Clara hampir setengah berlari begitu turun dari mobilnya. Ia melewati para penjaga di teras kerajaan, menaiki undakan, langsung menjeblak masuk ke hall utama istana yang megah.
Begitu memasuki ruangan tersebut, Clara disambut oleh pemandangan yang sudah tak asing lagi. Lantai granit bewarna keemasan, langit-langit tinggi dengan lampu kristal yang terlihat megah menggantung di atas, serta kedua tangga pualam di tengah ruangan menuju ke bagian inti istana. Para pengawal kerajan serta pelayan-pelayan membungkuk hormat pada Clara seperti biasanya. Namun di antara semua itu, seorang wanita paruh baya berjalan maju menghampiri gadis itu.
"Princess Clara." Sapanya sopan sambil membungkuk dan menyingkap sedikit roknya.
"Lady Valera," Clara menaruh salah satu kaki di belakang, membungkuk sambil menyingkap sedikit rok berpergiannya, membalas sapaan hormat itu, lalu dengan cepat berkata. "Di mana Stephen?"
Lady Valera tersenyum, namun tampak terlihat tak enak hati, "Maaf Princess Clara, Crown Prince Stephen sedang berada di ruang musik, namun beliau berkata bahwa beliau tidak bisa diganggu saat ini."
Clara tahu hampir setiap jadwal Stephen, dari jadwal latihan panah, pendidikan politik, pendidikan tambahan di luar sekolah, sampai latihan pianonya. Dan gadis itu yakin hari ini bukanlah hari yang dijadwalkan. Lagipula Stephen tidak pernah 'tidak ingin diganggu'.
Tanpa berpikir lebih panjang, Clara mengindahkan Lady Valera. Berlari melewati wanita itu menuju salah satu tangga pualam di belakangnya. Para pengawal dan pelayan yang tidak memperkirakan tindakan gadis itu tidak berhasil menahannya, alih-alih mereka berhasil menahan Caleb yang berlari menyusul Clara.
Gadis itu tidak perlu dituntun menuju ruang musik. Ia tahu semua seluk beluk istana Delaney. Tidak butuh waktu cukup lama bagi gadis itu untuk menemukan ruangan yang dijaga oleh beberapa pengawal Ravendiom itu.
Begitu menyadari kehadiran sang princess, salah satu pengawal memberikan bungkukan hormat, diikuti oleh pengawal lain.
"Aku ingin bertemu Stephen," kata Clara cepat.
"Maaf, Princess Clara, Crown Prince Stephen berkata..."
Tepat saat itu pintu tinggi dibelakang para pengawal terbuka. Keempat pengawal itu dengan sigap membentuk barisan. Stephen melenggang keluar, namun tidak sendiri. Di sebelahnya Stephanie Flores – dengan pakaian ketat favoritnya, yang bewarna hitam serta celana jeans - mengelayut mesra pada lengan sang pangeran mahkota. Mereka tampak kaget dengan kehadiran Clara di sini.
"Clar?" Stephen menautkan alisnya bingung. "Apa yang kau lakukan di sini?"
Gadis itu mengernyit.
"Lady Valera berkata kau tak bisa diganggu." Ada sedikit nada menuntut dalam pernyataan yang diucapkan Clara.
Stephen tampak salah tingkah. "Oh ya, hmn, aku baru saja menemani Stev latihan piano."
Stephanie Flores tersenyum ramah, "Stephen adalah guru yang baik, well, meskipun Princess Clara juga sangatlah baik saat mengajariku tata krama kerajaan."
Clara tidak membalas senyuman gadis itu. Ia menatap langsung pada Stephen. Melihat raut wajah gadis itu yang tak biasa, Stephen mengernyit.
"Dengarkan aku, Stephen," kata Clara, lalu ia menunjuk pada Stephanie Flores. "Gadis ini memperdayaimu, gadis ini.. ayahnya yang jahat itu ingin menggulingkan kau dari tahta! Kau harus segera mengatakannya pada the King."
Stephen mengerjapkan mata, bingung mendengarkan informasi yang baru saja keluar dari bibir sahabaynya. "Clara? Omong kosong apa ini? Aku bahkan belum berada di tahta. Dan bagaimana mungkin Stev memperdayaiku untuk turun dari tahta."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Tale of Ravendiom
FantasíaClara - putri bangsawan, hidup berkelimpahan, namun selalu iri dengan kehidupan anak kota yang bebas. Sophie - hidup di district lingkar tujuh, hidup berkekurangan, namun atas pesan ayahnya ia tetap bersekolah di distrik lingkar satu yang penuh deng...