Yang membuatku bersyukur adalah aku tidak perlu mengalami mimpi buruk malam ini, karena mama menemaniku selama aku tidur. Sebenarnya tidak banyak yang kami bicarakan, hanya masalah remaja, masakan, dan segala hal yang berbau cewek. Kami juga tidak menyinggung masalah penyelamatan diri dari sini. Yang kuketahui adalah bahwa aku sedang menikmati waktu yang terbatas bersama mama.
Saat aku tertidur di dalam mimpi, aku mendengar suara Sam memanggilku.
"Lee, kamu sudah aku panggil 20 kali dan tidak mendengar. Kamu pura-pura tuli atau sedang menikmati tidur yang kelewat lelap, sih?"
Aku langsung terbangun begitu mendengar suaranya. Sial, dia bangun lebih pagi dariku. Seharusnya aku sudah lebih dulu bangun daripada dia, tapi apa boleh buat, saat bersama mama tidak boleh terbuang. Aku langsung berdiri dan merasakan kakiku sudah lebih sehat dari kemarin. Masih sakit, tapi banyak berkurang. Sam ikut berdiri dan dia menawarkan diri untuk membawakan ranselku.
"Sekarang jam berapa?" tanya Sam.
Aku melihat ke arah matahari yang bersinar. Apa kita bangun kesiangan hari ini?
"Aku rasa sembilan. Sepertinya kita bangun kesiangan."
Sam tertawa. "Sudah lama tidak seperti itu. Ayo, jalan tidak?"
Aku mengangguk. "Tetap saja kamu lebih pagi dariku. Ini pertama kalinya aku bangun siang, asal kamu tahu."
"Biasanya bangun jam berapa?"
"Enam."
"APA?! Dasar manusia pagi. Kamu tidak bisa sesantai anak-anak seperti umumnya ya, Lee?" tanya Sam sambil menepuk pundakku.
"Begitulah, menjadi beda itu terkadang ada enaknya. Aku bisa menikmati hari lebih lama dari anak-anak biasanya. Aku bisa merasakan hawa sejuk di pagi hari, tidak seperti anak-anak biasanya yang bangun terlalu siang dan kehilangan empat jam berharga di pagi hari. Kalau kamu bangun pagi, suasana hatimu selama satu hari itu akan menjadi lebih baik. Segala sesuatu yang ada di pagi hari sangat menenangkan. Kamu harus bersyukur, kan, karenanya?"
"Iya, kamu benar. Mungkin aku harus mencoba menjadi sepertimu. Menikmati telur lebih pagi dari biasanya. "Sam mengangguk setuju. "Tapi aku tidak janji, sih."
Kami menuruni bukit dan mengikuti jalan setapak yang dipenuhi oleh semak belukar. Kali ini aku memakai stocking-ku, paling tidak menghindari sebagian besar kakiku untuk terkena goresan ranting-ranting tajam lagi. Sam mengikutiku di belakang. Dan lagi-lagi kami harus berjalan melewati segelintir daun-daun di hutan. Hanya saja, kali ini tanpa Xena, Dylan, dan Patrick. Biasanya Dylan selalu sibuk sendiri mengurusi dirinya dengan berteriak sana-sini. Kalli ini suasana terasa lebih sepi.
"Tidak ada tanda-tanda orang di sekitar sini, kemungkinan kita tidak akan bertemu Xena."
"Maksudmu, sampai di luar nanti? Sampai kita keluar?"
KAMU SEDANG MEMBACA
TRAPPED : "The Runic Forest" (2013)
Aventura[ BUKU SATU ] Completed ☑ Entah bisa dikatakan sebagai sebuah kesialan atau bukan, empat remaja terperangkap di sebuah hutan yang tidak terdata di peta mana pun di dunia. Seseorang dari van di tengah hutan menceritakan sebuah kisah yang menunjukka...