Baru enam jam kami berjalan menembus hutan belantara, kami sudah bertemu dan mengalami kejadian-kejadian aneh. Sekarang, kami harus mengikuti jalan yang entah mengarah ke mana ini—bisa saja jalan ini hanyalah jalan jebakan yang sengaja ditunjukkan oleh Madam Mir yang amat tidak kupercayai itu untuk menjebak kami—dan mencari bangunan seperti yang diceritakan wanita yang mengklaim dirinya sebagai peramal tadi.
Aku dan Dylan berjalan di depan, sementara Leena dan Sam, seperti biasa, di belakang. Dua anak itu terlihat sangat penasaran sekali dengan segala sesuatunya, membuatku merasa tersaingin karena kupikir akulah yang memiliki rasa penasaran di atas rata-rata. Aku tentunya tidak akan merasa penasaran kalau setiap sudut di hutan ini selalu membuatku bertanya-tanya, seperti bagaimana bisa kami melewati beberapa daerah berkabut sementara yang lain terlihat normal, atau bagaimana bisa aku tidak mengenali sarang babi hutan yang baru saja kami lewati, dengan segala dedaunan yang menutupinya. Aku bahkan cukup yakin aku menjejali Dylan dengan pengetahuan seputar pohon pisang.
Dan aku tidak bercanda saat aku berkata bahwa kalian harus senang dengan fakta bahwa batang pohon pisang dapat dimakan! Lima menit yang lalu aku sempat khawatir soal bagaimana cara kami bertahan hidup tanpa makanan atau setidaknya pasokan air (dan tempat untuk buang air, tentunya) , tapi setelah ingat bahwa batang pohon pisang begitu berair dan bagian tengahnya mengandung cadangan energy yang berguna (dan tentunya dapat dimakan, karena kalau tidak salah ingat si penulis buku Mengenal Pisang Lebih Dalam menulis tentang orang jaman dahulu yang memakan bagian yang disebut gedebok ini menggunakan nasi). Begini caranya, aku hanya perlu berharap kami akan menemukan pohon pisang di sepanjang hutan ini kalau seandainya kami nyaris kehabisan bahan makanan.
Kembali ke Madam Mir, awalnya aku tidak memercayai wanita itu, tapi lama-lama aku bisa menerima semua ucapannya karena saat itu semua petunjuknya terlihat nyata. Maksudku, dia tidak punya tampang penipu seperti yang ditunjukkan oleh Jason. Yang satu itu membuatku ingin sekali memasukannya ke dalam kereta paling pagi menuju Neraka.
Saat kami sedang berjalan mengikuti jalan setapak, akhirnya kami sampai di depan batu seperti yang dikatakan oleh Madam Mir sebelum kami berpisah. Batu itu berukuran cukup besar, dan memang ada taburan bunga Bougenville yang di dominasi oleh warna merah muda dan oranye terang.
"Ini yang beliau maksud?" tanya Dylan sambil menyentuh batu itu, tapi aku menahannya.
"Jangan pegang batu-batu seperti ini sembarangan! Coba kamu lihat, batunya ditaburi bunga. Kamu tidak tahu kalau biasanya batu-batu seperti ini identik dengan ... pemujaan roh halus?" kataku panik sambil menahan Dylan yang bisa saja dikutuk dan tiba-tiba kerasukan sesuatu.
"Kamu ini sungguh paranoid sekali jadi manusia," Dylan menggeleng-geleng tidak percaya, lalu dia mengusap tangannya. "Tapi bisa benar juga, sih, aku tidak mau tiba-tiba kerasukan setan penunggu hutan ini. Lebih baik aku percaya pada apa yang kupercayai saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
TRAPPED : "The Runic Forest" (2013)
Aventura[ BUKU SATU ] Completed ☑ Entah bisa dikatakan sebagai sebuah kesialan atau bukan, empat remaja terperangkap di sebuah hutan yang tidak terdata di peta mana pun di dunia. Seseorang dari van di tengah hutan menceritakan sebuah kisah yang menunjukka...