Pergi untuk Kembali

168 12 0
                                        

Aku tidak pernah berpikir bahwa setiap kejadian adalah sebuah takdir ketika sesuatu yang ku genggam erat menghilang, aku melupakan takdir, bahwa setiap orang akan merasakan mati.
Aku telah kehilangan binar mata meneduhkan milik seseorang yang selalu ku rindu sekarang ini.
Aku merasakan kesepian yang sesungguhnya, merasakan hampa dan tidak berdaya.
Aku sudah kembali ke Yogya, Aku juga tidak lagi bertemu dengan Akhdan setelah terakhir di rumahku ketika 40 hari nenek.

Arsyad, sendiri dia enam bulan lagi akan Wisuda, Ah Aku harap bisa menjadi pasangannya, berpikir apa aku ini? Bahkan ku rasa Aku bukanlah tipenya, bukan seseorang yang bisa membuatnya jatuh cinta kepayang.

"Gimana hati lu?" Dengan cepat Aku menoleh ke arah sumber suara, Afra ya Aku dan dia masih tetap bersahabat, Dan asal kalian tau, Afra dan Fatah mereka ya kalian peka lah.
Bukan bukan menikah, jahat sekali kedua anak ini menikah di kala aku saja maish setia dengan status jomblo ku

Mereka ta'arufan.
Aku? Jangan di tanya, yang ngajak aja nggak ada.

"Alhamdulillah hatiku masih kosong" jawabku sekenanya

"Ahhh kapan gue nikahnya, Udah apa cepetan nikah, Jomblo tuh ngga enak, enakan nikah, Lagian betah banget ngejomblo, kapan coba liat lu ada gandengan" katanya lagi

"Jleb, kretek" kataku sambil menatapnya malas

"Kenapa lu? Responnya begitu amat?" Tanyanya lagi

"Itu adalah suara hatiku dan panah kata-kata mu nak" kataku dengan berlagak alay.

Drrttttt

Getaran ponsel milik Afra membuat kami sama-sama menoleh

Om Arsyad Calling

"Arsyad" kata Afra, yang langsung menatapku
Aku mengangguk, menyetuji dia untuk menjawab telepon Arsyad.
Ah iya satu hal lagi yang kalian belum tau, Aku sudah tidak bertanya kabar padanya, itulah yang membuatku merasa kesepian.

Afra turun, mungkin teleponnya terlalu pribadi untuk Aku dengar, baiklah aku akan menunggunya disini, di balkon belakang tempat favorite ku

Drrrtttt

Ponselku bergetar,

Menampilkan pesan singkat dari bang Hanafi

"Besok abang jemput ya"

Hanya satu kalimat yang membuat seribu pertanyaan di otakku kini.
Bagaimana?! Bagaimana bang hanafi bilang sesuatu di saat yang mendadak.
Besok? Mau apa dia menjemputku? Ada acarakah? Atau ada sesuatu, ah bang hanafi itu sllau membuatku khawatir berlebih.

"Af, Afra" panggilku, sang empunya nama masih sibuk bicara di telepon, Arsyad? Segitukah penting yang di bicarakan dengan Afra? Apa mereka bertengkar.

"Afra" panggilku sambil menyentuh pundaknya

"Ah nada?" Katanya sedikit tersentak

"Kenapa? Ada apa? Kamu bertengkar dengan Arsyad?" Tanyaku ketika melihat raut wajah Afra mulai aneh.
Ada sesuatu yang mereka sembunyikan, mereka selalu begitu, main kucing-kucingan denganku

Tok tok tok

"Assalamu'alaikum"

Suara ketukan pintu memecahkan kekacauan pikiranku, dan membuat suasana kami, maksudku, Aku dan afra kembali mencair.

"Wa'alaikumussalam" jawabku sambil mmebuka pintu perlahan

"Hai" sapaan lembut dari seorang yang amat ku rindukan

"Fatah, huaaaa, I'am really miss you" ujarku, rasanya hatiku sedang berbunga-bunga hari ini.

"Mandi bunga gih, daripada hatinya berbunga-bunga" katanya sambil melempar bucket bunga berkepala smurf.

The Secret LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang