Part 4

2.6K 201 1
                                    

Aku nulis cerita ini tahun 2005 kalau tidak salah, saat itu aku sedang menunggu buka puasa, karena saat itu memang sedang bulan puasa, makanya disini aku sisipkan suasana persiapan lebaran. Saat nulis cerita ini aku sedang dalam kondisi jenuh maksimal, gila boo 3 bulan stuck di hotel, mendampingi peserta pelatihan KTSP untuk Guru SMP 6 mata pelajaran di salah satu hotel di Banten. Rasanya itu sampai mual banget, 3 bulan lhoo bukan 3 hari, dan aku hanya diijinkan pulang tiap Sabtu Minggu aja. Rasanya itu luar biasa banget aja.

Pokoknya saat kegiatan itu selesai, dan aku keluar dari hotel tempat kegiatan itu berlangsung, aku kayak kayak orang yang baru ngelihat dunia luar. Takjub. Hahaha... lebay banget ya.. Nggak juga sih, biasa aja.

Selamat membaca ya... Tidak berasa sudah part 4 aja ini. Jangan lupa tinggalkan jejak vote ya.. Kiss...

****

"Dek, lebaran tahun ini mau dimana?" tanya Bang Jimmy malam itu, saat Alexa dan Jimmy tengah menghabiskan waktu berdua, menunggu Bunda dan Erick pulang ke rumah setelah menyelesaikan aktivitasnya hari ini.

Alexa menatap Jimmy, "Bang Jimmy ada rencana lebaran dimana memangnya?" tanya Alexa. Karena tidak biasanya Jimmy bertanya pertanyaan seperti itu, karena Jimmy sudah tahu jawabannya, Alexa lebih memilih berlebaran disini, dibandingkan mudik ke rumah Kakek dan Nenek di Cisarua, apalagi kalau harus pulang ke Bukittinggi, kampung halaman Opa dan Oma Erick dan Jimmy.

Opa dan Oma sangat sayang kepada Alexa, karena Alexa dianggapnya sebagai cucu perempuan satu-satunya, tapi Alexa merasa tidak enak karena Alexa bukan siapa-siapa. Alexa hanya orang lain, yang belum jelas kedudukannya di keluarga ini.

Jimmy menarik napas berat, sebelum meraih bahu Alexa kedalam rentangan tangannya, di belakang punggungnya, "Abang sangat berharap kamu mau segera sehat Dek," katanya tidak menjawab pertanyaan Alexa, tangan kanannya yang tidak ia pakai memeluk Alexa ia gunakan mengusap rambutnya lembut, "kamu segera residen, dan tadaa.. jadi Dokter, bangga Abang lihat adik kecil Abang yang cantik maksimal ini sudah mencapai cita-citanya," sambungnya.

Alexa mengangkat kepalanya dan menatapnya, "Abang kecewa?" tanyanya.

Jimmy menggelengkan kepalanya, "Abang selalu bangga dengan pilihan yang kamu ambil Dek," jawabnya.

"Terus?"

"Apanya?" tanya Jimmy.

"Tadi Abang tanya kita lebaran dimana? Emang Abang punya rencana lebaran dimana?"

Jimmy menarik napas berat, "Opa dan Oma meminta kita berlebaran di Bukittinggi Dek,"

Alexa terdiam lama berpikir, dan kepala Alexa mulai terasa sakit, Alexa mengernyitkan keningnya merasa sakit, "kamu kenapa Dek?" tanya Jimmy khawatir sambil menatap Alexa.

"Sakit Bang,"

"Kamu jangan stress Dek, lupakan permintaan Opa dan Oma, kalau itu menganggu kesehatanmu, karena Abang ingin selalu kamu sehat dan bahagia menghabiskan waktu bersama Abang dan Bunda,"

"Iya Bang.."

"Kamu istirahat sekarang! Jangan membantah," potongnya, dan mengantarkan Alexa ke kamar tidurnya, setelah membaringkan tubuh Alexa, dan menyelimutinya, Jimmy berjalan keluar dan mematikan lampu kamar Alexa.

Sepeninggal Jimmy, tatapan Alexa nyalang menatap langit-langit putih di kamarnya ini, pikirannya melayang kepada kenyataan yang harus Alexa hadapi.

Delapan bulan yang lalu.

Tadinya, Alexa merasa pusing ringan di kepalanya, tapi kadang terasa seperti pusing ringan, tapi tidak jarang terasa menjadi sangat pusing dan membuatnya harus jatuh pingsan. Awalnya Alexa selalu menganggap itu bukan apa-apa mungkin karena Alexa kelelahan karena masa kuliahnya yang tidak memberikan Alexa waktu untuk beristirahat normal, tapi rasa sakit dikepala Alexa selalu terjadi, kadang di pagi hari, kadang disiang hari, dan kadang juga dimalam hari dan membuatnya terbangun dari lelapnya, dan itu terjadi berulang-ulang.

AlexaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang