Tepat jam sepuluh pagi, kami semua sampai di sungai itu. Untung saja Dylan sempat memberi tanda pada pohon-pohon yang kami lewati semalam — aku jadi tahu kalau terkadang Dylan memiliki otak yang dapat diandalkan, hanya saja cara dia menyampaikannya terkesan salah dan berlebihan — sehingga kami bisa kembali ke sungai dengan mudah. Hari masih pagi, tapi cahaya matahari sangat minim sekali, hutan jadi terlihat gelap dan seakan tidak akan pernah mencicipi kata Pagi. Apa mungkin karena pohon-pohon tinggi, kanopi yang kukatakan di awal, yang menutupi masuknya sinar matahari?
Sementara Dylan dan Sam berusaha menyeberang melewati batu-batu besar yang ada di sekitar sungai, aku dan Xena duduk sambil mengawasi mereka. Sesekali Dylan terpeleset dan untung saja Sam segera menolongnya — cowok itu benar-benar cekatan sekali—kemudian mereka bahu membahu berusaha mengambil perahu yang ada di seberang sungai. Aku sempat bilang pada Sam yang keras kepala bahwa kami berempat hanya tinggal menyeberang ke sana, karena mengambil perahunya lalu kembali ke sini akan membuat-buang waktu (kuperkirakan lebar sungai ini tidaklah kecil, mereka berdua menghabiskan waktu hampir 15 menit untuk sampai ke ujung sana), tapi Sam berkata padaku bahwa arus di seberang sana lebih kuat, jadi akan lebih aman kalau kami mulai dari sebelah sini saja.
Berhubung Sam yang berbicara, aku pun setuju.
Berbicara soal Sam, aku merasa senang kenal dengannya. Bukan, bukan karena aku sedikit terpaku saat pertama kali bertemu dengan cowok ini karena waktu itu aku benar-benar terkejut, ada juga cowok berwajah oke yang mau mengajakku bicara. Aku bukan tipe cewek yang dapat dikatakan masuk dalam kategori menarik, semua hal tentangku bagaikan tembok pembatas yang dilapisi racun tikus bagi orang-orang di sekitarku, termasuk laki-laki, karena aku sulit sekali diajak menghabiskan waktu sampai tengah malam di kafe berpenerangan remang-remang sambil mulai membicarakan betapa besarnya bokong kapten regu cheers dan bagaimana setiap anak buahnya punya tubuh berlekuk yang sebelas dua belas dengan botol kola, juga tentang isu anggota klub jurnalistik yang harus bertanggungjawab penuh setelah berhasil memiliki momongan dari pasangannya yang tak lain adalah ketua kelas kelas kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRAPPED : "The Runic Forest" (2013)
Aventura[ BUKU SATU ] Completed ☑ Entah bisa dikatakan sebagai sebuah kesialan atau bukan, empat remaja terperangkap di sebuah hutan yang tidak terdata di peta mana pun di dunia. Seseorang dari van di tengah hutan menceritakan sebuah kisah yang menunjukka...