Part 3

2.9K 198 2
                                    

"Dek, mau ikut nggak?"

Alexa yang sedang berdiri di konter dapur dekat dispenser, meminum air yang baru diambilnya, dan setelahnya berbalik menatap Bang Erick yang duduk tak jauh darinya didepan tv yang mati di ruang tengah sambil ngemil keripik kentang, padahal Bunda sudah melarang mereka semua untuk menghindari memakan chiki-chiki, karena kebanyakan mecinnya, tapi dasar Bang Erick emang ngeyel. Sama Bunda di larang, tapi masih suka sembunyi-sembunyi membelinya dalam jumlah banyak dan menyembunyikannya dari pandangan Bunda, entah Bang Erick taruh di mobilnya, atau pun di kamarnya, yang pasti disemua tempat yang bisa luput dari pandangan Bunda.

"Ikut kemana Bang?"

"Abang sama teman-teman satu komunitas mau ke Gede Pangrango Dek?"

"Kapan Bang?" tanya Alexa antusias.

Naik gunung dan kegiatan outdoor sudah jadi hobbynya sejak kecil, doktrin yang diberikan kedua abangnya memang tertanam sempurna di kepala Alexa, dan akhirnya selain suka naik gunung, Alexa jago diving dan sudah memiliki sertifikat, Alexa juga pernah beberapa kali ikut caving alias menyusuri gua-gua horizontal maupun vertikal, beberapa kali malah ikut menyusuri gua dimana Alexa dituntut untuk mengeluarkan kemampuan menyelamnya, dan tentu saja Alexa juga suka rafting, track raftingnya dari mulai yang paling terkenal di Jawa Barat seperti Citarik Sukabumi, sampai sungai Serayu di Jawa Tengah sudah pernah Alexa coba, dan bukannya sombong, tapi Alexa juga jago berkelahi, sabuk hitam taekwondo dan menjadi atlet kebanggaan di kota mereka.

Tapi itu dulu, sebelum penyakit itu ditemukan ada pada Alexa.

Bang Jimmy dan Bang Erick selalu menanamkan pada Alexa, bahwa walaupun Alexa perempuan, Alexa harus bisa menjaga dirinya sendiri, jangan terus tergantung dengan kedua Abangnya, karena kedua abangnya tidak bisa setiap saat menjaganya. Jadi beginilah Alexa saat ini.

"Ikuttt!!" teriaknya senang.

"Di ijinin tidak sama Bunda Dek? Kamu main ikut-ikut aja," komentar Bang Jimmy, yang baru masuk ke ruang tengah rumah mereka sambil menyeruput kopinya.

Bahunya Alexa melorot, "diijinin kali Bang, kan belakangan ini Alexa lumayan sehat," sahutnya lemah.

"Bukan hanya ijin Bunda Dek, ijin dokter juga.."

Alexa mendesah putus asa, "coba Alexa sehat ya Bang, mungkin Alexa bisa ikut kemanapun Abang pergi, tidak harus nunggu ijin dokter," keluhnya.

Bang Jimmy dan Bang Erick menghampiri Alexa, dan duduk disebelah Alexa di kiri dan kanan, "kamu akan segera sehat lagi Dek, asal kamu mau segera di operasi, untuk mengangkat jaringan itu segera,"

"Tapi banyak resiko yang harus Alexa ambil Bang, kemampuan motorik Alexa akan terganggu setelah operasi itu berlangsung, belum lagi ada indikasi Alexa bakal buta, karena jaringan itu sudah sampai ke syaraf mata, padahal Alexa masih ingin melihat semuanya.." kalimat Alexa terpotong, "terutama Alexa ingin melihat dia, laki-laki yang telah membuat Alexa lahir kedunia ini" tutur Alexa panjang lebar.

"Sayang..."

"Alexa tidak apa-apa Bang, Alexa sudah biasa seperti ini.."

"Tapi kesehatan kamu masih 80 berbanding 20 sayang, kesempatan kamu untuk kembali sembuh masih besar,"

"Tapi Alexa takut Bang,"

Bang Jimmy merengkuh bahu Alexa kedalam pelukannya, "kita hadapi ini bareng-bareng sayang, kita konsultasikan lagi ke Dokter yang merawatmu, kemungkinan pasca operasinya," hibur Bang Jimmy, "tapi abang tidak mau Adek-nya Abang menyerah dan putus asa seperti ini," lanjutnya lagi.

AlexaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang