Aku sudah sampai di titik lemahku, titik dimana hatiku benar-benar merasa kosong.
Ah aku jadi iri dengan mereka, tapi Aku tau aku ngga boleh iri. Ngga boleh... Itu sifat Syetan.
Tapi bagaimana? Keadaan hatiku kacau.
Entah apa yang mendorongku duduk di tempat ini, tepat di makam Akhdan.
Lagi-lagi aku menangis pilu, Aku benar-benar kehilangan apa yang telah Aku genggam erat."Assalamu'alaikum" Ucapku lirih sambil mengusap Nisan yang bertuliskan Nama, tanggal lahir dan tanggal kematiannya.
Membaca itu membuatku semakin merasa sudah hilang kesadaran."Aku kangen kamu" Ucapku lagi lirih, Biarpun Aku tau tidak akan ada yang menanggapi, Tapi Aku hanya ingin mengatakan semuanya.
"Aku tau Aku terlambat, Aku selalu bodoh soal pengungkapan, Aku jadi Iri sama mereka, Yang pernah deket sama kamu dalam jangka waktu yang lama, tanpa pernah merasa canggung ataupun takut kehilanganmu ketika mereka mengungkapkan perasaanya, Aku jadi berpikir, Aku lebih senang kamu pergi tapi tetap barada di bumi, setidaknya Aku tau bahwa Aku masih bisa melihat wajahmu kapanpun itu, Tapi...." Aku sudah tidak bisa melanjutkan kata-kata lagi, kerongkonganku seperti tercekat dan kering seketika, rasanya lidahku kaku dan yang bisa ku lakukan hanya menangis dengan perasaan dan pikiran campur aduk.
"Aku tau takdir, Tapi Aku masih sulit menerima takdir dan menyibukkan diri dengan tenggelam dalam dunia kelamku"
ucapku dengan lirih, sampai suara derap sepatu terdengar dan membuatku menoleh, seorang pria dengan Jas berwarna putih yang jarang dia kenakan, membawa bunga
Dengan keranjang yang di hias yang kuyakini berisi bunga yang sering di gunakan untuk orang yang melayat.Dia berjongkok berseberangan denganku, Lalu menaburkan bunga itu dan memberikannya padaku, Aku hanya diam tak menanggapi atau merespon apapun.
"Maaf" kataku pelan, Aku meliriknya sekilas aku temukan senyum menenangkan yang pernah di milikinya, pikirku jarang sekali dia tersenyum seperti itu.
Dia mengulurkan tangannya, memberikan selembar tisu, mungkin dia menyadari Aku menangis, atau mungkin mataku sudah sangat sembap."Jangan membenci Allah, hanya karena takdir yang kadang tidak sesuai dengan ekspetasi kita" katanya tenang
Aku diam, bahkan ucapannya sama sekali tidak berpengaruh pada hatiku yang sudah remuk dan hancur."Jangan hilang dariku, karena dia hilang darimu" katanya lagi, kini Air mataku kembali jatuh tanpa bisa di bendung, Aku benci terlihat lemah.
"Maaf" ucapku lagi dengan lirih dan dengan tangis pelan.
"Jangan minta Maaf padaku, minta maaf sama Allah, karena kamu sempat tidak mempercayai apa yang sudah di rencanakan"
Aku diam, dengan isakan yang terdengar memilukan."Ikhlaskan apa yang sudah menjadi takdirnya, innalillahi wa innailaihi rojiun, Kota berasal darinya dan akan kembali kepadanya, Semua yang kita miliki miliknya dan akan kembali menjadi miliknya, setidaknya itu yang harus kamu pahami, kamu belum benar-benar memahami arti ikhlas yang sebenarnya" katanya, kini membuat tangisanku berhenti.
Aku menatapnya yang hanya menunjukkan tampang datar dengan tangan yang mengelus batu nissan."Terimakasih dan, udah kenalin Nada sama Ane, Bakal Ane jaga dia dan ngga akan nyakitin dia, mungkin ane mau minta izin hari ini sama antum, Ane mau halalin dia dua hari lagi, Ane cuma ngga sanggup terus ngelihat kepedihan tanpa bisa melakukan apapun kecuali menitipkan beribu doa kepada Allahu Rabbi, Afwan" Ucapnya dengan suara pelan tapi Aku mendengarnya jelas.
"Kamu ngga mau taburin bunganya? Biar Aku aja" katanya sebelum tangannya terulur untuk mengambil keranjang yang ada di pusaran makam Akhdan, Aku mengambilnya terlebih dahulu, Lalu menaburnya dengan lirih Aku berbisik pada diriku sendiri.
"Bismillah, Aku Ikhlas" aku mengusap Air mataku pelan lalu tersenyum dengan sedikit memaksakan.
"Ayoo kita pulang" ucapnya lagi.
Arsyad, Pria yang selalu punya cara sendiri untuk membuatku tidak merasa sendiri, dia membuatku mengerti, ada dia di sampingku.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret Love
SpiritualKata orang masa depan memiliki kaitan yang kuat dengan masa lalu, mungkin benar karena semua terjadi begitu saja, tanpa Aku sadar orang yang mempertemukan Aku dengan masa depanku adalah orang yang sangat berperan dalam masa laluku, Aku membenci meng...