Part 3: The Districts

92 11 0
                                    

Sophie melihat jam beker di sebelah tempat tidurnya. Jarum pendek menunjuk pukul 4, dan jarum panjang di angka 1. Ia terlompat berdiri. Tentu saja di luar langit masih gelap, namun gadis itu sudah bergegas bersiap-siap.

Setelah menukar pakaian tidurnya dengan seragam sekolah, menggosok gigi, mencuci muka, ia melihat sekilas pada pantulan wajahnya di cermin. Rambutnya benar-benar musibah. Ia masuk lagi ke kamar sambil berjingkat-jingkat agar tidak menimbulkan suara untuk mencari sisir, lalu menyisir rambut hitam kelamnya. Ia sangat benci dengan rambut kusutnya yang selalu berantakan.

Setelah memastikan bahwa penampilannya tidak parah-parah sekali, ia meluncur keluar rumah sambil berteriak, "Aku berangkat!"

Langit masih begitu gelap ketika ia meluncur dengan sepedanya menuju stasiun kereta api. Ia mendapatkan kereta paling awal di pagi itu. Ia terduduk di kursi yang kosong, menatap pemandangan yang masih gelap dibalik jendela kereta. Namun Sophie tak perlu menebak apa yang terhampar di sana. Ia sangat hafal dengan lingkungan kumuh tersebut. Tempat ia tinggal yang hanya dihiasi oleh beberapa rumah kecil dan padang yang luas.

Tidak begitu lama, Sophie terlelap. Ketika ia terbangun, sedikit cahaya yang masuk ke matanya memantulkan pemandangan yang berbeda. Ia mulai melihat banyak bangunan-bangunan perumahan. Kereta itu tidak lagi sepi.

Sophie beranjak dari kursinya untuk mempersilakan seorang wanita yang lebih tua duduk. Wanita itu menyematkan sebuah jepit berbentuk burung elang bewarna biru di rambutnya yang sudah beruban. Ia menyeringai. Distrik ini mungkin lebih dekat dari kota, namun tetap sama jauhnya dari Ravendiom, namun semua orang menghormati kerajaan. Tidak sedikit lambang Ravendiom yang ditemukan di sana, selain stiker di jendela kereta, orang-orang kadang memakai perhiasan dengan lambang itu sebagai bentuk penghormatan.

Matahari sudah terbit dengan sempurna ketika kereta hampir sampai di pemberhentian terakhir sebelum ke kota. Sophie turun dari kereta bersama arus dari kereta.

Di sinilah distrik lingkar satu. Distrik yang paling dekat dengan kota. Distrik di mana Sophie bersekolah. Setelah menghela napas cukup panjang, Sophie melangkah menuju tempatnya sehari-hari.

**

"Aku ingin menikahi pangeran," pernyataan itu membuat Sophie hampir tersedak makanannya. Ia menyipitkan mata bingung pada kawan yang duduk di sampingnya.

"Khayalan macam apa lagi ini?" tanyanya.

"Lihat ini," gadis di sebalah Sophie menyodorkan telepon genggamnya ke arah Sophie. Di layar itu, terpampang sebuah berita tertulis besar-besar "Pangeran Acevedo dan Koleksi Kudanya".

"Lalu?" Sophie mengangkat alis.

"Oh ayolah, Sophie! Pangeran berkuda! Itu impian semua gadis-gadis. Seperti di negeri dongeng!" kata gadis di sebelah Sophie.

"Ih, memang apa kerennya dengan pangeran berkuda?" timpal laki-laki bongsor yang duduk di depan kedua gadis perempuan itu. "Apa gunanya mobil jika ada kuda?"

Sophie mengangguk setuju. "Benar kata Ben! Lagipula siapa itu Pangeran Acevedo, nggak pernah mendengar namanya sebelumnya."

"Tapi dia cakep banget," Gadis di sebelah Sophie masih bersikeras menunjukkan foto pemuda dengan tubuh atletis, rambut merah yang poninya sedikit menutupi kedua mata ungunya.

"Rency kawanku," Sophie berkata dengan diulur-ulur, "daripada kau memakai waktu untuk berkhayal tidak jelas, lebih baik kita selesaikan makanan kita dan kerjain pr kimia kita sebelum Mr. Manhart marah gimana?"

Rency mencibir. Ia memasukkan ponselnya dan mulai menekuni makanan yang belum ia kutik sama sekali.

Tepat saat itu, gerombolan itu masuk ke dalam kantin. Gerombolan berisik yang selalu datang bersama-sama. Gadis yang pertama kali masuk ke dalam kantin, Merilyn Jacobs, gadis jangkung yang sangat cantik, make up yang tidak pernah hilang dari wajah, serta tas yang kelihatan mahal yang ditenteng kemana-mana. Diikuti dua gadis lain, Vanessa Hale, dan Rose Gilbert yang tidak kalah penampilannya dari Merilyn. Bersama dengan mereka, empat cowok jangkung, tampan (cantik kata Sophie), pemain basket sekolah yang sangat populer. Mereka adalah kaum elit angkatan Sophie. Bukan hanya karena penampilan mereka ke sekolah yang melebihi anak-anak lainnya, namun juga karena mereka semua adalah kaum anak distrik lingkar satu dan anak kota.

The Tale of RavendiomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang