Clara memperhatikan lambang burung gagak bewarna biru di atas kain putih yang berkibar di atas sana. Mobilnya bergerak menjauh, namun ia masih memperhatikan dengan seksama. Tiba-tiba saja tangannya bergetar.
"Caleb," gumam Clara pelan. "Apakah kau mempercayai Ravendiom?"
Caleb, laki-laki yang duduk di sebelahnya, meraih tangan gadis itu. Ia tidak menjawab. Mobil mereka terus melesat, melewati jalanan area kerajaan Ravendiom yang sepi dan teratur, menuju istana kerajaan yang berada di jantung pulau itu.
**
Beberapa jam yang lalu, Clara baru saja turun dari bus bewarna biru muda itu, berjalan bersama bangsawan Rowen menuju loket penjual tiket kapal. Tiba-tiba gadis itu menepuk dahinya sendiri.
"Topiku," kata Clara. "Kau bisa membeli tiket untuk kita berdua dan aku akan mengambil topiku di bus."
Caleb mengejek, "Kau bahkan lebih parah ketimbang nenekku."
Clara menjulurkan lidah, tidak mempedulikan komentar temannya itu. Ia setengah berlari menuju shuttle bus yang tadi mengantarkan keduanya ke pelabuhan.
Hari ini suasana gadis itu sedang membaik. Tentu saja, hari ini adalah hari yang patut dirayakan. Ujian telah selesai dan sebentar lagi mereka akan menjadi murid senior. Bahkan hari ini Clara sangat puas dengan pilihan bajunya yang ia kenakan ke kota. Sebuah atasan dengan setengah lengan bewarna merah muda serta celana jeans dengan sedikit lubang di lututnya. Ia selalu ingin mengenakan celana model seperti ini, namun jelas sekali ia tidak akan memakai pakaian seperti ini sebagai princess Clara Chaney.
Setelah mengambil topinya yang ketinggalan, ia berjalan sambil mengenakan topinya. Gadis itu melewati lapangan parkir dengan riang.
Namun perhatiannya tiba-tiba tertuju pada sebuah mobil mewah yang baru saja mematikan mesinnya. Dua orang pria keluar dari kursi penumpang. Ketika menyadari bahwa wajah kedua orang itu sangat familiar, cepat-cepat Clara menurunkan topinya untuk menutupi wajahnya.
Ia baru saja akan berjalan menjauh dari mobil mewah itu ketika ia mendengar pria itu berkata.
"...kurasa Howard Chaney tidak akan pernah mendengarkan."
Deg.
Gadis itu memperlambat langkahnya ketika nama ayahnya tiba-tiba disebut. Ayahnya tidak mendengarkan mereka? Namun ia sadar ia tidak boleh ketahuan. Clara mempercepat langkahnya, menjauh dari kedua pria tersebut. Namun dalam hati ia penasaran setengah mati.
**
Clara dan Caleb berhasil melewati pengecekan tiket dengan sangat mudah seperti biasanya. Mereka berdua masuk ke dalam deck utama kapal. Keduanya baru saja akan menaiki anak tangga menuju deck penumpang di lantai dua ketika kedua mata Clara menemukan kedua orang yang ia ia lihat di tempat parkir itu baru saja naik ke dalam kapal. Kedua orang itu berjalan menuju kabin di lantai satu, tempat di mana para bangsawan biasa berada.
Clara berhenti melangkah, Caleb menoleh bingung.
"Cal, kau boleh cari tempat dulu?" tanya Clara. "Aku akan menyusul, cepat."
Caleb mengernyit. "Kau mau kemana?"
"Cepat, aku akan menyusul, oke?"
Caleb tidak mengerti, ia mengangkat sebelah alisnya bertanya, namun akhirnya ia mengangguk. Laki-laki itu berjalan menaiki undakan menuju ke deck lantai dua dan meninggalkan Clara sendiri.
Clara menerobos kerumunan orang-orang yang menuju deck lantai dua kapal. Ia menurunkan topinya, berjaga-jaga jika ada seseorang mengenalinya. Gadis itu mengikuti kedua sosok yang sedang mengobrol itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Tale of Ravendiom
FantasyClara - putri bangsawan, hidup berkelimpahan, namun selalu iri dengan kehidupan anak kota yang bebas. Sophie - hidup di district lingkar tujuh, hidup berkekurangan, namun atas pesan ayahnya ia tetap bersekolah di distrik lingkar satu yang penuh deng...