Part 8

2.2K 163 4
                                    

SATU BULAN KEMUDIAN,

Alexa hampir menyelesaikan satu bulan masa training-nya di restoran tempatnya bekerja, dia tinggal menunggu dua hari lagi hingga dia sudah bisa di bilang karyawan tetap di restoran itu.

Dia sangat bersyukur pekerjaannya disini tidak mengharuskannya untuk menggunakan otaknya, ia hanya bertugas bersih-bersih meja dan merapikan kursi yang sudah ditinggal pelanggan, kadang mencuci piring, membantu Pak Ujang yang sudah tua, walaupun ada fasilitas mesin cuci piring, tapi ada barang-barang yang memang tidak bisa di cuci menggunakan mesin cuci piring.

Hari-hari gelap yang senantiasa di gelayuti awan tebal, sedikit demi sedikit menyingkir, membuat hari-harinya ceria, riang, dan membawanya kepada sebuah keputusan penting, 'gue harus bisa bertahan hidup, karena banyak orang yang pasti akan merasa kehilangan gue bila gue harus pergi, saat gue belum meninggalkan sesuatu untuk dikenang oleh orang lain.' pikirnya

Hingga pada suatu hari, ada sebuah kejadian yang meruntuhkan segalanya, segala yang telah ia pertahankan sebelumnya.

****

Sore itu di penghujung bulan Desember, restoran tempat Alexa bekerja lumayan rame, karena banyak warga ibukota maupun dari luar daerah yang menghabiskan liburan akhir tahunnya dengan berkunjung ke Bandung.

Waktu menunjukan pukul sembilan belas lewat dua puluh menit, Alexa sedang sibuk-sibuknya melayani tamu yang datang dan pergi silih berganti, dari tadi sore restoran itu tetap rame, hingga membuat karyawannya kerepotan melayaninya.

Saat tiba-tiba, Alexa yang sedang membawa nampan berisi piring dan gelas kotor bekas pakai menuju dapur, dan tidak sengaja menabrak seseorang yang berjalan tergesa-gesa, menuju kamar kecil. Alexa yang tidak siaga, tubuhnya langsung membentur tembok, ketika tangan yang besar itu menabrak sisi sebelah kiri tubuhnya.

Isi nampan tumpah dan membasahi jas mahal pria itu, Alexa yang panik, langsung mengambil tisu dan berniat membantu membersihkan jas pria itu. Tapi ditepisnya, ketika Alexa kembali akan melakukannya, pria itu menghampiri Alexa, dengan rahang terkatup rapat, ia cekal pergelangan tangan Alexa, hingga gadis itu merasa darahnya hampir berhenti mengalir ke jantungnya akibat cekalan tangan pria itu sangat erat, "apa yang kamu lakukan disini?" geramnya.

Alexa medongak menatap wajah pria itu, ada keterkejutan di kedua matanya, "OOM BASTIAN.." bisiknya.

"Saya tanya apa yang kamu lakukan disini?" tanyanya keras setengah berteriak, hingga membuat beberapa pengunjung menatap mereka dengan pandangan ingin tau dan ada juga yang merasa terganggu.

"Alexa sedang kerja disini Oom," bisik Alexa, ia merasa tidak enak.

Tapi Oom Bastian tampaknya tidak peduli, dengan suara menggelegar ia berkata. "Harusnya kamu gak usah kerja disini,"

Dengan wajah bingung Alexa bertanya, "ke.... ke... kenapa?'

Oom Bastian mengatupkan rahangnya erat, untuk mencegahnya berteriak, "ikut saya!" ajaknya, dan tanpa menunggu jawaban, Oom Bastian telah menyeret Alexa, kesebuah ruangan yang sepertinya tempat pejabatnya restoran itu.

Setelah menutup pintu di belakangnya, Oom Bastian bersandar dipintu dengan kedua tangan dilipat didada, "sejak kapan kamu kerja disini?" tanyanya sambil menghampiri Alexa yang pucat.

"Hampir satu bulan," jawab Alexa lirih.

Oom Bastian menatapnya murka, "siapa yang ngijinin kamu boleh kerja disini?"

Alexa menggelengkan kepalanya.

"Terus kenapa kamu nekad kerja disini?"

Alexa menatap Oom Bastian, "Alexa hanya ingin punya penghasilan sendiri Oom, tidak melulu minta kepada Bunda...."

"Apa uang yang saya berikan tidak cukup hah?" potong Oom Bastian menggelegar.

Alexa menatap Oom Bastian tepat dimanik matanya yang hitam seperti mata elang persis mata Jimmy, "apa Oom Bastian pernah ngasih uang untuk Alexa?" bisik Alexa pelan.

Oom Bastian tersentak. Tidak menyangka akan mendapatkan pertanyaan seperti itu.

Telunjuk Oom Bastian mengacung di depan wajah Alexa, "KAMU... !" akhirnya Oom Bastian mengibaskan tangannya ke udara, karena ia tidak bisa berkata-apa-apa.

Alexa kembali menatap Oom Bastian tidak mengerti. "Alexa datang kesini dan mengajukan lamaran Oom, dan karena disini juga sedang butuh pegawai part time jadi mereka menerima Alexa, Alexa rasa tidak ada yang salah dengan menerima Alexa disini? Kenapa Oom Bastian sewot?" jelas Alexa.

Wajah Oom Bastian kembali mengeras, suara yang keluar dari mulutnya terdengar menyeramkan, "kamu tau restoran ini milik siapa?" geram Oom Bastian.

Alexa menatap Oom Bastian tidak mengerti, "milik siapa? Alexa tidak tahu, dan tidak ada yang memberi tau,"

Oom Bastian memalingkan kepalanya dengan dongkol, "restoran ini milik saya," desisnya, "MILIK SAYA...." ulangnya dengan penekanan berbeda, "dan karena ini milik saya, haram bagi saya untuk menerima pekerja orang tidak jelas seperti kamu," teriak Oom Bastian kalap.

Wajah Alexa memucat mendengar penjelasan Oom Bastian. Hati Alexa tersayat terluka mendengar kata-kata yang Oom Bastian ucapkan kepadanya. Air mata yang ia tahan akhirnya luruh juga. Alexa mengusap air mata dipipinya, begitu mendengar kata-kata menyakitkan yang keluar dari mulut Oom Bastian. Jelas sudah ia, kenapa belakangan ini ia seperti melihat sosok yang familiar dalam ingatannya karena itu adalah Oom Bastian.

Dengan suara terbata-bata menahan sesak didadanya Alexa berkata, "bila Alexa tau restoran ini milik Oom, Alexa juga tidak akan pernah mencoba melamar pekerjaan kesini, lebih baik Alexa mencari pekerjaan di tempat lain. Bila Alexa tau tempat ini atas nama Oom, tidak mau Alexa menerima uang gajinya, karena Alexa tidak mau ditolong sama orang yang tidak menganggap Alexa manusia,"

Oom Bastian tersentak mendengar perkataan gadis itu. Oom Bastian tidak menyangka Alexa akan membalasnya dengan perkataan yang sama kasarnya. Tanpa pikir panjang tangan kanan Oom Bastian telah melayang dan singgah dengan mulus di pipi kiri Alexa, "PERGI KAMU!!" Usir Oom Bastian tanpa perasaan, "dan pergi juga kamu dari kehidupan saya, saya benci kamu, saya tidak menginginkan kamu dalam kehidupan saya, walaupun orang-orang diluar begitu memuja kamu, bagi saya kamu tidak berarti apa-apa. Dan ingat jangan harap saya akan meneteskan air mata saya, dengan apa yang kamu alami. Saya harap kamu pergi dan tidak menampakan wajah kamu dimanapun saya berada, pergi! Pergi! Dan jangan pernah kembali lagi!"

Alexa mengusap air matanya kembali, "baik Oom, Alexa akan pergi," sahutnya.

Setelah itu Alexa keluar, dan menuju Mbak Tia, managernya restoran itu, untuk meminta surat pengunduran dirinya dan gaji terakhirnya, yang harusnya di terima dua hari lagi.

Semua orang yang kenal Alexa menyesalkan keputusan gadis itu untuk mengundurkan diri, karena Alexa anak yang rajin, dan supel hingga banyak pelanggan restoran itu mengenalnya, tapi Alexa yang telah mendapatkan keputusan bulat tidak mau tergoyahkan lagi, karena itu tekadnya.

* * * *

Beberapa hari setelah kejadian itu, Alexa tampak lebih murung dari biasanya, dan Alexa juga tidak berani menceritakan kejadian sesungguhnya kepada Bunda dan kedua abangnya, walaupun mereka bertanya, dan mencari tahu apa yang telah terjadi kepadanya, tapi dengan rapih Alexa menutup sakit hatinya.

AlexaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang