Mulai terdengar suara berkeratak-keratak lagi ketika mobil mereka di jalankan. Clara melihat adiknya, Michael, menggigit bibirnya gusar. Ia tidak menyukai suara geratak-geratak itu.
"Apakah perjalanan ke distrik delapan sangat jauh, dad?" cicit Michael dari kursi belakang.
Howard Delaney menoleh dari kursi tengah. "Sedikit, nak, kau bisa memejamkan matamu sedikit."
Michael menurut. Ia memejamkan matanya.
Clara dapat membayangkan Phoebe mungkin sudah melontarkan ratusan serapah pada jalanan bebatuan ini.
Ini sudah masuk minggu keempat semenjak mereka menempuh parade kerajaan tersebut. Meskipun awalnya Clara cukup senang mengunjungi kota dan distrik satu, namun memasuki distrik lima yang kumuh dan jalanan yang tidak rata, gadis itu mulai merindukan istananya.
Namun ia teringat kata-kata ibunya ketika gadis itu berada di kamar sempit distrik tujuh. Pagi itu seluruh keluarga bangsawan terpilih telah melakukan parade di pusat perdagangan distrik kecil nan kumuh tersebut. Ketika berjalan di sepanjang tempat tersebut, ia dapat mencium bau amis, busuk, serta menyaksikan binatang-binatang yang tidak pernah ia lihat seumur hidupnya. Bahkan ia dapat melihat beberapa pangeran anak bangsawan berjengit mundur ketika seorang laki-laki distrik tujuh merengsek maju untuk berjabat tangan.
"Kau lihat orang-orang di luar sana tadi pagi, sayang?" tanya ibunya.
Clara mengangguk. Setengah dari tubuhnya sudah tertutup oleh selimut.
"Apa kesan pertamamu tentang mereka?" tanya ibunya.
Clara menhembuskan napas kecil. Ia menunduk, merasa bersalah. "Mereka tampak kumal."
Ibunya mengangguk lalu memeluk anak gadisnya. "Oleh karena itu sayang, tugas kita lah untuk membuat hidup mereka menjadi lebih baik."
Clara mengangguk. Ia menyingkirkan segala kejijikannya di pikirannya. Benar itulah tugasnya.
Mobil mereka kini sudah berhenti di sebuah lapangan hijau luas. Berderet-deret mobil dengan lambang kerajaan itu berhenti. Dengan sigap sopir mereka membukakan pintu bagi para bangsawan.
Seorang laki-laki berperawakan kurus dengan pakaian yang terlihat seperti kulit asli bewarna coklat, diikuti oleh rombongan orang-orang yang juga bertubuh sama kurus, kebanyakan berwajah cekung dan pucat, dengan pakaian yang lebih kumal ketimbang yang Clara lihat kemarin, menyambut mereka.
Sang raja, ditemani beberapa orang panglima dan beberapa penasehat kerajaanlah yang terlebih dahulu berjalan maju. Bahkan dari jarak seperti ini, penampilan kedua kubuh tersebut tampak sangat kontras.
"Selamat datang di distrik delapan, rajaku," kata laki-laki kurus berbalut pakaian kulit tersebut. Ia memberi bungkukan hormat, diikuti oleh orang-orang di belakangnya.
Sang raja mengangguk, lalu mengibas tangan pelan. "Terima kasih, sungguh sebuah kehormatan terbesar, Keith."
**
Dibanding distrik tujuh, distrik delapan yang berada di pegunungan memiliki udara yang sangat sejuk. Kebanyakan penduduknya tinggal di lereng gunung, atau di perbatasan.
Mereka sendiri telah menyiapkan sebuah tempat yang-paling-tidak-lumayan-dihuni bagi para bangsawan di pemukiman penduduk. Namun tetap saja, kamar kecil itu bahkan tidak ada separuhnya kamar mandi istana para bangsawan.
Sang pemimpin distrik delapan, laki-laki bernama Keith, dan beberapa orang kepercayaannya membawa para bangsawan terpilih untuk menjelajah distrik delapan. Mereka menyusuri kebun strawberry (Clara menemukan Phoebe terlihat menyimak bagaimana mereka menanam dan merawat strawberry), lalu melihat-lihat pemandangan yang menyejukkan dari puncak gunung dengan kereta kuda mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Tale of Ravendiom
FantasyClara - putri bangsawan, hidup berkelimpahan, namun selalu iri dengan kehidupan anak kota yang bebas. Sophie - hidup di district lingkar tujuh, hidup berkekurangan, namun atas pesan ayahnya ia tetap bersekolah di distrik lingkar satu yang penuh deng...