The Truth

788 121 30
                                    

One day when the brain asks the heart,
"What is wrong?"
The heart simply reply with,
"I'm just tired."

And the brain agrees;
The brain say to take a nap.
But the heart replied again,
"Did you see, this exhaustion, it is not something simply resolved by sleeping."

***

*flashback

Jongin dan Kyungsoo berdiri saling memandang satu sama lain dengan tautan kedua tangan mereka yang tidak terlepas sedari tadi. Senyuman itu sedari tadi sama-sama menghiasi kedua wajah mereka. Kadang terdengar suara tawa kecil dari salah satunya kemudian disusul tawa lain sehingga mereka berdua tertawa bersama, bahkan untuk suatu hal kecil.

Kyungsoo tidak pernah merasa sebahagia dan seringan ini -perasaannya sama sekali tidak pernah seperti ini. Kim Jongin, laki-laki yang sedang berdiri didepannya ini mengangkat salah satu tangannya untuk menyelipkan rambut Kyungsoo pada telinganya sedangkan tangannya yang lain masih setia menggenggam tangan Kyungsoo.

"Sudah, aku ingin pulang."

"Aku antar ya." Tangan Jongin masih setia memainkan rambut Kyungsoo.

Kyungsoo menggeleng. "Kamu pulang saja, rumahku sudah dekat." Tunjuknya.

"Do Kyungsoo..." Rajuk Jongin.

Kyungsoo tetap menggelengkan kepalanya. "Pulang Jongin."

Kyungsoo melepas genggaman tangan Jongin pada tangan kanannya. Dengan senyum terbaiknya Kyungsoo membuat tubuh Jongin berbalik. "Pulang, Jongin. Ini sudah sore."

Jongin menolehkan kepalanya sambil memasang ekspresi wajah sedih andalannya yang selalu bisa membuat Kyungsoo gemas ingin mencubit pipinya. "Baiklah."

Kyungsoo mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi kemudian menggerakkannya kekanan dan kekiri. "Sampai jumpa besok. Hati-hati dijalan."

Jongin tersenyum. "Jangan lupa bawakan bekal yang enak ya." 

"Iya."

Setelahnya kedua kaki Jongin mulai melangkah meninggalkan Kyungsoo sendiri ditempatnya berdiri. Kyungsoo sengaja berdiri disini untuk menunggu Jongin berbelok, memandang punggung tegap itu hingga hilang dari pandangannya.

Kyungsoo mulai berjalan memasuki gang yang akan membawanya menuju rumah setelah benar-benar memastikan Jongin berbelok. Hatinya senang ketika memikirkan bekal apa yang akan dia buat besok. Setelah mereka resmi menjadi sepasang kekasih, Kyungsoo harus rela membagi bekal makan siangnya dengan Jongin, karena itu Kyungsoo membawa satu bekal lagi khusus untuk Jongin.

Tanpa sadar langkah kedua kakinya telah membawanya lebih dekat dengan rumah dan disaat itulah kedua telinga Kyungsoo sayup-sayup mendengar suara seorang perempuan yang meminta tolong disertai dengan sebuah teriakkan.

Aneh.

Jantungnya berdetak kencang ketika langkah kakinya semakin dekat dengan rumah dan suara itu semakin terdengar jelas dikedua telinganya. Suara seseorang yang sangat Kyungsoo sayangi.

Kyungsoo mempercepat langkahnya hingga kedua kakinya sekarang tengah berlari. Didepan sana Kyungsoo bisa melihat kerumunan orang dan seorang laki-laki yang Kyungsoo yakini adalah ayahnya, yang sedang dihajar hingga tersungkur ditanah.

Saat itu Kyungsoo hanya berharap apa yang tengah dilihatnya ini hanyalah sebuah mimpi. Mimpi buruk yang tidak akan terjadi di kehidupan nyata. Namun kedua mata Kyungsoo tanpa sengaja beradu dengan kedua mata ayahnya yang sedang menahan rasa sakit. Bahkan Kyungsoo yakin bahwa ayahnya saat ini tengah berkata, "Pergi," kepadanya.

"Tolong hentikan!"

Kyungsoo menolehkan kepalanya kekanan. Disitu ada ibu yang tengah menggendong Hanbin sambil menangis.

First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang