Part 26

2.5K 162 18
                                    

PENYESALAN OOM BASTIAN

Oom Bastian tahu perjuangannya untuk mendapatkan maaf dari Alexa bukan perkara mudah, karena membutuhkan proses panjang dan berliku. Walaupun ia sudah berusaha memberikan yang terbaik untuk putrinya itu, tapi sampai saat ini Alexa masih belum membuka hati untuknya, untuk memaafkan semua kesalahan yang telah ia lakukan.

Oom Bastian sangat tahu, permohonan maafnya, penyesalannya, tidak akan mengembalikan masa kecil Alexa yang telah dilalui Alexa, masa-masa keemasannya dilalui tanpa kasihnya, tanpa bimbingan dan cintanya.

Saat Oom Bastian melihat seorang ayah yang mengantarkan anaknya sekolah, Oom Bastian hanya bisa menunduk kelu, karena untuk Alexa Oom Bastian belum pernah melakukannya sampai saat ini.

Semua proses masa kecilnya Alexa, Oom Bastian tidak mengetahuinya, Oom Bastian juga mengetahui apa kesukaan Alexa, hobbynya, dan berbagai hal yang bersifat personal lainnya.

Setiap perjuangan, usaha yang telah Oom Bastian lakukan sepertinya sia-sia. Karena Alexa begitu rapat menutup pintu hatinya untuk Ayah brengsek dan tidak bertanggung jawab sepertinya.

Mengingat masa kecilnya Alexa membuatku lebih menyesal, walaupun kenangan pahit yang dirasakannya. Karena bukan Oom Bastian mengajari Alexa belajar mengendarai sepeda mininya. Dan kenangan itu masih melekat erat dalam jiwa Oom Bastian. Bukan Oom Bastian yang menolongnya saat Alexa terjatuh, dan bukan Oom Bastian juga yang selalu bersamanya melewati masalah pertama masa remajanya Alexa.

Dan beberapa bulan yang lalu, saat Oom Bastian belum mengetahui kondisi Alexa yang tengah menanggung sakit, Oom Bastian dengan teganya mengusir Alexa malam itu. Walaupun didasar hatinya Oom Bastian sangat menyesali tindakannya itu, apalagi saat ia melihat tatapan mata Alexa yang tanpa kehidupan malam itu.

Luka yang sangat dalam tampak menghiasi bola matanya yang mewarisi bola matanya Oom Bastian. Dan Oom Bastian terlalu yakin, bahwa Alexa bukan anak kandungnya, tapi anak hasil pemerkosaan yang terjadi kepada Arsyanti malam itu, hingga dengan tega ia mengatai sebagai anak haram.

Bukan Alexa yang anak haram. Tapi dirinya Ayah yang tega menghina dan menelantarkan anak kandungnya, seolah putri cantik yang sangat ia harapkan kelahirannya, yang harusnya ia cintai, dan ia jaga selamanya.

Oom Bastian menarik napas berat.

Tatapannya tetap tertuju kepada ketiga anaknya yang sedang bercanda di gazebo dekat kolam renang, suara tawa mereka begitu menggelegar, dan riang gembira, seolah tidak ada beban apapun didalam kehidupan mereka.

Padahal Oom Bastian sangat tahu beban berat di pikul oleh bahu rapuh satu dari ketiga anaknya yang berada di sini saat ini.

Alexa. Betapa Oom Bastian ingin berteriak memanggil nama anak gadisnya itu, dan mengatakan bahwa ia sangat mencintainya.

Cinta yang memang datang terlambat.

Sangat terlambat. Karena hampir seperempat abad kehidupan Alexa Oom Bastian baru merasakan cinta, kekhawatiran, penyesalan sekaligus rasa bersalah.

Oom Bastian sungguh sangat ingin bergabung bersama mereka, dan berbagi tawa dan canda, tapi ketakutan penolakan oleh anak perempuan satu-satunya begitu kental mendera jiwanya, membuat hidupnya tidak tenang, dan beban berat bersarang di jiwanya.

Saat ini ia hanya berharap. Tuhan berbaik hati kepadanya dengan mengabulkan do'anya, membuka pintu maaf untuknya atas semua perlakuan buruknya kepada anak dan istrinya, dan dimaafkan oleh Alexa.

Karena ternyata, pernikahannya kembali dengan Arsyanti, tidak membantu banyak, memperbaiki hubungan keluarganya. Walaupun hubungan Oom Bastian dengan sang istri membaik, tapi hubungan Oom Bastian dengan Jimmy dan Erick, masih sekaku papan penggilesan yang biasa di pakai Mak Ijah.

Benar kata pepatah, tiada hari tanpa perjuangan, tiada waktu tanpa tantangan dan tiada saat tanpa tetesan keringat. Semuanya itu bermuara kepada satu titik sentral bermakna dalam, DEMI BUAH HATI, ANAK-ANAKNYA. Deruan nafas Oom Bastian, ayunan langkah dan raihan jangkauan, semuanya berlabuh untuk nama dan masa depan anak-anaknya.

Untuk Jimmy, Erick dan Alexa.

Tapi kenyataannya?

Harusnya, Oom Bastian tidak pernah kehabisan kata saat harusnya ia memberikan nasihat untuk anak-anaknya, atas kebandelan yang mereka lakukan, tapi Oom Bastian tidak pernah melakukan bagian itu. Bukan tidak, tapi tidak pernah ia lakukan terutama untuk Alexa, karena ia sama sekali tidak pernah tau tumbuh kembangnya Alexa, Oom Bastian juga belum pernah sampai kehabisan akal saat harus menyadarkan mereka bertiga.

Karena selama ini Oom Bastian menutup mata hatinya, dari keberadaan ketiga anaknya tersebut.

Dan Oom Bastian, sangat menyesali apa yang telah ia lakukan dimasa lalunya, dimana dirinya tidak memiliki perhatian sama sekali untuk ketiga anaknya dari Arsyanti, yang katanya wanita yang paling ia cintai. Tapi kenyataannya, ia tega meninggalkannya dalam kondisi trauma, setelah peristiwa naas itu.

Lagi-lagi Oom Bastian menarik napas berat. Dan gelak tawa Alexa yang tengah bercanda dengan Erick dan Jimmy masih ia dengar dari tempatnya berdiri saat ini. Tawa yang sama sekali tidak pernah terbit, setiap kali Alexa berdekatan dengannya.

Sungguh tidak menyesali memiliki anak-anak sebaik Jimmy, Erick, Kevin dan Alexa, apalagi Jimmy, Erick dan Alexa tiga orang anak dengan sosok tangguh yang tidak pernah mengajukan protes atas semua keburukan, dan luka hati yang telah ditimbulkannya. Jimmy dengan jiwa tegas sang pemimpin keluarga, yang menggantikan kealfaannya dalam kehidupan kedua adiknya, Erick dengan jiwa penuh canda, yang menjadi penyemarak di rumahnya yang sendu, dan Alexa yang mewarisi jiwa sang Bunda yang penuh kelembutan, dan kasih sayang, untuk semua orang-orang yang dekat dengannya, kecuali untuk dirinya.

Dan Oom Bastian mengakui bahwa dirinya adalah sosok bajingan. Bajingan yang tidak berperasan.

Oom Bastian sungguh tidak pernah menyesal menjadi ayah bagi ketiga anak hasil pernikahannya dengan Arsyanti. Dan Oom Bastian juga tidak pernah sedikit pun ada keinginan menghapus nama mereka dari silsilah keluarga Tanamaz. Karena kalau itu jadi, berarti Oom Bastian memiskinkan keluarganya, karena merekalah adalah kekayaan Oom Bastian dan harta terindah keluarga.

Oom Bastian percaya setitik asa itu bisa berubah menjadi keyakinan, dan sedikit gula itu mampu mengobah rasa, segenggam garam itu mampu menambah rasa enak makanan itu dan setitik cahaya itu mampu menyinari kegelapan. Oom Bastian juga yakin cinta mempunyai kekuatan untuk memaafkan dan kasih mempunyai daya untuk mengampuni.

POWER OF LOVE AND POWER OF FORGIVENESS.

Serang, 07 Mei 2019

AlexaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang