03

15.3K 1.9K 210
                                    


"Siapa, Jim, yang datang?"

"Namanya Kim Taehyung, dia baru datang dari Amrik. Setelah setahun disana menempuh pertukaran mahasiswa. Tahun ini kembali kesini dan melanjutkan pendidikan di kampus kita juga."

Aku mengangguk mengerti. Jimin memang pernah cerita mempunyai paman dan bibi yang tinggal di Daegu. Tapi Jimin belum pernah cerita jika sepupunya, anak dari paman dan bibinya, sedang menempuh pendidikan di luar negri.

"Dia tinggal di Amerika sendirian?"

"Iya, dia disana sendirian. Kau tahu? Dulunya Taehyung adalah anak pemalu, susah mencari teman dan tak banyak mempunyai teman dekat. Kurasa setelah di Amerika, dia jadi pintar membuat teman."

Aku mengangguk mendengar cerita Jimin. Baru kali ini memang Jimin menceritakan detail tentang saudaranya itu.

"Lalu selama disini dia mau tinggal dimana?"

"Bersamaku! Paman Kim memaksaku pindah ke apartemen lebih besar. Minggu lalu aku sudah pindah ketempat baruku nanti bersama Taehyung."

"Kau tidak bercerita apa-apa padaku?" Aku menuntutnya kesal karena tidak menceritakan soal perpindahannya ke apartemen baru.

"Tadinya aku mau memberimu kejutan hari ini karena Paman Kim bilang kalau Taehyung akan pulang minggu depan. Tapi gagal karena mendadak Taehyung menghubungiku dan berkata dia akan sampai di Seoul hari ini. Si monyet bodoh itu merusak acaraku saja!"

Aku terkekeh pelan mendengar Jimin yang memaki kesal sepupunya. Aku belum pernah melihat Jimin kesal. Namun dia sangat menggemaskan seperti ini.

Melihatnya yang menggemaskan membuatku reflek mengayun nyaman dilengannya.

"Jam berapa pesawatnya tiba?"

"Seharusnya 10 menit lagi sudah keluar. Mungkin sedang nunggu bagasi."

"Kalau begitu, setidaknya aku punya waktu 10 menit untuk bermanjaan denganmu."

Aku kembali mengayun nyaman di lengannya. Menyandar menghilangkan penat. Tangan kiri Jimin membelai lembut puncak kepalaku. Mengacaknya gemas.

"Waktu ku akan selalu utuh untukmu, sayang."

Dan kemudian 10 menit selanjutnya Jimin gunakan untuk menceritakan sepupunya itu. Mereka seumuran. Meski tinggal di kota yang berbeda. Paling tidak setiap sebulan sekali masing-masing akan meminta orang tua untuk mengantar kerumah yang lain. Hanya untuk menghabiskan waktu bersama.

Hingga memasuki masa high school. Keduanya memutuskan untuk menempuh sekolah bersama di Seoul dan tinggal di apartemen kecil. Hingga Taehyung harus ke Amerika untuk menempuu pertukaran mahasiswa dan Jimin tinggal sendiri.

Dan sekarang, setelah selesai menempuh pertukaran mahasiswa, Taehyung meminta hadiah pada ayahnya berupa apartemen yang lebih besar untuknya dan Jimin. Hingga minggu lalu Jimin sudah pindah ke tempat mereka yang baru.

Cerita Jimin selesai saat melihat beberapa rombongan keluar dari pintu kedatangan. Adanya beberapa orang barat, dapat mengindikasikan jika itu rombongan dari Amerika.

Jimin langsung bangkit, mengamati beberapa orang yang sedang keluar. Matanya terus menelisik hingga wajah ceria menyembur dengan mata yang membulat sempurna saat mendapati sesorang disana.

"Taehyung!"

Pandanganku mengikuti arah yang ditunjuk Jimin. Teriakan Jimin membuat seorang laki-laki memandangnya dan tersenyum membalas melambai ke arah kami.

"Oi, Chimm.."

Dia mendatangi kami, mengenakan gaya khas anak amerika. Shirt hitam polos dibalut kemeja navy dengan motif bunga berserta daun dan rantingnya berwarna putih. Ada sebuah kalung berbandul singa hijau kecil yang terpamer dengan utuh di dadanya yang putih.

Senyumnya lebar, hampir membentuk kotak, menyerupai makhluk kecil yang tergambar dicelenganku waktu aku masih bocah. Yang tersenyum lebar untuk tempatku memasukkan uang.

"Chimmiiee, aku rinduuu."

Aku sedikit bergindik saat mendengar dengan jelas sebutan yang digunakan lelaki ini saat memanggil nama Jimin. Astagaa, lelaki punya sisi menggemaskan sendiri ternyata.

