Part 17

3K 200 15
                                    

Hai, halo.. Apakabar? Longweekend-nya pada liburan kemana? Aku sih di rumah saja, soalnya liburannya sudah duluan seminggu kemarin, makanya tidak update lama. Hehehe... Ada yang kangen sama aku? Diihh... Kamu siapa sih, penulis lebay aja minta di kangenin. Jleebbb banget kan di hati bila ada pembaca yang jawab gitu.

Aku ceritakan pengalamanan kemarin aja deh.

Luar biasa, Lembang tempat aku tinggal, sudah menjadi tujuan wisata banget ya, dari rumah sampai ke Ledeng aku sampai menghabiskan 4 jam perjalanan, gila nggak tuh? Dan yang bikin macet meluber kemana-mana itu floating market, gila aja tuh. Hayati lelah Bang, *ngusap dahi.

Sesi curcolnya udahan deh. Sekarang, back to topic. Wahhh tidak berasa ya sudah part 17 aja lho... bentar lagi tamat, dan aku juga sedang menyiapkan cerita lain, yang tidak kalah kerennya. Hehehehe...

Happy reading guys... Jangan lupa tinggalkan jejak vote.. Kiss....

****

Saat Alexa terkapar tidak sadarkan diri di rumah sakit, hampir setiap hari Oom Bastian datang, dan memohon kepada Bunda untuk mengijinkannya melihat Alexa, dan berdiri didekatnya.

Dan dari setiap permintaan Oom Bastian, Erick yang paling keras menolak keinginan Oom Bastian.

"Tidak... Ayah tidak usah deket-deket Alexa lagi, untuk apa? Itu tidak akan membantu memulihkannya," tolak Erick kasar.

"Erick, Ayah mohon... Ayah ingin melihatnya, Ayah ingin minta maaf, Ayah ingin memeluknya, pelukan pertama Ayah untuknya!" pinta Oom Bastian lirih menahan perasaan terlukanya, air mata tampak menggenangi wajahnya yang kusut.

"Kenapa baru sekarang Ayah ingin dekat dengannya? Kenapa baru sekarang Ayah ingin memeluknya? Kemana saja Ayah selama ini?"

Air mata yang menggenangi pelupuk mata Oom Bastian, jatuh menyusuri pipinya, "Rick, Ayah minta maaf dengan semua kesalahan yang sudah Ayah lakukan kepada Erick, Jimmy dan Bunda," mohon Oom Bastian, "benci Ayah Rick, apabila kesalahan Ayah selama ini tidak bisa anak-anak Ayah maafkan," Oom Bastian terdiam, tampaknya ia sedang menarik napas berat, "tapi ijinkan Ayah melihat Alexa Rick, selama Alexa sakit, belum sekalipun Ayah melihatnya secara langsung, dan menunjukan bahwa ia sangat berharga untuk Ayah,"

"Berharga?" Tanya Erick sinis, "tidak salah tuh? Bukankah selama ini, Ayah perlakukan kami sebagai manusia nomor dua, Ayah lebih mementingkan kepentingan Kevin di bandingkan kepentingan kami? Berapa kali aku harus sakit hati di bandingkan dengan Kevin? Berapa kali Bang Jimmy harus menekan perasaannya karena di sindir dan di bandingkan oleh Ayah, belum lagi dengan Alexa yang harus mendapatkan luka hati saat mendengar kata-kata Ayah yang tidak pantas di ucapkan kepada anaknya?" beber Erick, dengan angkuh menyebutkan titik-titik rawan yang membuat Oom Bastian semakin terpukul.

Oom Bastian terpaku melihat Erick. Tampaknya ia tidak menduga Erick akan mengatakan semua kesalahan dirinya disaat seperti ini.

"Maafkan Erick Yah, bila kata-kata Erick terlalu kasar Ayah terima, tapi saat ini lebih baik Ayah pulang saja, dan tidak usah mengurusi kami, apalagi ingin tau keadaan Alexa yang bukan urusan Ayah," usir Erick kejam.

Oom Bastian menatap Erick, ada luka dan penyesalan dikedua bola matanya, sebelum akhirnya Oom Bastian berbalik badan, dan melangkah meninggalkan Erick. Langkah yang biasanya gagah, kini Oom Bastian tampak sangat terpukul, wajahnya menunduk menatap lantai, begitu juga dengan bahunya yang melorot, menjuntai melewati tubuhnya, Oom Bastian berjalan persis seperti prajurit yang kalah berperang. Ia kalah. Kalah telak, karena kesalahannya.

* * * *

Baru dua hari kemudian Oom Bastian di ijinkan Bunda untuk bisa melihat langsung keadaan Alexa, itupun setelah melewati proses yang sangat panjang, karena Erick dan Jimmy tetap tidak memberikan Oom Bastian ijin untuk bias melihat langsung keadaan Alexa. Hampir menangis Oom Bastian memohon pada Bunda yang kukuh, tidak memberinya ijin.

AlexaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang