✨ Part 30

2.1K 195 1
                                    

Seharusnya aku menjauh darinya, tapi hati ini menolak. Ia selalu ingin dekat dengan sang pelangi.
•••

Jejeran gitar mengalihkan tatapan Cantika, ia menatap satu persatu gitar yang terpasang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jejeran gitar mengalihkan tatapan Cantika, ia menatap satu persatu gitar yang terpasang. Dari yang gitar klasik hingga gitar listrik.

Ia menatap ke arah Rian yang meriah berbincang mengenai gitar yang akan Rian beli.

Cantika melangkahkan kakinya menuju grand piano yang ada di sana. Jarinya memegang tuts piano hingga menimbulkan nada.

"Cantik."

Cantika mengalihkan tatapannya ke arah Rian, tersenyum tipis seraya melirik ke arah gitar yang Rian pegang.

"Jadi belinya yang itu?" tunjuknya ke arah gitar yang Rian pegang.

Rian menatap gitar tersebut, ia menganggukan kepalanya, "iya, murah. Yang lain mahal."

Cantika mengangguk, "udah?"

"Mau kemana? Mau makan?"

Cantika terdiam, kepalanya menggeleng tanda menolak ajakan Rian.

"Gakpapa kali, tapi gue punya satu permintaan buat kamu."

Cantika mengerutkan dahinya bingung, "apa?"

Rian menarik lengan Cantika pelan, melangkahkan kakinya keluar dari toko musik.

Menaiki eskalator menuju lantai atas, melewati beberapa toko. Mereka memasuki Gramedia, melangkahkan kakinya menuju rak-rak berisi novel.

"Cari."

"Hah?"

Rian tertawa kecil, "pilih novel sesuka lo, gue yang bayarin. Gak bisa nolak."

Cantika mendengus, "tapi gak mau, gak enak."

Helaan napas terdengar dari mulut Rian, "kebiasaan deh." Ia menarik lengan Cantika menuju rak novel kumpulan horror.

Ia mengambil beberapa buku novel horror yang memiliki series lebih dari satu.

"Nih, recomanded dari gue. Biar gak kehabisan bahan bacaan, sekalian beliin banyak."

Cantika mengerjapkan matanya melihat novel yang berada di tangan Rian, "ini banyak Yan... Satu aja."

Rian menggelengkan kepalanya, "gak ada penolakan dalam hal apapun." Ia melangkahkan kakinya menuju kasir.

[Bukan] Cinta Pertama Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang