"KALIAN PERGI TANPA KITA!" Suara Finns terdengar hampir memenuhi kelas pagi itu.
"Itu ide Cal," bantah Clara.
Stephen mengangguk.
"Oh ya kalian melewatkan rambut sarang burung Clara," Caleb menimpal enteng, tidak menghiraukan protes Finns. Clara meliriknya sinis.
"Apa yang kalian temukan?" Tanya Phoebe tidak begitu peduli dengan fakta bahwa ia telah ditinggal. "apakah kalian menemukan kelinci dan dunia fantasi di dalamnya?"
"Jangan bodoh," tegur Caleb, namun ia memelankan suaranya ketika menyadari seisi kelas, oh ya seisi kelas yang hanya berjumlah dua belas orang, mendengarkan mereka. "Kita tidak berhasil menemukan pintu itu."
Percakapan mereka terpaksa berhenti sampai situ ketika Ms. Luffy memasuki kelas. Seisi kelas itu hanya berjumlah dua belas orang. Selain mereka berlima, masih ada tujuh anak lagi, tiga anak bangsawan yang juga tumbuh besar bersama mereka, Hover, Miriam, dan Clove, serta empat anak kota yang baru saja menjadi teman sekelas mereka.
The Greatest High School adalah sekolah satu-satunya di area kerajaan. Hanya anak-anak bangsawan, serta anak-anak kota yang kaya raya saja yang bisa masuk di sekolah ini. Namun sudah menjadi rahasia umum bahwa para anak-anak bangsawan dan anak-anak kota tidak begitu punya hubungan yang baik.
Biasanya anak-anak bangsawan akan melihat anak-anak kota sebagai anak-anak dengan kehidupan sangat bebas, mereka mengenakan pakaian sekolah ala kadarnya. Mereka menyebut itu sebagai trend. Perempuan dengan rok pendek dan pakaian super ketat, laki-laki dengan rambut yang dimodel aneh-aneh, yang menurut Clara itu keren, namun tetap saja terlihat sembarangan. Sedang anak-anak kota melihat anak-anak bangsawan sebagai kaum elite yang kuno. Mereka selalu datang ke sekolah tampil elegan, namun ketinggalan jaman.
Area kerajaan – atau mereka sebut dengan Ravendiom – letaknya memang jauh dari kota. Ravendiom adalah area pemegang kekuasaan terbesar di negeri ini. Ada ratusan bangsawan bertanggung jawab atas setiap segment penting di kota dan distrik-distrik di luar kota. Biasanya para bangsawan akan datang ke kota untuk mengurus pekerjaan mereka. Namun di luar semua itu, ada setumpuk pekerjaan penting yang harus dilakukan di Ravendiom sendiri.
Namun demikian, Ravendiom tetap mempertahankan estetika bangunan-bangunan kerajaan mereka dan tradisi-tradisi kuno negeri itu. Tentu saja mereka memiliki ribuan teknologi yang diangkut dari kota, seperti televisi, telepon genggam, serta sesuatu yang baru saja dinyalakan oleh Ms. Luffy, sebuah proyektor. Guru sejarah itu mulai menceritakan kisah-kisah peperangan yang membosankan sambil menunjukkan beberapa foto melalui proyektor yang sebenarnya sudah ada di buku pelajaran mereka.
Clara melirik bosan pada teman-temannya yang juga tampak tidak sabar bel berbunyi. Lalu gadis itu melirik pada si anak kota berambut merah digerai cantik yang duduk di sebrangnya (siapa namanya? Kalau tidak salah Holey?) yang sedah menahan tawa sambil melihat telepon genggamnya.
Ya mereka mempunyai teknologi. Namun tradisi mereka tidak memperbolehkan anak bangsawan untuk memiliki telepon genggam sebelum umur 16 tahun, dengan tanpa alasan yang jelas. Clara tahu mereka selalu ketinggalan jaman dibanding anak-anak kota.
**
"Kita jadi ke kota jumat ini?" Tanya Clara.
"Setelah penelitian besar kita berhasil," saut Caleb. Finns mengangguk setuju.
"Tidak bisa, aku ada kelas balet," ujar Phoebe.
"Dan aku ada kelas memanah," kata Stephen.
Terdengar keren, huh? Kelas memanah. Namun itu membuat teman-teman lainnya mendengus. Pangeran mahkota memang harus belajar memanah, meskipun sudah ditemukan pistol dan senapan api yang jauh lebih berguna.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Tale of Ravendiom
FantezieClara - putri bangsawan, hidup berkelimpahan, namun selalu iri dengan kehidupan anak kota yang bebas. Sophie - hidup di district lingkar tujuh, hidup berkekurangan, namun atas pesan ayahnya ia tetap bersekolah di distrik lingkar satu yang penuh deng...