✨ Part 44

1.4K 152 2
                                    

Bisakah kamu pergi menjauh sebentar saja dari hatiku, aku ingin mencari jawabannya. Jawaban yang bisa membuat hatiku menjadi lebih baik keadaannya.
•••

Cantika dan Ambar harus berlari menuju lapangan upacara, Cantika terus menggerutu karena Ambar yang terlalu lama berada di kamar mandi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cantika dan Ambar harus berlari menuju lapangan upacara, Cantika terus menggerutu karena Ambar yang terlalu lama berada di kamar mandi.

"Ayo Tik, jangan marah-marah terus. Nanti cepet tua." Ambar menarik lengan Cantika menuju barisan kelasnya yang berada di ujung.

Lapangan sudah ramai oleh murid-murid, petugas PMR sudah mulai berjaga-jaga disetiap titik.

Cantika mendengus, "dapet di belakang kan tuh." Ia langsung berdiri di belakang Zahra, teman sekelasnya.

"Yang penting kita gak dihukum." Ambar mengedikkan bahunya tak acuh, merapikan rambutnya yang sedikit berantakan.

"Tik, kok bisa telat?"

Cantika menoleh ke arah Nabila yang berdiri di samping kirinya, ia menunjuk ke arah Ambar yang berada di belakangnya.

"Lama banget dia di toilet."

Nabila menganggukan kepalanya, "gue denger kemaren lo dapet surat kematian dari Rian ya?! Kalau gue jadi lo, gue bakar itu surat."

Cantika mendengus, "udahlah Bil, masih pagi juga. Malah ngomongin surat."

Ia menatap ke arah depan, matanya mengerjap saat melihat Ambar yang berdiri di depannya.

"Kok lo ada di sini?!" Cantika mendorong bahu Ambar.

"Lo nya ngobrol, mending gue yang di depan. Lagian lo tinggi, yang tinggi seharusnya baris di belakang."

Cantika mendengus, "gak bisa gitu dong, gue maunya di belakang Zahra."

Ambar menatap Cantika kesal, "udah diem, liat aja upacara yang lagi berlangsung. Gak usah ngomel, daritadi kerjaannya ngomel terus. Gak cape apa itu mulut."

Cantika menatap kesal punggung Ambar, ia menatap ke arah Nabila yang tertawa tanpa suara.

Cantika mendengus, ia melipat kedua tangannya di depan dada. Mengikuti ucapara yang sedang berlangsung dengan mood buruk.

"Udah... Kalian di sini saja. Gabung sama kelas lain dulu, barisan kelas kalian sudah tidak cukup."

Cantika menoleh ke belakang, guru kesiswaan sedang mengatur barisan upacara agar terlihat lebih rapi. Ia tidak mempedulikan siswa-siswa yang dicampur pada barisan kelasnya.

[Bukan] Cinta Pertama Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang