Epilog 3

12.2K 1.4K 241
                                    




Pagi itu sangat cerah. Yoora bisa melihat dari jendela kamar sebuah apartemen yang menampakan matahari bersinar sangat cerah. Tanpa tertutup awan yang berarak. Di pertengahan musim panas, Yoora yakin diluar sangat panas. Setidaknya menambah alasan khusus membuatnya tak mau keluar dari apartemen dan memilih bergelung didalam kamar diatas ranjang dengan mendekap tubuh seseorang.

Ini sudah berjalan hampir setahun. Yoora pikir semuanya akan baik-baik saja. Namun nyatanya tidak.

Jimin disana, bergelung dalam selimut yang sama dengannya dan Yoora mendekap tubuh Jimin.

Yoora mengira, jika kepergiannya setahun lalu akan memberikan kesempatan pada Jimin untuk menemukan penggantinya yang lebih baik. Yoora berkeyakinan, jika selama ini Jimin berkata bahwa tak bisa melepasnya karena memang dia selalu ada di sisi Jimin. Hingga Yoora memutuskan untuk pergi dan memberikan kesempatan Jimin untuk melepasnya. Namun nyatanya tidak.

Disaat Taehyung dan Jungkook sudah mendapatkan pasangan masing-masing. Jimin masih tidak mencari penggantinya sama sekali. Jimin hanya mabuk-mabukan, menghindari kuliah dan keluar rumah selain untuk mabuk. Yoora mengetahui semuanya, karena selama ini dia masih ada di sekitar Jimin. Hanya saja dia bersembunyi dari Jimin dan yang lain.

Dan Yoora tahu, keputusannya adalah kesalahan. Karena pada kenyataannya mereka berdua sama-sama tersiksa karena berpisah.

Yoora pernah berpikir, perasaan paling menyakitkan karena menahan rindu adalah di waktu sebulan Jimin mengurungnya. Menurut Yoora itu perasaan rindu pada Hoseok yang sangat dalam, namun Yoora masih menahannya. Memilih tinggal bersama Jimin karena memang Jimin ada untuk selalu menemaninya saat itu.

Namun Yoora tahu, bahwa kali ini rasa rindu jauh lebih menyakitkan, bahkan bisa mematikannya. Karena Yoora tak bisa bersama Jimin, karena Yoora harus berpisah dengan Jimin, dan Yoora tahu perlahan hatinya akan mati untuk Jimin.



Hingga Yoora sadar, ini kesalahannya yang sangat fatal karena meninggalkan Jimin. Dan dia memutuskan kembali, mencoba memperbaiki semua dengan Jimin.

Yoora merangkup rahang Jimin, membubuhkan satu kecupan di pipinya. Mengusak rambut dan menjalar ke dahi dan pelipisnya sebelum kembali menangkup rahang Jimin yang memerah bekas mabuk semalam.

"Eeuungghhh-"

Yoora merasakan pergerakan Jimin, mengendurkan sedikit pelukannya untuk mendapati Jimin yang tengah mencoba membuka matanya. Yoora mengamati, dalam diam menunggu Jimin membuka matanya dan tersadar sepenuhnya.

"Selamat pagi, sayang."

Jimin membeku, sapaan pagi yang didambanya kini benar-benar terjadi kembali dihadapannya. Matanya membulat menatap sosok didepannya tak percaya. Berjaga-jaga jika dia kembali berhalusinasi dengan keberadaan sosok Yoora.

"Hei, kau tidak sedang berhalusinasi, baby."

Dan Yoora tersenyum, saat mendadak Jimin membalik keadaan. Merangkup tubuh Yoora dan memenjaranya dalam pelukannya.

"Katakan padaku jika aku tidak bermimpi."

Gelengan kepala menjadi jawabannya. Bahkan Yoora bangkit dan membubuhkan satu ciuman kilat di bibir Jimin untuk menyadarkannya pada kenyataan.

Dan Jimin tak bisa menahannya lagi. Perasaannya terlalu membuncah dan menarik Yoora mendekat. Mengeratkan pelukannya agar Yoora tak kabur lagi darinya.

PAROXYSM ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang