Part 13

2.4K 179 4
                                    

Prustasi dengan kenyataan pahit yang harus diterimanya, menjadikan Alexa tidak sadar telah menginjak pedal gas mobilnya kuat-kuat dan menjalankan mobilnya seperti kesetanan.

'Ya Allah, kenapa kenyataan pahit ini harus terjadi?' tangisnya sambil melarikan mobilnya sekencang-kencangnya. 'Alexa tidak siap! Alexa kecewa!' teriak Alexa dalam hati.

Tidak sadar Alexa menjalankan mobilnya dengan kencang, dia tidak mengindahkan beberapa pengendara mobil dan motor yang menyumpahinya dengan cacian. Tanpa Alexa sadari dari arah berlawanan muncul trailer, yang dengan gagah siap menggilas sedan kecil Alexa. Lampu jauh trailer itu menyala berderang dan berkedip sebanyak dua kali, tapi Alexa belum juga menyadarinya, dia masih asyik berkutat dengan lamunan dan rasa kecewanya.

Alexa terbangun dari lamunannya, hanya beberapa meter dari mulut trailer itu, setelah sebelumnya ia mendengar rentetan bunyi klakson yang memekakan telinga, dan lengking derit rem yang mengerikan.

Kesadaran Alexa kembali, mengembalikan akal sehat ke otaknya. Karena trailer itu hampir menghancur leburkan mobil berikut dirinya hanya dalam waktu beberapa detik saja.

Dingin..., itulah rasa yang pertama ia rasakan, saat dirinya menyadari betapa tipisnya batas antara hidup dan mati seseorang. Dia menangis lirih.

Di jalankannya kembali mobilnya, dengan kecepatan yang menurun drastis. Bukan dia kapok atau apa, tapi shok yang baru saja diterimanya membuat dirinya harus bisa selamat sampai rumah, agar bisa bicara dengan Bunda dan Abang supaya dia bias menceritakan kejadian yang dialaminya

Saat itu dia sudah berada di jalan Lembang dimana banyak belokan tajam, yang membuat berkonsentrasi penuh membawa mobil kecilnya.

Setelah itu Alexa kembali menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang, kebiasaannya untuk ngebut hilang entah kemana. Dia terlihat muram wajahnya, dan terdengar beberapa kali tarikan napas berat keluar dari hidungnya.

"Ya Tuhan, Alexa tidak kuat lagi.." jeritan hatinya.

Hatinya yang hancur saat mengetahui kenyataan pahit itu.

"Alexa tidak akan kuat menerima ini Ya Tuhan," isak Alexa.

Ketenangan Alexa terusik, Alexa meremas kepalanya.

Saat ini Alexa merasa sendirian, Bunda akan lebih bahagia tanpa kehadirannya didalam kehidupan mereka, karena keluarganya yang berantakan akan kembali berkumpul, tanpa kehadirannya yang menyebabkan perpecahan itu terjadi.

Alexa merasa tidak sanggup lagi.

Pandangan Alexa menggelap dan rasa sakit dikepalanya lebih dari biasanya.

Kepalanya terasa sangat sakit, dan cairan hangat berbau amis dari mulutnya keluar banyak, diiringi dengan sakit dikepalanya.

Kamu anak haram, harusnya kamu mati saja, daripada hidup tapi menghancurkan kebahagiaan saya.

Apakah do'a orang yang menginginkan kematiannya itu telah di kabulkan Allah?

Tidak. Alexa harus bertahan.

Alexa berusaha mencari obat yang seingatnya sengaja ia letakkan di saku tas gendongnya, tapi tidak ditemukannya, 'pasti ketinggalan di laci meja' pikirnya sedih, saat darurat seperti ini tidak ada seorang pun yang bisa menolongnya.

Alexa terbatuk hebat, , dan cairan berwarna merah itu keluar dari mulutnya. Ia tidak kuat lagi, ia cengkram setir mobilnya kuat-kuat, wajahnya semakin pucat pasi, keringat dingin menetes dari wajahnya yang tirus, selanjutnya dunia Alexa perlahan-lahan menjadi gelap gulita, karena dia tidak sadarkan diri.

* * *

Di tempat lain,

Erick mengerutkan keningnya, saat handphone-nya berbunyi, dan Alexa yang menghubunginya, padahal tadi dia sudah ijin mau keluar dari rumah Ayah, dan berkumpul dengan teman-temannya setelah magrib tadi.

"Assalamualaikum.."

"Walaikumsalam.." Erick makin mengerutkan kening mendengar suara di sebrang sana, bukan suara Alexa tapi suara laki-laki yang tidak ia kenal.

"Maaf ini dengan siapa? Kenapa handphone adik saya ada di Anda?" tanya Erick mulai curiga.

"Maaf saya dengan AKBP Johan, saya Polisi dari Polsek Cidadap, kami menemukan mobil Adik Anda di Jalan Dr. Setiabudi, lebih tepatnya di Cihideung, dalam kondisi mesin mobil menyala, dan Adik Anda dalam keadaan tidak sadarkan diri..."

"Apa? Apa yang terjadi dengan adik saya Pak?" potong Erick panik, suaranya naik satu oktaf karena terkejut, gelas yang tengah ia pegang tanpa sadar jatuh meluncur dan hancur berkeping dilantai yang keras. "Bagaimana keadaan adik saya saat ini Pak?" tanyanya khawatir, setelah kesadarannya kembali.

"Adik Anda masih belum sadarkan diri.."

"Dibawa kemana adik saya saat ini Pak?" tanya Erick.

Dan setelah Polisi itu menyebutkan nama rumah sakit pemerintah terdekat, setelah menutup teleponnya, Erick langsung pamit keluar dari apartemen yang dihuni oleh Ganjar teman saat kuliahnya, rencananya malam ini Erick dan teman-temannya yang sedang berkumpul, akan menbahas tentang rencana persiapan launching firma arsitek yang sedang dirintisnya, tapi saat ini konsentrasi Erick bukan lagi ke masalah kerjaan, karena ada hal lain yang lebih penting yang harus ia dahulukan, maka dengan berlari, Erick menuju basement mengambil mobil sport milik Oom Bastian, yang saat ini ia gunakan.

Dan karena panik, Erick tidak ingat untuk menghubungi siapapun, Bunda, maupun Jimmy yang wanti-wanti untuk mengabarkan apabila ada sesuatu yang terjadi dengan mereka berdua di rumah.

****

Akhirnya tanpa bisa diingat proses perjalanannya, dengan akhirnya sampai ke rumah sakit, dengan panik panik Erick, berlari menyusuri tempat parkir rumah sakit yang mulai sepi Erick. Hingga akhirnya Erick menemukan pintu masuk bertulisan IGD. Dan bertemu dengan polisi yang menolong Alexa dan mengucapkan terimakasih.

Setelah basa basi, yang tak lama, Erick pamit untuk segera melihat keadaan Alexa. Dengan napas yang hampir putus, ia bertanya kepada perawat yang lewat, tempat keberadaan Alexa, dan perawat itu menunjukannya, dan Erick berjalan menuju sebuah pintu, dan disalah satu blangkar rumah sakit, tampak Alexa yang wajahnya tampak pucat, di tangannya yang kurus tertancap jarum inpus, dan dihidungnya terpasang selang oksigen.

Melihat kondisi Alexa, erick mengerang sedih, dan menjatuhkan tubuhnya, memeluk tubuh ringkih itu, "Adek, sayangnya Abang, ada apa? Kenapa kamu harus kayak gini?" bisik Erick sedih melihat kondisi Alexa yang mengkhawatirkan.

Karena kondisi Alexa yang belum menunjukan hasil yang lebih baik, membuat Erick yang begitu mengkhawatirkannya melupakan janjinya, yang akan segera menghubungi Bunda dan Jimmy bila ada sesuatu yang terjadi dengan Alexa.

Sampai beberapa hari kemudian.



Serang, 23 Oktober 2018

AlexaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang