Kamu datang dengan memberikan kebahagiaan. Tapi ingat, kamu jangan pergi dengan memberikan rasa sakit untukku.
•••Langit sudah mulai menggelap, matahari sudah mulai pulang ke tempatnya. Tara mengunci pintu ruang OSIS dan melangkahkan kakinya menuruni anak tangga. Terlihat sangat jelas gurat kelelahan di wajahnya.
Ia melangkahkan kakinya menuju mobil berwarna silver yang terparkir di depan gerbang. Dengan malas Tara membuka pintu mobil, menyandarkan tubuhnya di jok belakang. Matanya terpejam karena pusing menyerangnya.
"Non Tara, kata Nyonya langsung berangkat ke tempat les."
Tara menghembuskan napasnya lelah, "iya Pak."
Tara menyumpal kedua telinganya dengan earphone, menyandarkan kepalanya pada jendela mobil. Memejamkan matanya menikmati alunan musik yang ia dengar.
Tring
Bunyi notifikasi masuk membuat Tara membuka matanya, melihat layar ponselnya dengan tatapan sayu. Jarinya menari di atas keyboard membalas pesan masuk.
Tring
Senyum terbit dibibirnya saat melihat balasan dari seberang, menyandarkan tubuhnya di jok belakang dengan mata yang terus menatap layar ponsel.
Satu-satunya orang yang membuat moodnya membaik saat ini adalah orang yang mengiriminya pesan. Tara sangat berterima kasih pada orang tersebut, beban yang ia rasakan perlahan terangkat karena orang tersebut.
Mobil terhenti di sebuah gedung bercat putih, menghembuskan napasnya lelah karena ia tidak dapat waktu untuk beristirahat.
"Mau ditungguin Non?"
Tara menggeleng, "gak Pak, Bapak pulang aja. Nanti aku pulang naik ojek online."
Sang supir menatap Tara ragu, "tapi Non--"
"Gakpapa Pak, Mama sama Papa juga gak akan tau. Malam ini mereka pergi ke acara ulang tahun perusahaan."
Sang supir mengangguk, matanya menatap ke arah Tara dengan tatapan kasian. Tara melangkahkan kakinya memasuki gerbang gedung, menghembuskan napasnya lelah. Tidak ada waktu untuk istirahat hari ini, Tara harus merelakan cita-citanya yang ingin menjadi guru. Kedua Orang tuanya lebih mendukung dirinya bergelut di dunia kedokteran. Tara berharap kedua Orang tuanya bangga dengan dirinya karena menuruti permintaannya menjadi dokter, walaupun harus merelakan cita-citanya sendiri.
•••
Kertas-kertas berserakan di lantai, seseorang yang duduk di kursi meja belajar mengacak rambutnya frustasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Bukan] Cinta Pertama
Ficção Adolescente[COMPLETED] Ketika waktu berputar begitu cepat, rasanya ia tidak rela saat masa-masa bahagianya berakhir. Waktu dan takdir bekerja sama atas kisah mereka, mempermainkan perasaan begitu saja sesuka hati. Menerbangkan hati dengan rasa bahagianya, la...