Aku tidak tahu harus apa, senang atau sedih. Kamu dan dia... Berakhir.
•••Melangkahkan kakinya di koridor sekolah dengan kepala tertunduk, tangannya mencengkram tali tasnya.
Hembusan napas kecil terdengar dari mulutnya, ia mengangkat kepalanya. Menatap lurus ke arah depan.
Langkahnya terhenti saat seseorang menghalangi jalannya, dengan wajah datar ia menatap orang tersebut.
"Gimana?" Acha bersidekap dada seraya tersenyum angkuh. "Perkataan gue waktu itu... Bener kan?"
Tara menghembuskan napasnya pelan, "gue mau lewat, minggir."
"Padahal gue udah baik sama lo," ucapnya seraya menatap kukunya yang berwarna pink. "Tapi kayanya lo gak berterima kasih banget sama gue."
Tara berdecak sebal, ia menatap tajam Acha, "terserah gue, kenapa lo gila terima kasih banget sih?! Gue juga gak minta bantuan lo kok."
Acha berkacak pinggang, menatap kesal ke arah Tara, "denger ya, lo itu udah gue bantuin biar tau sifat asli seseorang didekat lo. Tapi..." Acha menggelengkan kepalanya. "Lo masih percaya sama dia."
"Terserah gue, urusan gue." Ia menatap sinis Acha. "Bukan urusan lo." Ia melangkahkan kakinya menjauh dari Acha.
Acha berdecak sebal, matanya menatap kepergian Tara dengan tajam.
"Awas lo," ucapnya seraya menatap tajam Tara yang semakin menjauh.
•••
Alvin menyikut lengan Rian yang sedari tadi diam, ia menatap ke arah Putra meminta penjelasan."Kenapa?" tunjuknya dengan dagu ke arah Rian.
Putra menatap Rian yang mengaduk makanannya tanpa minat, "galau kali."
"2019 masih galau?!" Alvin tertawa. "Gak level."
"Jadi jomblo kayanya."
Alvin tertawa keras, tangannya memukul pahanya sendiri karena merasa lucu dengan ucapan Putra, "2019 masih jomblo?!" Alvin menggelengkan kepalanya. "Rebut aja pacar orang, sekarang lagi jamannya pelakor sama pembinor."
Putra menggelengkan kepalanya, "ngasal banget."
Alvin terkekeh kecil, "gakpapa, sekali-kali jadi orang jahat."
Putra mendengus, ia melemparkan sedotan pada Rian, "kenapa sih lo?! Diem aja."
Rian melirik Putra sekilas, "gakpapa."
Alvin mendengus, "buat gue ya makanannya." Ia menarik piring makanan milik Rian. "Mubazir kalau gak dimakan, nanti dimakan setan."
"Lo setannya," ucap Putra seraya meminum minumannya hingga tandas.
Alvin mengedikkan bahunya tak acuh, melirik ke arah Rian yang nampak tidak masalah jika makanannya ia makan.
Putra menggelengkan kepalanya, ia memainkan ponselnya. Membiarkan Alvin yang sibuk menghabiskan makanannya dan Rian yang sibuk dengan kegalauannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Bukan] Cinta Pertama
Teen Fiction[COMPLETED] Ketika waktu berputar begitu cepat, rasanya ia tidak rela saat masa-masa bahagianya berakhir. Waktu dan takdir bekerja sama atas kisah mereka, mempermainkan perasaan begitu saja sesuka hati. Menerbangkan hati dengan rasa bahagianya, la...