✨ Part 53

1.7K 154 9
                                    

Ketika seseorang yang kita sukai hanya mempermainkan perasaan kita, disitulah rasa sakit yang sebenarnya terasa.
•••

Keputusannya sudah benar, melangkah menjauh dari dia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keputusannya sudah benar, melangkah menjauh dari dia. Hatinya sudah tidak bisa menerima rasa sakit lagi. Walaupun kadang rasa sakit itu mampir dihatinya saat melihat dia dengan yang baru.

Cantika keluar dari lab dengan wajah lesu, moodnya sedang tidak bagus hari ini. Ia menenteng sepatunya seraya menuruni anak tangga menuju kelas.

"Tik."

Cantika menoleh, menatap Ambar yang berlari menghampirinya, "buat UN mata pelajaran pilihannya apa nanti?"

"Biologi."

Ambar mengangguk, "gue juga, males banget ketemu fisika sama kimia. Males berpikir keras."

Brukk

Cantika meringis, ia mengusap bahunya yang tertabrak. Menatap seseorang yang menabraknya dengan kening berkerut tak suka.

"Jalan pakai mata dong."

Orang tersebut menoleh, menatap tidak enak pada Cantika, "maaf ya Cantik, gue gak sengaja."

Cantika mengerjapkan matanya, ia menggelengkan kepalanya pelan, "gak, gakpapa." Ia menghela napas, melirik ke arah Ambar yang sedari tadi menatapnya lalu beralih menatap ke arah Rian. "Kita duluan." Ia menarik lengan Ambar menjauhi Rian.

Sedangkan Rian, ia hanya menatap punggung Cantika yang semakin jauh dengan tatapan yang sulit diartikan. Ia menghela napas, melangkahkan kakinya kembali menaiki anak tangga menuju kelasnya.

Cantika terus menarik lengan Ambar, "cepetan Mbar."

"Tik, kita udah jauh kok dari Rian." Ambar menarik lengannya. "Lagian lo hiperbola banget, biasa aja kali. Kalau lo begini, ketauan belum bisa move on."

Cantika menghembuskan napasnya pelan, "tapi kalau gue deket dia terus, bisa-bisa gue gak jadi move on."

"Itu sih derita lo, salah lo sendiri karena masih mengharapkan Rian yang notabenenya punya pacar."

Cantika melangkahkan kakinya menuju kursi panjang yang berada di depan kelas. Mendudukan dirinya seraya menatap lapangan bola yang terlihat ramai.

Ambar duduk di samping Cantika, melihat murid laki-laki yang sedang memperebutkan bola.

"Kayanya lo butuh ngomong berdua sama Rian deh."

[Bukan] Cinta Pertama Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang