✨ Part 17

2.1K 212 3
                                    

Sekarang... Waktu sedang tidak mengizinkan kita untuk bersama. Tapi nanti, waktu akan memberikan kita ruang untuk berbagi cerita.
•••

Bel istirahat berbunyi di seluruh penjuru sekolah, sorak-sorai murid terdengar semangat menyambut istirahat yang mereka nantikan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bel istirahat berbunyi di seluruh penjuru sekolah, sorak-sorai murid terdengar semangat menyambut istirahat yang mereka nantikan. Tara langsung menarik lengan Nita keluar dari kelas.

"Tar, mau kemana sih?! Gue laper tau, belum makan. Kalau gue mati kelaparan gimana?! Lo gak kasian sama gue?!"

"Diem," ucap Tara ketus.

Nita mengulum bibirnya, merasa bingung dengan mood Tara yang sedang tidak baik hari ini.

"Lo gakpapa?" tanyanya pelan.

Tara tidak menjawab, kakinya terus melangkah ke arah belakang gedung sekolah.

"Oke kalau gak mau jawab."

Tara menghentikan langkahnya di taman belakang yang terkenal sepi, jarang ada siswa-siswi yang ingin datang kemari.

"Tar?" Nita menatap Tara dengan bingung, ia tidak tahu apa yang dirasakan Tara saat ini.

Tara duduk di bangku taman, menutup wajahnya dengan kedua tangan. Tak lama terdengar isakan, bahu Tara bergetar karena menangis.

Nita duduk di samping Tara, menepuk bahu Tara pelan, "kenapa?"

Gelengan kepala yang Tara berikan membuat Nita menghela napas.

"Oke, gue biarin lo nangis. Legain hati lo dulu, baru cerita."

"Gue cape Nit."

Nita menoleh ke arah Tara yang mengusap air matanya,"cape?"

Tara mengangguk, "gue cape, sama semuanya."

"Lo gak boleh nyerah, ini udah jalannya. Gue yakin lo bakal jadi orang paling bahagia nanti."

"Kapan?!" Tara menatap Nita dengan air mata yang terus mengalir. "Orang yang gue sayang aja gak peduli dengan kebahagiaan gue."

"Ada."

"Siapa?! Rian?!"

Nita terdiam, tak lama kepalanya mengangguk pelan, "iya."

Tangannya mengusap wajahnya yang lembab, Tara menyeka air matanya yang ingin turun kembali, "dia gak sepeduli yang lo pikirkan, hanya menjadi hiburan semata doang. Tapi nyatanya pikirannya gak ada di gue."

[Bukan] Cinta Pertama Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang