Blam.
Lampu di beberapa titik di ruangan ini sudah di nyalakan. Semua peralatan pum sudah siap dan tertata rapih pada tempatnya. Begitu pun dengan para dokter dan perawat, mereka pun sudah siap lengkap dengan pakaian khusus serta masker yang menutup seluruh mulut dan hidung mereka.
Ya, Taehyung masih dalam keadaan sadar saat ini. Maka dari itu ia bisa melihat dengan jelas bagaimana gerak-gerik semua orang yang ada di dalam ruang operasi ini.
Ya tuhan...semoga semuanya berjalan dengan lancar -Taehyung
SREKK.
Gordeng berwarna hijau yang semula menutupi sebagian ruangan itu pun perlahan terbuka. Salah satu perawatlah yang menarik gorden itu sendiri. Beberapa orang perawat yang lain pun datang dari balik gordeng itu sambil mendorong sebuah brankar.
Brankar itu mereka dorong sampai akhirnya berada di jarak satu meter di samping pria yang juga terbaring di brankar yang lain, ya, siapa lagi kalau bukan Taehyung.
Taehyung perlahan menolehkan kepalanya ke samping kanan tepatnya ke arah brankar yang baru saja tiba yang sudah dapat di pastikan di sana ada Rose yang terbaring di atasnya.
Pria itu memandang khawatir pada sosok wanita di sampingnya itu. Karena jujur, dari pandangannya, wajah Rose sudah sangat pucat sekali saat ini. Ia takut. Takut kalau terjadi apa-apa pada wanita yang amat sangat ia cintai itu.
Tidak...semuanya akan berjalan lancar, aku yakin itu -Taehyung
"Maaf Rose, aku datang terlambat." Lirih Taehyung yang masih setia menatap kekasihnya itu.
Perlahan Taehyung mengulurkan tangannya pada dokter yang berdiri di dekatnya yang sedang melakukan doa bersama para perawat yang lain sebelum melakukan operasi ini. Dan tidak lama dokter itu pun menyadarinya lalu segera menoleh ke arah Taehyung. Seakan bertanya 'ada apa?'
"Tolong lakukan yang terbaik, dokter. Aku mohon." Ucap Taehyung pelan.
Dokter itu hanya tersenyum, "kami akan berusaha semaksimal mungkin."
Mendengar jawaban itu, Taehyung pun menghela napasnya dalam. Tidak bisa di pungkiri, saat ini dirinya sangat merasa takut. Takut terjadi hal yang tidak di inginkan pada Rose.
"Tuan, apakah anda sudah siap?"
Suara perawat yang mengintrupsi membuatnya sedikit terkejut.
"Ah, iya. Saya siap."
"Baiklah. Saya akan menyuntikkan obat bius untuk anda."
Taehyung pun mengangguk setuju. Setelah mendapat ijin, perawat itu pun menyutik lengannya secara perlahan.
Pria itu kemudian kembali menolehkan kepalanya ke arah sebelah kanannya. Ia kembali menatap Rose. Ia terus memperhatikan wanita itu sampai akhirnya pandangannya perlahan mengabur dan Rose yang ia lihat semakin lama semakin memudar.
^
Di sisi lain...
Keluarga Rose saat ini tengah menunggu gelisah di ruang tunggu operasi. Satu setengah jam yang lalu Taehyung sudah masuk ke dalam ruang operasi. Perasaan campur aduk saat ini mereka semua rasakan. Bahkan Chanyeol tidak berhenti mondar-mandir di depan pintu ruang operasi. Sesekali Wendy datang menghampiri Chanyeol dan menyuruhnya untuk duduk namun pria itu tidak menggubrisnya. Ia tetap bergerak gelisah.
Selain hanya Chanyeol yang terus saja mondar-mandir tidak tenang, tidak ada lagi yang bergerak di antara mereka. Ayah Rose sejak tadi duduk di tempatnya sambil menundukan kepalanya, Wendy yang duduk sambil memejamkan kedua matanya berdoa dan Daniel yang berdiri mematung di samping pintu dengan menyenderkan tubuhnya ke dinding.
Khawatir? Jelas. Semuanya di landa kekhawatiran yang sangat mendalam. Mereka ingin kedua manusia yang sekarang berada di dalam menjalani proses operasi biopsi sumsum tulang belakang bisa melewati operasinya dengan mulus tanpa ada kesalahan sedikit pun.
"Jam berapa sekarang?" Pertanyaan Chanyeol pada Daniel seakan memecahkan keheningan di sana. Semua orang serentak mengalihkan perhatian mereka pada Chanyeol yang kini sudah berdiri di depan Daniel.
Pria tampan bermarga Kang itu pun mengangkat tangan kanannya di mana memang di sana hanya dirinyalah yang mengenakan jam tangan.
"Jam 3 sore, ini sudah hampir 2 jam." Jawab Daniel seraya membuang napasnya kasar.
Mendengar jawaban itu, Chanyeol hanya bisa menghela napasnya dalam. Ya, dia memang seorang dokter, dia tau dokter yang saat ini menangani Rose dan Taehyung di dalam sana pasti sedang berusaha semaksimal mungkin. Tapi kali ini dia berdiri di sini bukan sebagai seorang dokter, namun sebagai seorang kakak yang mengkhawatirkan keluarganya di dalam sana.
"Chanyeol, tenang lah dulu. Jika kau seperti ini, ayah justru akan ikut semakin khawatir!." Ucap sang ayah yang masih duduk di tempatnya.
Mendengar ayahnya mengatakan hal seperti itu, Chanyeol segera menghampirinya. "Maafkan aku ayah, iya aku akan lebih tenang sekarang agar ayah juga bisa tenang."
Namun saat Chanyeol hampir mendaratkan tubuhnya di kursi, tiba-tiba lampu yang berada di atas pintu ruang operasi berubah warna yang menandakan kalau operasi telah selesai di laksanakan. Itu membuat Chanyeol mengundurkan dirinya untuk duduk dan kembali melangkah mendekat ke arah pintu operasi.
"Astaga....akhirnya selesai."
Wendy yang melihat Chanyeol kembali berdiri hanya menggelengkan kepalanya saja. Ia tau, pria itu sedang benar-benar merasa khawatir yang mungkin saat ini sudah berada di puncaknya.
Tidak lama kemudian dokter yang menangani di dalam keluar dari ruang operasi. Ia seperti sudah mengetahui jika keluarga pasien sedang cemas menunggu di luar maka dari itu ia segera menghampiri mereka semua.
"Bagaimana dokter?" Tanya Chanyeol menggebu.
Dokter itu tersenyum ramah, "syukurlah, operasi berjalan dengan sangat lancar. Keduanya pun kini sudah dalam keadaan yang stabil."
Seakan beribu kupu-kupu keluar dari perut mereka, beban pikiran dan emosi yang mereka rasakan sebelumnya keluar saat itu juga. Mereka benar-benar merasa lega sekali. Setelah beberapa hari mereka terus di landa rasa khawatir yang amat sangat berat akhirnya kekhawatiran itu seketika musnah dengan adanya kabar jika operasi berjalan dengan mulus dan lancar.
"Kita akan pindahkan keduanya ke ruang perawatan terlebih dahulu sebelum kalian bisa menemui mereka." Lanjut sang dokter.
Chanyeol menganggukan kepalanya kuat. "Baik, saya mengerti. Terimakasih dokter."
"Sama-sama, baiklah kalau begitu saya permisi."
Dokter itu pun akhirnya kembali meninggalkan mereka yang kini saling memeluk satu sama lain.
Chanyeol memeluk sang ayah erat dan begitu juga dengan sang ayah. Keduanya lah yang paling merasa lega di sini. Karena sebentar lagi mereka berdua akan melihat Rose dengan keadaannya yang membaik. Bukan hanya itu, Taehyung pun kini sudah kembali pada Rose dan mereka berdua akan kembali di persatukan oleh takdir.
Setelah itu, Chanyeol beralih pada Wendy sementara ayah Rose kini memeluk Daniel.
"Hei, terimakasih ya." Ucap Chanyeol lembut pada kekasihnya itu seraya mengusap puncak kepala wanita itu.
Wendy tersenyum sembari menganggukkan kepalanya, "hm, iya."
"Selama ini kau selalu bersama kami."
Mendengar itu, Wendy tiba-tiba memukul lengan pria di depannya ini. "Hei, adikmu itu sahabatku. Sudah seharusnya aku ada di sini. Bukan karenamu!"
Chanyeol terkekeh kecil mendengarnya, "iya, aku tau. Maka dari itu aku berterima kasih padamu."
Di sana, di tempat itu yang semula dalam keadaan tegang dan sunyi kini ramai dengan kekehan kecil dari keempatnya.
Mereka ingin segera menemui Rose dan Taehyung. Mereka ingin berhambur ke pelukan dua orang itu yang amat mereka rindukan. Mereka ingin semuanya kembali seperti semula. Tawa manis Rose yang selalu mengisi dan meramaikan rumah mereka. Omelan Rose yang selalu melengking indah di telinga mereka. Dan tentunya senyum tulus Rose saat ia menceritakan tentang pria yang selalu membuatnya bahagia, Taehyung.
#bersambung#
KAMU SEDANG MEMBACA
My Rosè |Selesai|
Fanfiction⛔🔞⛔ ✔Rose~adalah nama dari seorang wanita cantik berhati mulia, yang melimpahkan berjuta kasih sayangnya terhadap sesama. Kelembutan hatinya membuat banyak orang berbalik menyayangi dirinya. Hidupnya selalu di penuhi dengan senyuman bak malaikat ya...