Part 27 : Goodbye

33 7 2
                                    

Keheningan itu bagaikan sebuah hukuman terbesar bagi Clara. Gadis itu meringkuk sendirian dalam selnya, mendengar bunyi tetes air entah dari mana. Ia mengigit bibirnya. Sudah berapa jam, berapa hari berlalu sejak sidang pertama mereka? Ia tak tahu. Namun keheningan di antara dirinya dan sahabat kecilnya itu yang membuat gadis itu cemas.

"Caleb?" panggil Clara, akhirnya memberanikan membuka suara. "Apakah kau membenciku?"

Tidak ada balasan. Ia tidak yakin apakah laki-laki itu sedang tertidur atau memang tidak ingin menjawab.

"Aku minta maaf, aku tidak bermaksud menyembunyikannya darimu," lirih Clara.

Ia tahu, seharusnya ia tidak menyembunyikannya dari Caleb. Namun di sisi lain ia pun takut jika Caleb tidak mempercayainya. Dan kini gadis itu tahu, bahwa mungkin sekarang Caleb bukan hanya tidak mempercayai gadis itu, namun ia juga membenci gadis itu.

Keheningan sekali lagi mengerorogoti tempat tersebut. Clara berusaha menahan diri untuk tidak terisak hingga akhirnya ia mendengar suara Caleb yang serak, "Clara."

"Ya?"

Caleb tidak meneruskan karena tiba-tiba mereka mendengar suara yang amat gaduh di luar sel tahanan mereka.

**

Banyak sekali pertanyaan yang ingin dilontarkan Caleb. Entah perasaan apa yang sebenarnya berada di dadanya. Marah? Takut? Kecewa? Atau semuanya.

Ia sangat kecewa karena Clara tidak memberitahu dirinya terlebih dahulu, ia sangat marah dengan fakta bahwa ayahnya adalah salah satu antek Kirk Flores (karena itu ia tidak menemukan ayahnya kah di pengadilan?), dan ia takut, ia takut kemarahannya akan menimbulkan kebencian. Ia tidak ingin kehilangan sosok ayah yang dikenalnya, namun ia juga tidak ingin kehilangan Clara.

Apakah ia mempercayai gadis itu? Pikiran logisnya berkata tidak. Mungkin Clara memang membuat cerita itu. Mungkin gadis itu terlalu mencintai Stephen. Namun pikiran logis lainnya berpikir, apakah gadis yang ia kenal seumur hidupnya itu akan melakukan hal serendah itu?

"Caleb," Caleb mendengar gadis itu bersuara. Caleb ingin segera membalasnya. Ia ingin bertemu dengan gadis itu. Ia ingin menanyakan banyak sekali pertanyaan.

Namun ketika Caleb baru memutuskan akan membuka suara, ia mendengar suara gaduh tersebut.

Pangeran bangsawan Rowen tersebut melongok dari jeruji tahanannya. Ia tidak dapat melihat dengan jelas apa yang terjadi di lorong gelap tersebut, namun ia dapat mendegar dengan jelas suara-suara yang menghantam dinding bata.

Lalu berikutnya, Caleb melihat seorang laki-laki bertubuh besar berdiri di depan selnya, dengan obor di tangan. Ia mengenakan seragam Ravendiom lengkap, namun dengan tangan terkepal yang memerah, serta wajah yang penuh bekas luka, salah satu mata yang ditutupi oleh penutup mata, laki-laki tersebut tidak nampak seperti penjaga tahanan sel mereka.

Mata kanannya yang terbebas dari penutup mata menatap sekilas pada Caleb sebelum akhirnya berjalan melalui sel itu menuju sel Clara.

"Apa yang kau lakukan?" teriak Caleb dari jeruji tahanan sebelah. "Sidang pengadilan berikutnya masih ada beberapa jam lagi!"

"Ini adalah perintah langsung dari The King." suara serak yang menggelegar menjawab. Pengawal bertubuh besar itu membuka pintu sel Clara. Caleb berusaha melihat dari jeruji selnya.

"Apa-apaan ini?" Ia mendengar suara Clara memekik. Dari apa yang ia dengar, ia mendapati laki-laki itu mengunci tangan Clara dengan borgol. Membutuhkan waktu lama karena gadis itu meronta-ronta.

"The King tidak akan menyuruh orang seperti anda," seru Clara tajam.

Pengawal itu tidak menjawab. Ia membuka pintu sel Clara dengan kasar, lalu menarik gadis itu keluar dari ruangan dengan kasar.

"Lepaskan aku! Lepaskan aku!" teriak Clara, berusaha memberontak dengan sia-sia. Tubuh sang pengawal sangat besar. Laki-laki itu dengan sangat kasar menggeret gadis itu melewati jeruji tahanan Caleb.

"Lepaskan dia!" teriak Caleb dari balik jeruji. Tangannya berusaha menggapai-gapai hingga akhirnya ia berhasil menarik lengan baju Clara. Tanpa basa basi pengawal itu menendang tangan Caleb. Terdengar sedikit bunyi kratak dan Caleb berteriak keras.

Pengawal itu menarik tubuh Clara menjauh. Gadis itu masih berteriak-teriak hingga akhirnya sang pengawal terpaksa membungkamnya dengan sapu tangan. Mereka berdua terus berjalan meninggalkan Caleb yang berteriak-teriak dan terus menendang-nendang jeruji selnya.

**

Caleb masuk ke dalam ruangan sidang. Lingkar di bawah matanya menghitam. Begitu ia naik ke atas podium, ia menyadari bahwa ia sendiri. Ia menunggu. Tidak terlihat adanya gelagat para pengawal yang akan membawa temannya kemari.

"Di mana Clara?" tuntut Caleb begitu hakim mengetuk palunya.

Sang hakim berdeham tidak menjawab. Orang-orang mulai berbicara, juga menanyakan pertanyaan yang sama.

Saat itu Caleb yakin, pengawal tersebut sama sekali bukan utusan sang raja. Ketika sidang itu berakhir dengan konklusi Caleb dinyatakan tidak bersalah, karena dia hanyalah pihak pembela, Caleb tahu ke manapun pengawal itu membawa Clara, ia itu tidak akan pernah menemukan gadis itu.

**

The Tale of RavendiomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang