Hai hai hai..
Selamat hari minggu..
💋💋💋🌸🌸🌸
Ini sudah berjalan 3 minggu setelah Jimin mengurung Yoora didalam rumah itu. Dan Yoora tak sekalipun mampu keluar rumah meski hanya untuk sekedar merasakan hangat matahari.
Jimin benar-benar mengurungnya dan tak membiarkan Yoora keluar sama sekali.
Dan yang lebih membuat Yoora bingung. Tak ada satupun orang yang ada disekitarnya mencarinya. Bahkan Hoseok, kakak lelakinya itu bahkan tak berusaha mencarinya.
Tak ada apapun yang bisa menghubungkan Yoora dengan dunia luar, bahkan ponselnya disembunyikan Jimin.
Yoora mulai gila? Hampir.
Namun Yoora tidak benar-benar gila, karena Jimin hampir setiap saat menemaninya didalam rumah. Walaupun hanya sekedar menghabiskan waktu dengan menonton TV dan duduk bersama berdua. Tidak ada cerita apapun. Hanya sekedar duduk berdua dan melihat hingga Yoora merasa bosan dan kembali tidur di kamar. Jimin selalu menemaninya, meski sesekali keluar, tapi tak lebih dari 3 jam.
Yoora frustasi? Tentu.
Bahkan Yoora bisa berpikir ke tahap ekstrim untuk memecah jendela dan kabur. Namun satu perkataan Jimin saat setelah selesai makan malam pertama mereka dulu menghentikan semuanya.
"Bertahanlah denganku sebulan! Setelah itu aku akan membiarkanmu memilih, menerima sumpahku atau melepaskanku!"
Tidak, Yoora tidak mengincar kebebasannya sama sekali. Yoora tak berpikiran pula untuk dilepas Jimin. Namun tatapan Jimin malam itu membuat dunia Yoora runtuh.
Yoora ingin menyelesaikan ini semua, tapi dia tidak bisa meninggalkan Jimin.
Yoora melihat kehidupan Jimin telah terenggut karenanya. Dan Yoora tahu, Jimin-nya perlahan akan hancur karena kekecewaannya.
Hati Yoora meluruh, bersama Jimin dalam sebulan tak akan terasa baginya. Mencoba untuk tidak merasakan apapun.
Yoora merindukan Jimin-nya yang dulu, yang bisa menyentuhnya tanpa kecewa. Karena sekarang, Jimin hanya akan terlihat penuh dendam dan kecewa saat menatap Yoora. Menjadikan Yoora semakin larut dalam rasa ketakutan dan rasa bersalah.
Menyentuh?
Tidak! Setelah malam itu, Jimin tak lagi menyentuhnya. Meski hanya sekedar ciuman yang masih mampu membuat hati Yoora berantakan.
Dan itu berakibat pada hati Yoora semakin kacau. Jimin tidak mau menyentuhnya sebelum memastikan bahwa tak ada benih apapun di perutnya karena sentuhan lelaki lain.
Membuat Yoora menangis kecil setiap Jimin tengah pergi dari rumah.
Namun tidak untuk sore itu, disaat Yoora kembali tersedu saat Jimin baru satu jam lalu meninggalkan rumah.
Rasa rindunya akan dunia luar telah membuncah. Dan kekacauan pikirannya karena Jimin telah meledak didalam otaknya. Hati Yoora terlalu terbeban karena semuanya bertumpu disana. Dan Yoora tak mampu menahan lagi hingga dia menangis diam-diam di saat Jimin pergi.
Tapi nyatanya, Jimin tengah memperhatikannya dibalik pintu kamar. Dimana Yoora tengah tengkurap dan terisak disana.
"Kau menangis?"
Suara Jimin yang begitu dingin seketika menghentikan isakannya. Membuat Yoora bangkit, seketika kembali meraih selimut dan membuat pertahanan diri disana dengan menutupi seluruh tubuhnya.
Karena ini pertama kalinya Jimin kembali memasuki kamarnya setelah malam itu. Membuat ingatannya kembali hingga tanpa sadar tubuhnya bereaksi memberikan pertahanan diri.
"Kau ingin pergi?"
Yoora bimbang, rasa frustasinya benar-benar membuatnya ingin pergi. Namun suara pedih Jimin menahannya. Yoora tak ingin meninggalkan Jimin.
"Beri aku jawaban, setelah itu kau bisa pergi-" Jimin menjeda ucapannya, menunggu Yoora mendongak menatapnya. "Apa mereka berhasil membuat disana?"
Jimin berkata begitu lirih, menunjuk perut Yoora sebagai arah pertanyaannya. Yoora menunduk, mengikuti arah pandangan Jimin, hingga kepalanya menggeleng memberikan jawaban.
"Tidak. Aku sudah mendapatkan periodeku."
Hening. Yoora tidak berani mendongak untuk sekedar menatap reaksi Jimin. Kepalanya masih tertunduk menatap tubuhnya yang terselimuti penuh.
Hingga perlahan Yoora merasakan gerakan di sebelahnya. Jimin mendekat dan duduk di sebelahnya.
"Tatap aku!"
Perintah dingin Jimin membuatnya mendongak, menatap Jimin yang kini pandangan matanya jauh lebih lembut.
Tubuh Yoora gemetar, tepat saat dengan perlahan Jimin menyentuh ujung selimut dan menyibaknya. Dan perlahan kepala Jimin mendekat. Hingga membubuhkan satu ciuman yang lembut di keningnya.
Gemetaran dalam tubuh Yoora terhenti, hingga saat Yoora merasakan sesuatu yang basah menetesi tangannya yang berada depan tubuhnya. Refleks Yoora mundur dan menatap Jimin yang masih memberikan gesture mencium di keningnya, Jimin menangis.
"Jim-" suara Yoora tercekat, saat mendadak Jimin menariknya dan mencium bibirnya. Yoora hanya diam terpaku, karena ciuman Jimin kali ini sangat berat. Yoora tahu, Jimin melampiaskan kekecewaannya. Dan satu pikiran mengganggunya, Jimin akan menyentuhnya seperti yang dikatakannya dulu.
Yoora mempersiapkan hatinya, dia tahu cepat atau lambat Jimin akan menyentuhnya. Dan sekarang adalah waktu yang tepat. Yoora tak bisa mengelak apapun. Dan pada akhirnya dia menyerahkan tubuhnya untuk ikut terhanyut dalam ciuman Jimin.
Hingga ciuman Jimin terputus di bibir Yoora, menjalar ke rahangnya dan melumati lehernya. Membuat nafas Yoora tercekat dalam engahannya.
Yoora kira waktunya benar-benar akan dimulai sekarang, namun tidak. Jimin menghentikan cumbuannya di leher Yoora. Secara mendadak tangan Jimin mendekat Yoora. Mengerat dalam dekapannya, terkesan melindungi dan memiliki apapun dalam dekapannya. Memperlihatkan jika apapun yang dipeluknya ada hal berharga miliknya.
"Yoora, bisakah kau berjanji padaku untuk menjaga tubuhmu? Kumohon jangan biarkan siapapun menyentuhnya lagi." Suara Jimin tidak sedingin sebelumnya. Jauh lebih ke arah permohonan. Mengeratkan dekapannya sekali lagi saat Yoora menjawab, "aku janji, Jim!"
Membuat Jimin sekali lagi mengunci dekapannya dengan sangat erat, merasa tak ingin melepasnya sama sekali. Namun, nyatanya Jimin melepaskan pelukannya didetik kelima dan menarik tubuhnya menjauh untuk dapat menatap Yoora.
Jimin tersenyum, meski Yoora masih melihat gurat kekecewaan, namun tidak sebesar sebelumnya.
Tangan Jimin terulur, merapikan anak rambut Yoora. Kebiasaan mereka saat bersama dulu.
Jantung Yoora kembali berdebar, otak kotornya bimbang melihat Jimin akan menyentuhnya atau tidak.
Berharap? Tentu. Jimin adalah hal yang paling dia inginkan semenjak mereka bersama dulu.
Namun harapan Yoora begitu nampak sangat semu saat Jimin mencium kembali keningnya dan berkata lirih, "bersiaplah, aku akan mengantarkanmu pulang."
- April 15, 2018
Jimin bikin galau anak perawan. 🤗🤗
Salam peluk cium dari Jimin
- Adoreyna
💋💋💋
KAMU SEDANG MEMBACA
PAROXYSM ✔️
FanficCOMPLETE [Another Story of 'He is Gay'] Paroxysm (n) : ledakan emosi yang secara tiba tiba ☘️☘️☘️ Mempunyai kekasih seperti Park Jimin, seorang lelaki yang hangat, penuh perhatian, dan bisa selalu mengerti untuk menyeimbangi ego mu yang keras. Dan b...