Part 17 : The Savage

35 8 1
                                    

"Apa yang kau lakukan?" jerit Phoebe.

Caleb bergeming. "Dia adalah seorang wanita."

"Wanita?" tanya Clara bingung.

Ia berjalan maju takut-takut, mengintip dari pundak Caleb. Benar saja, orang yang berada di depannya adalah seorang wanita yang bertubuh kurus dan tidak lebih tinggi dari Clara. Wajahnya pucat dan terlampau kurus hingga tulang wajahnya terlihat amat jelas. Tangannya menggandeng seorang bocah kecil yang tidak kalah kurusnya. Wanita itu tiba-tiba membungkuk memberi hormat.

"Maaf membuat anda kaget tuan putri," kata wanita tersebut.

Phoebe mengikuti Clara, berjalan perlahan-lahan sedikit takut.

Setelah wanita di hadapan mereka memberi hormat, ia menyuruh anak laki-lakinya yang masih kecil untuk ikut membungkuk. Bocah kecil itu menurut, lalu mendongak melihat ibunya. "Ibu mengapa kita harus membungkuk? Apakah mereka akan memberi kita makan?"

Sang ibu tersenyum. "Tidak sayang, kita memberi hormat karena mereka adalah pangeran dan putri kerajaan. Mereka adalah orang yang harus kita hormati."

Wajah bocah itu berubah menjadi sedih. "Tapi aku lapar, Stan juga pasti lapar."

Ibunya tersenyum, sedikit membungkuk untuk meraih wajah anak laki-lakinya. "Besok kita akan mendapatkan sesuatu."

Tanpa sadar Clara bergerak ke depan. "Kami ada banyak makanan di pemukiman," lalu terbesit di otaknya ceker-ceker ayam serta banyak sekali makanan yang tidak begitu jelas bentuknya yang sama sekali tidak tersentuh. Lalu ia melihat bocah kecil kurus itu. Dalam hatinya ia merasa amat bersalah. "Mungkin anda bisa membawa anak anda untuk mengambil sedikit."

Wanita di hadapan Clara itu tersenyum ramah. "Anda baik sekali tuan putri, tapi itu semua kami persembahkan bagi kerajaan, kami tidak layak menerimanya."

Keempat bangsawan itu saling bertatapan dalam gelap. Mereka semua sepertinya sedang berpikir hal yang sama. Keempatnya merasa amat bersalah karena bahkan tidak terlintas dalam benak mereka bahwa orang-orang ini merelakan diri mereka kelaparan demi mempersembahkan makanan bagi mereka yang malah akhirnya disia-siakan.

Phoebe bergerak maju dengan hati-hati. "Saya bisa membagikan sedikit strawberry."

Sekali lagi bibir pucat wanita itu terangkat. "Terima kasih, tuan putri, tapi kami sungguh tidak dapat menerimanya."

Kentara sekali ada sedikit kekecewaan di wajah sang buah hati. Anak kecil itu baru saja tersenyum ketika mendengar strawberry, dan ibunya baru saja menolak pemberian cuma-cuma itu.

"Di sini bahaya tuan muda, tuan putri," kata si wanita. "Saya akan antarkan anda sekalian pulang ke pemukiman."

Mereka mengikuti wanita itu berjalan dalam keheningan di bukit bebatuan tersebut, berjalan menuruni jalan-jalan yang tidak rata dengan semak-semak di sekeliling mereka.

"Apakah anda tinggal jauh dari sini?" tanya Clara ramah.

"Kami tinggal di lereng pegunungan," wanita itu tersenyum. "Kami mengelilingi tempat ini untuk mencari makan, sudah hampir dua hari kami tidak dapat menemukan makanan."

Clara dan Phoebe saling bertatapan, terlihat sedih.

Melihat perubahan di wajah kedua gadis itu, wanita tersebut tersenyum lembut. "Kami sudah terbiasa dengan hidup seperti ini, tapi ketika musim panen, kami mendapat banyak sekali strawberry."

Clara dan Phoebe mengangguk-anguk. Wanita itu tersenyum memperhatikan kedua gadis bangsawan tersebut. Namun tiba-tiba saja ia membelalakkan mata, wajahnya berubah menjadi pucat, ia melepas genggaman anak laki-lakinya, mendorong Clara dan Phoebe ke samping, lalu merengsek maju. Caleb dan Finns yang berjalan di belakang menangkap keduanya putri bangsawan tersebut, tidak mengerti apa yang baru saja terjadi.

The Tale of RavendiomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang