Aku melihat sesuatu dari kejauhan, seperti sebuah kubangan yang luas. Menurut kemampuan matematikaku, aku cukup yakin ukurannya cukup besar hingga mencapai kata "hektar". Baru aku sadari kalau kubangan itu disebut sebagai danau, dan kami sedang berjalan menuju sebuah danau setelah 45 menit menyusuri hutan yang semakin lama semakin aneh ini. Setelah pertemuan kami dengan bibi Savannah, aku seperti mendapat pencerahan mengenai perjalanan selama tiga hari tanpa arah ini. Aku merasa lebih tertantang untuk melakukan segala sesuatu. Belum lagi berbagai gejolak emosi yang aku rasakan, melatihku untuk bertindak benar di setiap apa yang aku lakukan.
Aku dan Dylan memimpin di depan, kali ini biarlah giliranku untuk memimpin jalan, sementara Leena dan Sam mengikuti di belakang. Aku cukup bersemangat saat mendengar bahwa kita harus mengikuti jalan "ini", bukannya mengira-ngira jalan mana yang kira-kira bisa membawa kami ke jalan keluar. Dan sejujurnya aku sedikit kecewa dengan madam Mir, juga Jason yang menceritakan kalau jalan masuk bukanlah jalan keluar. Itu membuatku sedikit frustasi, padahal sebenarnya yang mereka bicarakan itu salah besar. Dari sini aku belajar untuk mengikuti instingku sendiri. Terlebih lagi, aku jadi belajar untuk tidak memercayai manusia sinting berkepribadian ganda dan wanita bertopeng yang munafik luar biasa.
Kami berjalan lebih dekat lagi menuju danau itu. Dan semakin dekat kami dengan danau itu, aku semakin ingin menyentuh airnya, memastikan apakah daerah itu aman.
"Apa itu di depan?" tanya Dylan padaku.
Aku terbatuk. "Danau, sebuah danau. Kita ke sana dulu saja, dan kita lihat rencana apa yang bisa kita lakukan setelahnya."
Dylan mengangguk-angguk saja. "Jadi, menurutmu kita ini ... saudara?" tanya Dylan padaku.
Entah mengapa, jantungku mulai berdebar sedikit lebih cepat dari biasanya. Rasa gugup dan keringat dingin dan panas bergantian membasahi wajahku yang sudah kusam berhari-hari ini. Aku agak terpukul mendengarnya, karena sebenarnya, jauh di lubuk hatiku yang terdalam, aku menyukai Dylan. Aku menyukainya sejak melihat cowok itu terjatuh di depanku dengan tangan berdarah-darah, dan aku merasa ada sesuatu yang menarik dari cowok itu. Ya, aku menyukainya, karena dia tampan, kuakui, sedikit bodoh dan idiot, polos, tapi humoris dan penuh perhatian. Aku suka cowok seperti itu.
Setidaknya orang seperti itulah yang kupikir dapat mengimbangiku.
Dan kenyataan yang dikatakan bibi Savannah barusan membuatku sedikit syok. Itu berarti, aku tidak bisa suka dengan saudaraku sendiri. Sedih mendengarnya. Entah apa yang dirasakan Sam sekarang, karena aku tahu Sam sepertinya menyukai Leena. Namun aku segera menepis pikiran itu karena bibi Savannah meralat dengan mengatakan kalau papa Sam bukanlah anak kandung Patrick Ares atau siapalah nama kakek-kakek penghancur prospek hubungan orang itu, yang berarti Leena dan Sam bukan sepupu. Bisa dibilang mereka berbeda keluarga. Dengan begitu, Sam masih mempunyai kesempatan untuk mendekati Leena.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRAPPED : "The Runic Forest" (2013)
Aventure[ BUKU SATU ] Completed ☑ Entah bisa dikatakan sebagai sebuah kesialan atau bukan, empat remaja terperangkap di sebuah hutan yang tidak terdata di peta mana pun di dunia. Seseorang dari van di tengah hutan menceritakan sebuah kisah yang menunjukka...