"Lain kali," Phoebe menghempaskan tubuhnya ke tempat tidur. "Jangan menyuruhku untuk melakukan hal seperti ini."
Clara meringis. Ikut menghempaskan tubuhnya di sebelah gadis berambut hitam itu. "Aku tidak bisa menemukan orang yang lebih sempurna dari kamu!"
Phoebe mengerucutkan bibir merah mudanya, matanya terlihat senang atas pujian Clara, namun tetap saja ia mengomel, "Kau tahu sendiri aku sudah berhenti bermain piano sejak dua tahun lalu!"
"Dan kau tahu kau masih begitu sempurna untuk mengiringi biolaku," Clara menepuk pelan tangan Phoebe. Phoebe sangat mudah tersanjung oleh pujian, dan Clara tahu kata-katanya barusan membuat gadis yang tubuhnya lebih pendek darinya itu tersenyum meskipun sedang kesal.
Dulu sekali, Clara dan Phoebe sering bermain musik bersama. Ada sebuah peraturan tidak tertulis bahwa anak-anak bangsawan wajib menguasai minimal satu alat musik. Clara memilih biola, Phoebe memilih piano, sebelum ia memohon pada orang tuanya, berkata ia lebih ingin belajar balet saja. Dan mereka menyetujuinya karena balet termasuk tarian klasik yang populer di kalangan para bangsawan.
Dan sama saja seperti dulu, setelah selesai latihan musik, kedua putri bangsawan tersebut memutuskan untuk beristirahat di kamar Clara. Alasannya adalah karena Phoebe merasa bahwa istana Chaney memiliki peralatan teknologi yang canggih, bahkan saluran televisi yang mereka miliki lebih lengkap.
"Tapi kenapa juga sih kau harus bermain biola di hari penobatanmu sendiri?" tuntut Phoebe sambil meraih remote televisi.
"Jangan dinyalakan keras-keras, nanti mom dengar," Clara berkata cepat, "Ya, itu 'kan sebenarnya hari penobatan Stephen."
"Ini acara apa? Top model?" Tanya Phoebe membaca tulisan pada layar televisi. "Tapi 'kan juga hari penobatanmu menjadi ratu!"
"'Calon ratu'," Clara meralat, "Iya acaranya cukup oke lho! Drama ganti ke delapan."
Phoebe menekan tombol delapan dengan cepat, lalu tiba-tiba seperti sesuatu terlintas dalam benaknya. "Bagaimana perasaanmu pada Stephen?"
Clara melotot mendengar pernyataan Phoebe. Sebenarnya tidak aneh pertanyaan itu dilontarkan, tapi Clara sendiri tidak tahu jawabannya, sehingga ia hanya menjawab dengan mengangkat bahu.
"Oh ayolah," Phoebe menyenggol Clara. "Pangeran mahkota memberi dan memakaikan kalung di tengah banyak orang! Seperti dongeng bagi semua gadis, kau tahu!"
Clara tidak merasa kisahnya seperti dongeng. Di dongeng-dongeng, pangeran dan sang putri tidak pernah bertemu sebelumnya, mereka akan bertemu di pesta dansa dan saling jatuh cinta. Sedangkan dirinya adalah seorang putri bangsawan. Dia sudah mengenal Stephen sejak kecil dan orang tua mereka berdua sudah memutuskan pernikahan ini sejak mereka kecil. Bahkan setitik romantis pun tidak ada. Meskipun Clara harus akui, ia sangat tersanjung saat Stephen memberinya kalung di hari ulang tahunnya itu. Ia merekam adegan kecil itu di ingatannya, memutarnya sekali lagi, dan entah mengapa membuatnya senang.
"Kau benar-benar payah, deh!" Phoebe mengomentari Clara yang tidak kunjung menjawab pertanyaannya. "Apa kau tidak ada perasaan seperti berbunga-bunga atau berdebar-debar saat melihat dia sekarang? Menurutku tampang Stephen oke juga. Apalagi di ulang tahunmu, dia keren banget kau tahu! Ya, walau dia selalu tampak gugup seperti biasa."
"Well, kita teman dari kecil. Aku berdebar-debar saat dia mengenakan kalung padaku, tapi aku tidak tahu apakah itu yang kau maksud," Clara berusaha mengalihkan topik dengan memfokuskan diri menonton televisi yang menampilkan sebuah drama anak sekolahan. Ibunya paling tidak suka ia menonton sesuatu seperti ini. Keluarga Chaney menaruh televisi di kamar Clara dengan tujuan agar gadis mereka dapat melihat berita-berita terkini dan acara edukasi yang mendidik. Meskipun sang ayah tidak keberatan menambahkan channel lainnya, seperti channel drama ini, dengan alasan agar Clara lebih berhati-hati dengan kehidupan kota yang mengerikan dan kelewat bebas.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Tale of Ravendiom
FantasyClara - putri bangsawan, hidup berkelimpahan, namun selalu iri dengan kehidupan anak kota yang bebas. Sophie - hidup di district lingkar tujuh, hidup berkekurangan, namun atas pesan ayahnya ia tetap bersekolah di distrik lingkar satu yang penuh deng...