Aku tidak peduli apa kata mereka. Bagiku, kamu tidak sejahat itu.
•••Cklekk
Bunyi pintu terbuka menggema di lorong rumah yang sepi, Alvin dan Putra menoleh ke kanan dan kiri rumah Rian.
Mirna yang memperhatikan kedua teman Rian hanya menggelengkan kepalanya pelan, ia melanjutkan acara memasaknya untuk sarapan nanti.
Alvin dan Putra memasuki kamar Rian dengan langkah hati-hati, mereka takut membangunkan si pemilik kamar dan rencana mereka akan gagal nantinya.
Alvin segera berlari ke arah kamar mandi, mengambil ember yang ia isi dengan air.
"Gimana?" bisik Alvin.
Putra mengangkat ibu jarinya, mengibaskan tangannya ke arah Alvin agar mendekat.
Alvin menggelengkan kepalanya prihatin, "kasian, kalau fansnya tau dia tidur begini. Langsung pada kabur semua." Alvin menoleh ke arah Putra. "Sekarang nih?!"
Putra menggeleng, "sebentar." Ia menyingkirkan selimut dan bantal-bantal yang ada di kasur Rian.
"Sekarang?"
Putra mengangguk, ia melangkah mundur ke arah pintu balkon.
"Satu."
"Dua."
"Ti--"
Byur
"ANJIR!!"
Alvin dan Putra tertawa keras, sedangkan Rian mengumpulkan kesadarannya. Rian melirik bajunya yang basah, memegang rambutnya yang lepek. Matanya memicing ke arah Alvin dan Putra yang tertawa.
"NGAPAIN KALIAN DI SINI?!"
Alvin dan Putra tidak menjawab, mereka tertawa keras karena rencana berhasil dilakukan.
"JAWAB!!"
Putra mengetuk jam tangan yang melingkar dipergelangan tangan kirinya, "jam berapa sekarang? Janjian mau cfd tapi jam segini masih tidur."
Rian mendengus, matanya melirik jam dinding yang berada di atas telivisi, "masih jam lima, masih pagi banget."
Alvin menarik lengan Rian dengan keras, membuat Rian mengaduh kesakitan, "cepetan cuci muka, ganti baju. Kita cfd."
Rian berdecak, dengan langkah malas ia berjalan ke arah kamar mandi. Mulutnya tak berhenti mengumpat karena kelakuan Alvin dan Putra.
"Awas aja, bakal gue bales," gumamnya penuh dendam, pintu kamar mandi tertutup dengan keras menandakan jika Rian tengah kesal oleh kedua temannya itu.
•••
"Berhenti-berhenti." Cantika menumpukan kedua tangannya di atas lutut, napasnya tersengal karena sudah berlari sedari tadi.Nabila mendengus, "Cemen ah, baru segitu aja cape."
Cantika berdecak, "lo kan tau gue lemah kalau lari, mending jalan aja deh."
KAMU SEDANG MEMBACA
[Bukan] Cinta Pertama
Teen Fiction[COMPLETED] Ketika waktu berputar begitu cepat, rasanya ia tidak rela saat masa-masa bahagianya berakhir. Waktu dan takdir bekerja sama atas kisah mereka, mempermainkan perasaan begitu saja sesuka hati. Menerbangkan hati dengan rasa bahagianya, la...