah jika Arsyad sudha begini, Menyebalkan.

"Yaudah Atuh syad, ngga papa, biarin Syila ada temennya" Kata Kak Fita istri bang Hafadz, Arsyad langsung tersenyum penuh kemenangan kearahku.

"Yaudah Ayoo" ajak Arsyad langsung menarikku, dasar pemaksa.
Aku mengikuti langkahnya, Dan sampai di mobil aku hanya diam, sama sekali tak mau memandangnya, Aku sebal.
Pertama Kami mampir ke makam Akhdan terlebih dahulu, barulah Akhdan menjalankan mobilnya entah kemana, Aku tidak tahu, terserah dia.

"Kamu kenapa sih yang? Diem aja" tanya Arsyad, Mobilnya sudah berhenti di pinggir taman, Aku masih memandang luar jendela, Sedangkan Arsyad masih berusaha merayuku.

"Bun, Udah dong, Kan kita pacarannya dirumah, Bikin Adik buat Akhdan" Ucap Arsyad membuatku menoleh.

"Dasar" kataku sambil mencubit Perutnya, membuatnya meringis kesakitan.

"Udah dong jangan ngambek lagi yang" Rajuk Arsyad dengan nada memelasnya, Aku masih tak menggubrisnya, Malah Aku sibuk memainkan ponselku, membuat Arsyad geram, Aku slalu saja begitu jika marah, slalu diam dan Tak meresponnya sedikitpun.
Arsyad melajukan mobilnya, Kearah Rumah kami, benar-benar dia memang keras kepala.
Sesampainya dirumah, Aku hanya duduk di sofa tanpa minat, Ku lirik Arsyad juga sudah duduk di sampingku.

"Yang?, Udah dong ngambeknya, Kamu kalau ngambek diam gini Bikin aku jadi rungsing sendiri" keluh Arsyad sambil menggenggam tanganku.
Aku tetap tidak meresponnya, Arsyad menangkup wajahku, Tapi Aku tak menatap kearahnya.
Arsyad mendekat, kurasakan deru nafasnya di cuping hidungku, Membuat mataku refeleks menatapnya, detak jantungku sudah tak seirama sejak tadi.
Dan dia mencium keningku dengan lembut, Aishh kalau Arsyad sudah begini, Aku jadi Meleleh dan kalah.

"Maafin Aku, kalau bikin kamu kesel" Katanya lembut, sangat lembut membuat buluku meremang dan Jantungku berdetak tak karuan.

"Aku Gak suka kalau kamu marah, Hari ini, Aku mau berdua sama kamu, Aku kangen di manjain sama kamu"
Aku diam, mataku menatap matanya dalam, Dan Aku mulai kalah dalam lembut dan tulusnya cinta seorang Arsyad.

"Aku ngga marah sama kamu" Jawabku pelan namun masih terdengar olehnya, senyum Arsyad terbentuk dengan sempurna.

"Kamu Tau? Aku slalu minta sama Allah supaya Allah ngasih aku yang terbaik" Katanya, Aku sudah memposisikan kepalaku di dada bidangnya, Tangan Arsyad melingkari tubuhku, memainkan rambutku yang sudah tergerai, Dia slalu suka memainkan rambutku jika sedang berdua seperti ini.

"Terus Allah kasih?" Tanyaku

"Allah Nemuin Aku sama kamu, Aku kaget liat kamu yang lagi bengong di depan gerbang kayak orang Apaan tau, disitu ada yang aneh, dorongan kuat buat Aku mau tau nama kamu, Aku slalu ceritain ke Allah tentang kamu, Tentang gadis yang kutemui di depan gerbang.
Saat Aku tau nama kamu, Mulai hari itu nama kamu slalu ku selipkan dalam doaku"

Aku tersenyum lalu mendongak menatapnya.

"Kamu tau? Aku perempuan paling beruntung Karena Aku menjadi wanita yang paling di cintai Ketua FDR"

"Kamu bisa gombal juga yang? Belajar sama siapa kamu?" Tanyanya Sambil terkekeh kecil, Menarik hidungku menjadi kebiasaanya.

"Aish, Kebiasaan, Hidungku jadi merah, Kamu tuh bisa gak sih, Jangan..."
Aku berhenti bicara karena dengan lancangnya Arsyad membungkam mulutku dengan ciumannya.
Dan hingga sore, yang terjadi hanya jalinan kasih antara kami, Cerita ini akan terus menjadi cerita paling menarik bagiku, Tentang Akhdan Reynad yang pergi, tentang Afra yang sudah bahagia dengan Orang yang pernah ku cintai, dengan orang yang pernah mencintaiku, Tentang Raja yang masih saja Menggangguku setiap Aku dan Arsyad kencan, atau tentang Alesya yang slalu menganggap aku adalah kakanya, tentang Hafadz yang kini menjadi Iparku yang bawel, kadang dia sering membuat Arsyad cemburu, Atau tentang keluargaku yang sudah bahagia dengan hidup masing-masing, Dan Tentang Arsyad, suami tercintaku yang slalu mendukungku, yang slalu menggenggam tanganku ketika Aku lemah, yang slalu menasehatiku dengan segala cara, yang slalu membuatku jatuh cinta ketika dia memandangku dengan penuh ketenangan, dan slalu membuatku jengkel ketika dia sedang minta di manja, Bahkan Arsyad lebih manja daripada Akhdan, Akhdan jika sudah besar jadilah Seperti Ayahmu, Yang slalu menjunjung Syariat islam dalam kehidupannya, Menjadi Umat yang begitu mencintai Rosull-Nya dan slalu mencintai Rabbul Al Amin.
Akhdan, Jadilah Hafidz Qur'an agar kita bertemu di surganya.

Love You Akhdan dan Arsyad (Ayah)
Bunda sayang kalian. 😘

The Secret LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang