Part 25

2.7K 160 8
                                    








Satu bulan setelah hari ulang tahun Alexa, saat itu Alexa tengah sibuk membantu Bunda di dapur untuk menyiapkan hidangan makan malam keluarga malam ini, yang rencananya akan di hadiri juga oleh Tante Irna dan Kevin.

Makan malam ini dilakukan untuk merayakan dibukanya firma arsitek milik Erick yang akhirnya berdiri, setelah melalui proses panjang jatuh bangun yang tidak mudah, akhirnya firma itu berdiri dan klien pertamanya sudah pasti gedung yang akan di bangun oleh Oom Bastian. KKN sih, tapi Erick dan rekan-rekannya memenangkan tender itu melalui jalur resmi, Erick dan timnya mengajukan proposal pengajuan dengan mencantumkan penawaran yang kompetitif di dalam proposalnya.

Karena seperti yang diketahui mengajukan penawaran melalui tender tidak memberikan jaminan keberhasilan dalam bentuk apapun. Yang penting Erick dan timnya telah menyiapkan dengan matang proposalnya, juga siap dengan melalui segala kerepotan yang harus ia lakukan, bukan hanya ongkang-ongkang kaki dan tringgg tender di menangkan. Erick bukan tipe orang seperti itu, setiap usahanya harus di hasilkan dari kerjakerasnya.

Dan Alexa bangga dengan sikapnya itu.

Saat Alexa baru saja menghidangkan cumi saus padang di meja makan, saat Bunda membuka suara, "sayang, boleh Bunda bicara?" tanyanya penuh harap. Tatapannya yang lembut menyorot penuh harap kepada Alexa.

Alexa menganggukan kepalanya. "Bunda mau bicara apa?"

Bunda menggapai tangan Alexa dan mengajaknya duduk di meja counter dapur. Setelah menghela napas berat, Bunda menatap Alexa, "tentang Ayah sayang.."

"Oom Bastian? Apa yang Oom Bastian lakukan kepada Bunda?" tanya Alexa khawatir.

Bunda menggelengkan kepalanya, "hubungan Bunda dan Ayah baik-baik saja sayang," jawab Bunda, sebelum kembali menghela napas berat, "yang ingin Bunda bicarain hubungan anak gadis Bunda ini dengan Ayahnya."

Alexa mengerutkan keningnya, setelah menaruh gelas yang telah ia tegak isinya sebagian di meja ia bertanya kepada Bunda, "Oom Bastian punya anak gadis..." kalimatnya terpotong.

"Bukan anak gadis lain sayang, tapi kamu. Alexa anak gadis Ayah."

Mendengar jawaban Bunda, giliran Alexa yang membuang napas berat. "Kenapa dengan Alexa Bun?"

"Bunda tau, Alexa belum memaafkan Ayah. Dan Bunda juga tau pernikahan kembali Bunda dengan Ayah, tidak menjamin hubungan Alexa dan Ayah membaik," Bunda menarik napas berat, "tapi yang harus Alexa tau," Bunda menatap Alexa lama, "bagi kami, Alexa adalah anugerah terindah yang Tuhan titipkan untuk kami.."

Terdengar gelak tawa pahit keluar dari mulut Alexa, "anugrah terindah Bunda? Kelahiran Alexa untuk Bunda mungkin iya menjadi anugrah terindah, tapi untuk orang itu.." Alexa mengedikan bahunya.

Melihat reaksi Alexa seperti itu, membuat air mata Bunda menetes menuruni pipinya. "Maafkan Ayah sayang. Mungkin hanya kata maaf yang bisa Ayah katakan untuk Alexa saat ini.."

Alexa menggelengkan kepalanya. "Bukan Bunda yang harus minta maaf kepada Alexa, tapi orang itu Bunda," lagi-lagi Alexa memotong kalimat yang akan Bunda katakan.

Bunda menghela napas berat. Menatap Alexa sedih. "Bunda sedih sayang, Bunda tadinya berharap dengan perniahan Bunda kembali dengan Ayah, keluarga kita akan utuh dan bahagia.." Bunda terisak, "tapi kenyataannya Bunda tidak bisa menyatukan Alexa dan Ayah seperti seharusnya." Lanjut Bunda.

Alexa mendekap Bunda, "bukan salah Bunda, kalau Alexa masih belum mampu memaafkan Oom Bastian Bun, Alexa masih butuh waktu untuk menyesuaikan diri untuk selalu bertemu dengannya." Jelas Alexa.

AlexaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang