Saat Xena meneriakkan kata "berpencar", aku sudah merasa jantungku akan berhenti saat itu juga. Kami sudah cukup "hilang" selama beberapa hari ini dan berpencar bukanlah hal yang bagus. Kami tidak punya alat komunikasi yang bisa membuat kami tetap terhubung meskipun sedang terpisah. Tapi, para pemberontak Amun di belakang kami sudah semakin berang. Mereka sepertinya amat marah, padahal kami hanya mengatakan kalau Savannah adalah bibi kami. Kalau kami bersikeras melarikan diri dari mereka ke arah utara, sepertinya bakal ada yang terjatuh dan kalau itu terjadi, tamatlah riwayat kami. Mungkin, kalau dilihat dari sudut pandang Xena, berpencar adalah hal terbaik yang bisa dilakukan. Maka, dengan amat berat hati dan jantung berdebar-debar karena entah kesal atau panik, aku dan Sam berbelok tajam ke kiri, sementara Dylan, Patrick, dan Xena ke kanan. Para pemberontak Amun itu langsung ikut berpencar, namun beberapa di antara mereka tetap mengambil jalan lurus (yang membuat mereka terlihat sangat idiot karena tidak ada orang di depan sana, yang benar saja, apa yang mereka pikirkan? Siapa yang mereka kejar?). Tiga anak buah Amun mengikuti aku dan Sam. Sam menyuruhku berlari di depannya, lalu dia mengambil sebuah batu yang cukup besar dan melemparnya ke arah salah satu anak buah Amun. Untung saja yang memimpin itu langsung roboh.
"Tangkap mereka! Jangan biarkan mereka lepas!" teriak Aapep, si keriting yang awalnya terlihat baik namun akhirnya berubah menjadi serigala rabies yang marah lantaran rusa-nya diambil paksa, dan gencar sekali mengincarku.
"Sam, kita harus melawan mereka. Kita tidak mungkin berlari terus seperti ini. Kalau kita lelah, kita akan jadi lebih dekat sama mereka. Mereka terlihat tahan banting, sedangkan kita terlihat mudah dibanting. Jadi aku tak ingin mengambil resiko."
Sam mendengus. "Tapi apa yang akan kita lakukan?"
"Sudah, hadapi saja senatural mungkin," kataku tenang.
Aku kemudian mengambil sebuah batu yang cukup besar, dan menggegamnya dengan kuat di tanganku. Aku berlari lebih cepat, melihat sebuah pohon yang cukup menarik untuk dijadikan perantaraku untuk menghajar salah satu dari mereka. Kuinjak sebuah batu yang cukup tinggi lalu melompat dan merentangkan tanganku, mendaratkannya di sebuah dahan pohon yang agak tebal, melakukan korbut flip yang tidak seberapa sempurna, dan memukul kepala si keriting itu dengan batu. Seketika itu juga di keriting langsung jatuh dan pingsan. Aku mendarat dengan kedua kaki menginjak tanah. Bisa dibilang aksiku cukup sempurna. Aku menoleh pada Sam yang melihatku dengan tatapan ngeri.
"K-kamu, sejak kapan kamu bisa melakukan itu?"
"Aku pernah ikut kelas gimnastik, sekitar tiga tahun yang lalu selama lima tahun. Lalu out. Setidaknya aku bisa mengambil beberapa pelajaran dari hasil latihanku selama lima tahun itu."
"Tapi itu..."
Belum sempat Sam berkomentar, anak buah Amun yang tersisa menyerangnya. Untung saja reflek cowok itu cukup kuat, sehingga dia langsung mengarahkan tinjunya ke wajah orang itu dan membuat hidung orang itu patah.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRAPPED : "The Runic Forest" (2013)
Aventura[ BUKU SATU ] Completed ☑ Entah bisa dikatakan sebagai sebuah kesialan atau bukan, empat remaja terperangkap di sebuah hutan yang tidak terdata di peta mana pun di dunia. Seseorang dari van di tengah hutan menceritakan sebuah kisah yang menunjukka...