Taehyung mendekat, langsung memeluk Jimin erat dan memukul-mukul punggungnya.

"Wah, kau semakin terlihat seperti orang amerika, Tae!"

"Ya, disana sedikit merubahku memang."

Taehyung melepaskan pelukannya dan beralih ke arahku yang masih berdiri disamping Jimin.

"Woaa, ada gadis cantik. Apa kau Jung Yoora? Kekasih Jimin?"

Ya, mataku sukses membulat sempurna melihat bagaimana Taehyung langsung mudah membuat konversasi denganku, dan langsung membuat efek menyenangkan di sekitarku. Dia bisa dengan mudah mengakrabkan diri dengan orang baru.

"Jangan begitu, man. Yoora orang yang pemalu!"

Baiklah, perkataan Jimin sukses membuatku melirik ke arahnya kesal. Aku memang pemalu, sangat. Aku tak biasa mendengar pujian orang.

"Ya, aku bisa melihatnya."

Sial! Taehyung terkekeh di depanku. Masih menatapku dengan senyumnya yang lebar.

"Hai, perkenalkan, aku Kim Taehyung, sepupu kesayangan kekasihmu! Ahh, aku tahu Jimin tak akan salah mencari pendamping, aku bisa melihatnya, kau sangat cantik dan lembut. Tipe seorang yang Jimin cari."

Kurasa itu perkenalan yang cukup panjang. Dan sukses membuat wajahku memerah dengan sempurna. Melihatku yang kikuk Jimin segera berdiri di sebelahku dan merangkulku dari samping.

"Jangan takut, sayang. Taehyung tidak menggigit."

Kurasa aku mulai menyadari jika tangan Taehyung terlalu lama terangkat dan belum kujabat. Segera mungkin kuraih tangannya dan kujabat erat.

"Hai, aku Jung Yoora. Sepertinya Jimin sudah banyak bercerita tentangku—" aku menoleh ke arah Jimin, tersenyum sebelum kembali menatap Taehyung, "maaf aku sedikit terkejut, aku tidak menyangka jika saudara Jimin seakrab ini."

Taehyung masih terkekeh dan melepas jabatan tangannya denganku. "Dan yang pasti saudara kekasihmu ini lebih tampan dari dirinya sendiri."

Dan sukses Jimin beralih untuk sekali lagi membenamkan leher Taehyung dalam tangannya untuk menjitak kepalanya.

Melihat kelakuan keduanya diumur yang sudah cukup dewasa membuatku ikut tertawa bersama mereka. Kukira hubungan kakak adik lelaki dan perempuan seperti aku dan Hoseok sudah cukup menyenangkan, tapi ternyata hubungan saudara sesama lelaki seperti ini cukup menyenangkan juga.

Aku masih mengamati mereka saat tiba-tiba tawa Jimin terhenti. Jimin melepaskan leher Taehyung dan matanya terpaku pada sosok yang ternyata berdiri beberapa langkah di belakang Taehyung. Berdiam dan hanya berdiri mengamati kami tanpa ikut konversasi didalamnya.

Lelaki itu hampir sama seperti Taehyung, mengenakan shirt putih polos dan sebuah tas motif armi yang cukup besar.

Taehyung mengikuti arah pandang Jimin, mendapati sosok itu hingga mendekat ke arahnya sebelum menarik membawanya kemari.

"Hei, bung. Kau kira hanya kau yang berencana mengenalkan kekasihmu?" kepalaku masih tidak bisa memproses maksud ucapan Taehyung. Namun melihat bagaimana Taehyung menarik tangan lelaki itu, menggenggamnya dan tersenyum lembut, aku tahu satu hal. Kesimpulanku mendekati kebenaran saat Taehyung dengan gamblangnya mengatakan, "Aku juga membawa kekasihku! Perkenalkan, dia Jeon Jungkook."



- February 10, 2018

Mau ahh dikenalin jadi pacarnya Taehyung 😍😍

Hei gaes, aku mutusin bikin cerita versi lainnya 'He is Gay' disini. Ada yang udah baca ceritanya?
Mungkin disini ending atau jalan ceritanya berbeda dengan yang asli ya, karena disini pacar Yoora itu Jimin, bukan Jungkook. Dan mungkin malah nantinya Jungkook jadi musuh Yoora 🤣

Disini yang main triplet magnae yaa.. aku rindu sama mereka bertiga..
Jadi, selamat mengikuti jalannya cerita..
Semoga pada keep stay ya..
Tanpa kalian, tulisan aku bukanlah apa-apa..

Salam peluk cium dari Jimin Taehyung dan Jungkook.
💋💋💋

PAROXYSM ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang