Benar kata orang, jatuh cinta itu menyenangkan dan menyakitkan di waktu yang bersamaan.
•••Bunyi pantulan bola basket menggema di lapangan indoor, seorang pemuda dengan keringat yang sudah menetes banyak dari tubuhnya tampak tidak mau menghentikan permainannya.
Tepuk tangan dari seorang perempuan yang sedari tadi menemaninya terus terdengar, sesekali perempuan tersebut bersorak memberikan semangat.
Pemuda tersebut menghentikan permainannya, ia langkahkan kakinya menghampiri sang perempuan.
Perempuan tersebut tersenyum, "nih minum."
Pemuda tersebut mengangguk, "makasih."
Sang perempuan menganggukan kepalanya seraya tersenyum manis.
Dibalik pintu masuk lapangan indoor, seseorang memperhatikan kegiatan mereka berdua. Tatapannya menyendu saat melihat kedekatan dua orang yang sedari tadi ia perhatikan.
Ia sandarkan tubuhnya dibalik pintu masuk, menghembuskan napasnya pelan untuk menetralkan rasa sesak di dadanya.
Ia menegakkan tubuhnya, melirik ke dalam lapangan indoor untuk sekali lagi. Melihat kedua orang berbeda gender yang sedang bercanda ria membuat dirinya iri.
Kakinya ia langkahkan menjauhi lapangan indoor, berjalan di koridor sekolah yang nampak sepi. Hanya beberapa siswa siswi yang masih berada di sekolah, itupun karena kegiatan ekskul mereka.
Tangannya mencengkram tali tasnya dengan erat saat mengingat pemuda yang mengisi hatinya saat ini. Matanya menatap kosong ke arah depan, langit sudah mulai berubah. Terik matahari sudah tidak terlalu menyengat.
Suara canda tawa yang ia kenali membuat dirinya membalikkan badan. Ia melihat pemuda yang mengisi hatinya berjalan bersama seorang perempuan.
Tiba-tiba saja hatinya terasa nyeri melihat kedua orang tersebut, dulu dirinya bisa bercanda tawa dengan pemuda itu. Sekarang? Mereka hanya sebatas kenal, tidak seakrab sebelumnya.
Bunyi deru mesin motor membuat ia mengalihkan tatapannya, motor yang dulu selalu ia naiki bersama dengan sang pemuda.
Tatapannya bertemu dengan tatapan yang selama ini ia rindukan, pemuda tersebut tersenyum tipis kearahnya. Ia menghembuskan napasnya pelan, tidak membalas senyum dari pemuda itu.
Matanya ia alihkan ke arah lain, motor milik pemuda itu melewati dirinya begitu saja. Ia menatap kepergian motor tersebut dengan tatapan gamang, menghela napas sedih dengan kisah cintanya. Ia pikir kisah cintanya akan berjalan mulus, tapi ternyata tidak semulus yang dikira. Banyak rintangan yang harus ia hadapi, hatinya sudah banyak tersakiti oleh pemuda itu.
Menghembuskan napasnya pelan, ia bertekad untuk melupakan perasaannya walau sulit. Ia tidak mau terlalu terpaku pada masa lalu, kisahnya masih panjang dan hidupnya tidak melulu soal cinta.
Jika bisa meminta, ia ingin meminta kepada waktu untuk menghapus perasaannya pada pemuda itu. Sekarang ia harus berusaha agar perasaannya tidak semakin membesar, hatinya sudah lelah karena cinta.
Dan ia akan memperingati dirinya sendiri jika mencintai seseorang butuh batasan. Jika tidak, kejadian seperti ini akan terulang lagi. Matahari mulai tenggelam, sinarnya meredup. Sama seperti perasaannya yang mulai meredup, untuk saat ini.
•••
Jangan lupa vote dan komennya ya, tag temen kamu yg suka baca cerita teenfic. Siapa tau mereka suka.Love you 😘
To be continue
KAMU SEDANG MEMBACA
[Bukan] Cinta Pertama
Novela Juvenil[COMPLETED] Ketika waktu berputar begitu cepat, rasanya ia tidak rela saat masa-masa bahagianya berakhir. Waktu dan takdir bekerja sama atas kisah mereka, mempermainkan perasaan begitu saja sesuka hati. Menerbangkan hati dengan rasa bahagianya, la...