"Jadi, aku bermimpi?"
Bahkan yang itu, juga termasuk mimpi?
Ini aneh sekali.
Hampir tujuh belas tahun aku hidup dengan normal dan baru kali ini mendapat fenomena aneh yang hanya kualami sendiri. Maksudku, siapa orang-orang itu? Bagaimana bisa aku memimpikan orang-orang yang sama selama berhari-hari?
Sekarang akan kutanya. Apakah pemandangan membosankan berupa tembok kayu di hadapanku saat ini juga mimpi? Termasuk dua orang pemuda seumuranku yang tampaknya tidak tertarik berada di sekitarku ini?
Kepalaku berdenyut sakit ketika aku berusaha bangun. Dua pemuda yang kusinggung tadi segera membantuku bangun, walaupun salah seorang dari mereka menyarankanku untuk beristirahat dulu. Wajah mereka terlihat asing. Aku bahkan tidak pernah melihat sanak keluarga paman atau papa yang seperti mereka. Berbicara soal papa, di mana beliau sekarang? Kenapa aku tidak sedang bersamanya? Pada detik ini, aku cukup yakin tidak mengidap depresi berkepanjangan yang membawaku pada dementia dini yang membuatku melupakan keberadaan papa. Maksudku, ini sudah hampir tiga tahun dan wajahnya tidak pernah melintas di depan mataku. Mustahil papa tidak mendorongku keluar dari kamar dan mengajarkan segelintir kemampuan yang ingin diwariskannya padaku.
Hahahaha.
Kalian benar.
Aku tidak benar-benar melupakannya.
Bicara jujur, sudah hampir tiga tahun lamanya aku berkelana sendiri tanpa tujuan. Dengan perbekalan seadanya, kupikir kalau semesta tidak mengizinkanku bepergian, aku sudah membusuk di liang kubur sejak dua tahun yang lalu. Tapi Tuhan baik. Semesta selalu baik. Terutama pada anak bau kencur yang membelot pada entahsiapa bahkan sebelum usianya menginjak batas legal.
Omong-omong, anak bau kencur ini telah tumbuh cukup dewasa. Setidaknya cukup dewasa untuk berada di dalam kamar bersama dua pemuda yang hanya mengenakan selembar dalaman dengan handuk membungkus kaki mereka.
"Rupanya jadi korban kecelakaan enak juga, ya. Bisa tidur dan bebas tugas," ujar pemuda pertama yang bertahilalat di dekat hidung.
"Kami jadi iri, bagaimana rasanya tertidur begitu lama?" tanya pemuda lainnya, yang berperut buncit.
Aku mengedip-ngedipkan mata dan berusaha menyesuaikan diri dengan terangnya lampu kamar yang nyaris membutakan kedua mataku. Ketika aku berusaha untuk menggerakkan kaki, ada rasa sakit menyengat yang membuatku mengerang.
"Ingatkan aku lagi kenapa aku bisa di sini bersama kalian."
Pemuda bertahilalat menoleh pada temannya, lalu mengedikkan bahu tanda tidak tahu.
"Kami baru saja pulang tugas, ini hari pertama kami lagi setelah praktik lapangan," jawabnya terus terang.
"Yep, dan kalau kamu berpotensi hilang ingatan karena kepalamu dibalut perban, aku beritahu sedikit. Kamu ada di rumah khusus yang menampung anak-anak jalanan yang tidak tahu arah."
KAMU SEDANG MEMBACA
TRAPPED : "The Runic Forest" (2013)
Pertualangan[ BUKU SATU ] Completed ☑ Entah bisa dikatakan sebagai sebuah kesialan atau bukan, empat remaja terperangkap di sebuah hutan yang tidak terdata di peta mana pun di dunia. Seseorang dari van di tengah hutan menceritakan sebuah kisah yang menunjukka...