✨ Part 23

2K 190 34
                                    

Hati ini masih belum berani untuk kembali memulai cerita. Rasa sakitnya masih membekas hingga saat ini.
•••

Murid kelas mipa4 mulai berhamburan keluar dari kelas menuju lab IPA yang berada di lantai dua

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Murid kelas mipa4 mulai berhamburan keluar dari kelas menuju lab IPA yang berada di lantai dua.

"Sekolompok sama Rian?" tanya Nabila, matanya melirik ke belakang Cantika. Tepat ke arah meja Rian.

Cantika mengangguk, "iya, tenang aja. Gue udah gak galau kok."

Nabila menggeleng, "gue gak khawatir soal itu, gue cuman khawatir hati lo kembali berharap sama itu cowo." Ia terdiam, matanya melirik ke arah Nita. "Nita mau kenalin cowo-cowo ganteng buat lo, katanya."

Cantika menatap ke arah Nita yang tersenyum ke arahnya, "gue bakal bantu lo."

"Bantu apa?"

"Dapetin cowo yang lebih ganteng dari Rian."

Cantika mengerutkan dahinya, tidak mengerti maksud ucapan Nita, "hah?"

Nabila mendengus, "ya begini nih, otak suka gak bener kalau orangnya abis galau. Hatinya masih butuh istirahat, otaknya apalagi."

Cantika mendengus, "udah ah, langsung ke lab yuk."

Nabila dan Nita mengangguk, mereka bertiga melangkahkan kakinya bersama menuju lab IPA. Kelas sudah mulai sepi, hanya beberapa anak laki-laki saja yang masih berada di kelas.

"Lo sama Tara itu sebelasduabelas."

Cantika menatap bingung Nita, "apa?"

"Kalau galau jadi pendiam, sekali-kali kalau galau itu nangis yang kenceng. Hati lo lega, selega lapangan bola."

"Hm."

Mereka memasuki lab IPA yang tampak ramai. Cantika melangkahkan kakinya pada meja nomor dua, di mana kelompoknya berada.

"Materi apa?" tanya Cantika, dirinya mengambil beberapa peralatan yang ada di atas meja.

"Asam basa," jawab Davina, matanya melirik ke arah Cantika yang memainkan alat-alat laboratorium. "Jangan dimainin, nanti pecah kita suruh ganti."

Cantika menaruh kembali alat-alat tersebut, "Alvin sama Rian mana?"

Davina mengedikkan bahunya tak tahu, "ke kantin dulu kali. Betewe, lo bawa pisang kan?"

Cantika mengangguk, ia mengangkat tas kecil berwarna hijau ke hadapan Davina, "semuanya di sini."

"Bawa berapa?"

[Bukan] Cinta Pertama Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang