✨ Part 36

1.8K 166 9
                                    

Kalau seperti ini, lebih baik aku mundur. Daripada aku bahagia, tapi kamu tidak. Karena aku tahu, kamu masih sangat mengharapkannya.
•••

Bel tanda selesai ujian berbunyi, Cantika menyandarkan tubuhnya pada kursi putar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bel tanda selesai ujian berbunyi, Cantika menyandarkan tubuhnya pada kursi putar.

Melirik teman sebelahnya yang juga melakukan hal yang sama, merenggangkan otot-otot tubuhnya yang terasa pegal.

Ia berdiri, matanya menjelajah lab komputer. Mencari Nabila yang duduk di barisan belakang.

Cantika mengedikkan bahunya, ia melangkahkan kakinya keluar saat tidak menemukan Nabila. Berjalan seorang diri di koridor lantai empat menuju kantin.

"Cantik."

Cantika menoleh, ia tersenyum tipis ke arah Rian yang memanggilnya, "gimana ujiannya?"

Rian mengedikkan bahunya, "biasa aja, itu tergolong mudah. Lebih mudah ujian sekolah daripada ujian hidup."

Cantika mengerutkan keningnya, "kenapa sih?! Masih galau?"

Rian melengos, menggelengkan kepalanya kuat-kuat, "anti galau-galau club, banyak cewe yang mau sama gue. Tinggal pilih, status gue berubah."

"Sombong." Cantika memutar bola matanya malas.

"Ke kantin kan?"

Cantika menganggukan kepalanya, "iya."

"Oke... Kalau gitu bareng. Siapa tau jodoh." Rian tertawa kecil diakhir kalimat.

Cantika mendengus, tapi tak ayal ia menahan senyumnya. Merasakan jika wajahnya memerah. Beberapa hari ini ia memang tidak begitu dekat dengan Rian, sama-sama sibuk untuk ujian kenaikan kelas.

Suasana kantin ramai, beberapa jajaran stand makanan dipenuhi oleh siswa siswi yang ingin menuntaskan rasa laparnya.

Cantika menatap penjuru kantin, memicingkan matanya saat melihat Nabila dan Nita yang duduk berdua.

"Itu dia."

Rian menatap ke arah Cantika dengan bingung, "kenapa?"

"Tuh." Cantika menunjuk ke arah meja paling pojok, di mana Nabila, Nita, Alvin dan Putra duduk. "Mereka di sana."

Rian mengikuti tempat yang ditunjukan oleh Cantika, ia menganggukan kepalanya, "mau pesen apa? Biar gue pesenin. Lo kesana aja."

Cantika menggelengkan kepalanya, "gue temenin, lagian gue sering ngerepotin lo."

"Gak usah, udah sana. Biar gue yang pesenin, lo mau apa?" Rian mendorong bahu Cantika pelan.

[Bukan] Cinta Pertama Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang