Part 19

3K 179 2
                                    

Haiiii.... Selamat malam, aku update malam ini ya... Takutnya besok tidak bisa update juga sih. Soalnya lagi banyak kerjaan deadline, maklum aku hanya prajurit bukan CEO ataupun Direktur, aku saat ini hanya jadi hanya mengikuti perintah atasan. Hehehe... Curcol cyin...

BTW busbay, di chapter kemarin aku menyebut sebuah nama lho.. Nama yang rencananya akan aku jadikan tokoh utama di cerita selanjutnya. Nama yang disebutkan itu anak dari salah satu tokoh ceritaku juga kok, yang udah aku post di lapak aku, hehehe... (pasti balik lagi ke part sebelumnya dan mencari tau, siapa ya kira-kira? hehehe).

Selamat membaca ya.. Jangan lupa siapkan tisu, #eh. Hehehe... Siapkan hatinya supaya tidak menangis, dan mengutuk-ngutuk aku. Sungguh ini bukan aku sengaja membuat Anda semua menangis. Hehehe..

Part yang ini aku sedikit adaptasi dari pengalaman pribadi, saat aku dan keluargaku menunggu cemas, waktu Kakakku yang ketiga melakukan operasi yang dilakukan selama 3 jam, sebelum keluar dan masuk ke ruang pemulihan, tapi butuh observasi di ICU untuk mengawasi semua organ vital tubuhnya pasca operasi.

Happy reading guys.. Kiss..

****

Hari ini sudah hari ke Empat pasca operasi, dan Dokter Rayhan sudah memastikan tanda vital Alexa tidak ada masalah, dan Alexa sudah kembali sadar dari pengaruh obat biusnya, setelah menunggu selama dua belas jam pasca operasi di ruang pemulihan, dan Alexa juga telah melewati pengawasan selama berada di ICU, dan saat ini akhirnya Alexa sudah di pindahkan ke ruang perawatan.

Dan akhirnya semua keluarga bisa bernapas lega, karena kondisi Alexa sudah menunjukan hasil yang membaik, ketegangan selama menunggu dilaksanakan operasi yang berlangsung selama hampir tujuh jam, membuat semua orang menunggu dengan ketegangan yang memuncak. Berharap cemas, sampai akhirnya bernapas lega penuh rasa syukur setelah akhirnya Alexa keluar dari ruang operasi menuju ruang pemulihan.

Malam itu Oom Bastian meminta kepada semua keluarganya, supaya ia diijinkan menemani Alexa di rumah sakit, memaksa, memohon kepada Bunda untuk mengijinkannya, dan ia juga meminta seluruh keluarganya beristirahat di rumah, karena selama ini sudah bergantian menemani Alexa setiap harinya.

Saat ini menjelang pagi, jam didinding kamar rumah sakit yang Alexa tempati menunjukan waktu jam empat lebih sepuluh menit, sudah dipastikan beberapa saat lagi Adzan Subuh akan berkumandang. Dan Oom Bastian tidak memejamkan matanya kembali, setelah tadi ia melaksanakan sholat Tahajud.

Oom Bastian berdiri di samping blangkar rumah sakit, menatap Alexa yang tengah tertidur pulas, karena masih dalam pengaruh obat pereda rasa sakitnya, untuk membantunya istirahat dan pemulihan setelah operasi.

Oom Bastian mengusap pipi Alexa yang pada dasarnya tirus, walaupun saat ini sedikit membengkak efek dari operasi yang telah dilakukan.

Oom Bastian menghela napas berat, ia sungguh akan menyesal seumur hidupnya, jika kenyataan hidup yang pahit ini, terlambat Oom Bastian ketahui, walaupun memang terlambat, karena Oom Bastian harus menunggunya selama hampir dua puluh dua tahun Alexa hidup, butuh tekad kuat bagi Oom Bastian untuk meyakinkan diri sendiri dan melakukan test DNA.

Dan saat hasil test DNA itu keluar, dan kenyataan yang harus Oom Bastian terima, Alexa anaknya, darah dagingnya yang ia telantarkan, yang tidak pernah mendapatkan cinta dan kasih sayangnya selain caci maki dan hinaan. Oom Bastian sungguh terpukul.

Tapi pukulan itu tidak berarti apa-apa, bila di bandingkan dengan kenyataan pahit lainnya saat Oom Bastian tahu, Alexa tengah terkapar dalam kondisi kritis karena kesombongannya. Seandainya Oom Bastian masih menggunakan hati nuraninya, dan tidak mengusir Alexa malam itu, mungkin Alexa tidak harus kritis dulu sebelum Alexa melakukan operasi.

AlexaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang