Part 9

2.2K 165 2
                                    

Hai.. Hai.. Hai... Aku kembali, adakah yang kangen aku? Pasti jawabannya enggak, kalian jahat, kangennya hanya sama cerita ini aja. Hiks.

BTW, aku kemarin janji mau update seminggu tiga kali, tapi kenyataannya saudara-saudara sebangsa tanah sebangsa air, kehidupan dunia nyata, sungguh luar biasa menyita waktuku. Hiks. Ya sudahlah, begitu saja aku koar koarnya ya.. Bye..

Jangan lupa tinggalkan jejak vote dan koment ya.. Dan Part depan aku private, jangan sampai nanya-nanya lagi, lelah Adek Bang. hehehe..

****

"Dek, minggu depan Bunda akan berangkat ke Bali, karena butik disana bermasalah kemungkinan Bunda disana akan lama, kamu tidak apa-apa kan disini hanya ditemani oleh Bang Erick sama Bang Jimmy? Atau Alexa mau ikut Bunda sekalian jalan-jalan?" Bunda membuka percakapan saat mereka sedang menunggu makan malam.

Alexa menganggukan kepalanya, 'kenapa tidak, kedua Abang Alexa sangat posesif dalam menjaganya, dan tidak membiarkan Alexa keluar rumah tanpa ijin dan tujuan yang pasti.

"Tapi Abang harus ke Bintan Bun, nemenin klien dari kantor yang mengajak main golf disana." Bang Jimmy yang berkomentar. Ya belakangan ini Bang Jimmy sudah mulai dipercaya di kantornya, dan Alexa tahu itu semua karena ada campur tangan Opa didalamnya.

"Erick?"

"Alexa bisa ikut Erick Bun,

Bunda mengerutkan keningnya, "emang Erick mau kemana?" tanya Bunda kemudian.

"Erick hanya pengen merasakan liburan di rumah Ayah aja kok Bun,"

Bunda menatap Alexa, "Alexa mau ke rumah.." suara bunda terputus, "Oom Bastian?"

Alexa menganggukan kepalanya, "tidak apa-apa Bunda, Alexa juga ingin nyobain dong liburan di rumah Ayahnya Bang Jimmy dan Bang Erick," jawab Alexa.

Wajah bunda berubah sedih, Alexa memeluk bunda, "Ya Tuhan, Bunda, maafkan Alexa, Alexa tidak bermaksud membuat Bunda sedih," kata Alexa sambil memeluk Bunda erat, Alexa tahu kata-katanya menyakiti Bunda kali ini, harusnya Alexa tidak boleh berkata begitu. Alexa mengutuk mulutnya yang asal mangap ini.

Bunda tersenyum pahit, sambil mengusap bahu Alexa lembut menenangkan. Sampai akhirnya Marni gadis ABG yang menjadi asisten Mak Ijah datang, dan mengabarkan bahwa makan malam telah siap.

Dan akhirnya keluarga itu pindah ke meja makan.

Saat itu keluarga kecil itu tengah makan malam bersama. Dengan penuh perhatian Bunda menyiapkan segala sesuatu yang di hidangkan diatas meja ke piring Alexa. "Udah dong Bunda, entar ada yang ngiri lagi," tegur Alexa, sambil melirik kearah Erick yang sedang nyengir, ketika melihat piringnya sudah menggunung dengan berbagai lauk pauk.

Jimmy dan Erick tertawa riang, "Alexa emang rakus Bunda?" koor Jimmy dan Erick kompak.

"Alexa bukan ngomong sama Abang tapi sama Bunda!" kata Alexa sambil meleletkan lidahnya.

"Sudah ah jangan berantem, lebih baik habiskan makanan kalian!" tegur Bunda.

Mereka menghabiskan makanannya dengan tenang. Dan setelah acara makan malam itu selesai, dan mereka semua sudah pindah kembali keruang keluarga.

Sambil duduk disebelah Bunda Alexa bergumam lirih, "Bunda, Alexa boleh bertanya sesuatu?" tanya Alexa.

"Bertanya apa sayang?"

"Tapi janji Bunda tidak marah dengan Alexa,"

Bunda terlihat menganggukan kepalanya, sambil tersenyum menatap Alexa lembut.

"Bunda, masih ada kesempatan Alexa bertemu dengan Ayah Alexa?" tanya Alexa. Dan saat Bunda mendengar pertanyaan Alexa, airmata Bunda merebak, membuat Alexa kalang kabut, dan memeluk Bunda, "Bunda, Alexa mohon. Bunda jangan menangis. Lupakan pertanyaan Alexa barusan yang tidak mengerti dengan perasaan Bunda."

Bunda tersenyum melihat Alexa, "tidak sayang, Alexa memang harus bertemu dengannya, tapi bukan sekarang." Jawab Bunda sambil tersenyum memeluk Alexa erat dan mengelus rambutnya lembut.

Semua di ruangan itu terdiam dan menatap Alexa.

"Kamu memang harus bertemu dengannya Dek, segera!" Jimmy buka suara. Terjadi keheningan yang lama di ruangan itu. Semua sibuk dengan pikiran masing-masing.

Sampai akhirnya. "Jadi kapan rencana kalian akan berangkat ke rumah Ayah?" Jimmy memecah keheningan di ruangan itu dengan pertanyaan, sambil menatap Alexa dan Erick.

"Besok, setelah Bunda berangkat," jawab Erick.

"Kamu pastikan Alexa diterima disana dengan baik-baik saja ya Rick, kalau ada apa-apa langsung hubungi Abang.."

"Hanya dua atau tiga malam saja Bang, tidak usah berlebihan deh." Alexa memotong.

"Walaupun dua atau tiga malam Lex, kamu kayak tidak tahu Ayah saja.."

"Hush...." Tegur Bunda. "Kalian ini bagaimana sih, yang kalian bicarakan itu Ayah kalian lho.."

"Ayahnya Bang Jimmy dan Bang Erick Bun, bukan Ayahnya Alexa." Potong Alexa.

"Ayah kamu juga Dek."

"Bukan.." jawab Alexa. "Oom Bastian saja tidak mau kok ngakuin Alexa sebagai anaknya. Kecuali di akta kelahiran, dan ijazah,"

Kembali terjadi keheningan.

Alexa menarik napas. "Maafin Alexa Bunda, Alexa ikut ke rumah Oom Bastian karena Alexa ingin merasakan hidup bersama Ayah, walaupun Oom Bastian bukan Ayah Alexa, dan beliau juga dengan keras menolak Alexa berada didekatnya," kata Alexa terbata, "walaupun itu tidak menjamin Alexa akan bisa sembuh setelah Alexa kerumah Oom Bastian! Tapi Alexa ingin mencobanya," sambungnya kemudian.

"Alexa, tapi apa Alexa siap berhadapan dengan Ayah?"

"Tidak apa-apa Bang, karena ini bukan kali pertama Alexa!"

Semua orang menatap Alexa haru. Bunda memeluk Alexa erat, dan dengan lirih ia berkata, "Bunda hanya berharap Ayah mau menerima Alexa disana!"

Alexa menganggukan kepalanya.

"Alexa bagi Abang tidak masalah disakitin sebanyak apapun, karena Abang sudah biasa. Tapi ini Alexa, adik Abang yang paling Abang sayangi, Abang hanya takut nantinya Alexa sakit hati disana," kata-kata Jimmy, lebih dewasa. "Dan yang lebih Abang takutkan lagi adalah Alexanya sakit lagi, itu bisa bikin kita semua sedih!"

Alexa tersenyum, "Insha Allah tidak akan terjadi apa-apa disana," kata Alexa, "lagian emang di rumah Ayah itu sarang macan apa?" tanya Alexa sambil tersenyum, "Alexa yakin, Alexa akan baik-baik saja disana,"

"Bukan gitu sayang, Alexa tau sendiri kan sifat Ayah?"

"Tidak apa-apa Bang,"

"Abang takut Alexa disakiti perasaannya, dan kalau itu terjadi Abang tidak mau memaafkan Ayah."

"Abang harus percaya sama Alexa, Oom Bastian tidak akan melakukan itu."

"Lex, kita kan tidak tau, hati orang seperti apa?"

Alexa terdiam lama,

Dan terjadi keheningan yang mencekam di sekeliling mereka, mereka semua menunggu keputusan Alexa dengan ketegangan yang memuncak, sampai akhirnya....

"Baiklah Bang, terimakasih sarannya, tapi Alexa tidak akan mengubah keputusan Alexa," jelasnya, "lagian Alexa disana kan tidak sendirian, ada Bang Erick yang menemani Alexa, itu artinya Alexa akan aman disana, dan kalau ada apa-apa yang nyakitin hati Alexa, Alexa akan langsung menghubungi Bunda dan Abang di tempat tugasnya, bagaimana?" usulnya.

Mereka bertiga menarik napas berat,

"Baiklah Lex, terserah Alexa saja, tapi Alexa harus janji, kalau ada apa-apa disana, Alexa harus secepatnya menghubungi kami disini,"

"Itu pasti!!" kata Alexa sambil tersenyum.

* * *

AlexaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang