It sucks when you know that you need to let go but you can't because you're still waiting for the impossible to happen.
***
Jongin termenung didepan pintu restoran ayam milik Kyungsoo yang sudah tutup padahal jam baru saja menunjuk pada angka tujuh lebih tiga puluh menit. Malam ini Jongin berdiri sendirian dengan angin yang bertiup, yang entah kenapa terasa dingin menyapa kulitnya.
Sejak sore tadi Jongin kesusahan untuk menghubungi Kyungsoo, padahal siangnya terakhir kali Jongin berbicara dengan Kyungsoo semuanya masih baik-baik saja. Ada perasaan gelisah yang menggerogoti dirinya. Jongin panik, masih sama seperti terakhir kali Kyungsoo menghilang tanpa kabar. Jongin ingin mencari Kyungsoo, tapi Jongin sendiri tidak tahu kenapa kedua kakinya masih terpaku disini.
Jongin menghela napasnya. Satu kali. Dua kali. Tiga kali. Dan tetap terasa berat.
Kadang jika dipikirkan lagi Jongin selalu merasa mempunyai kesempatan besar untuk bisa bersama Kyungsoo lagi tapi ketika Jongin mencoba mengambil kesempatan itu Jongin pikir dia masih belum melakukan apa pun.
Dulu Jongin pikir semuanya mudah.
Hidup bergelimang harta. Teman-teman yang sama sekali tidak pernah meninggalkannya. Juga banyaknya wanita yang bersedia menjadi pendampingnya. Tapi semua sama sekali tidak berjalan sesuai dengan apa yang dia pikirkan.
Karena Kyungsoo adalah satu-satunya perempuan yang menganggap Jongin biasa saja. Menatapnya dengan begitu dingin. Satu-satunya yang sama sekali tidak berminat untuk menjadi salah satu temannya.
Kyungsoo memang cinta pertama yang Jongin miliki namun Kyungsoo bukan lah cinta pada pandangan pertama seperti banyak orang bicarakan. Perasaan Jongin untuk Kyungsoo terbentuk secara bertahap. Kepribadian, suara, rambut, kedua mata, cara berpaling dan tersenyum yang dimiliki Kyungsoo, lambat laun semuanya menjadi jelas bagi Jongin. Bagaimana jantungnya berdetak kencang dan semakin kencang ketika menemukan Kyungsoo yang tengah sendirian diantara rak-rak buku. Bagaimana perutnya terasa tergelitik karena melihat Kyungso tersenyum. Dan bagaimana senangnya Jongin ketika dia lah alasan Kyungsoo tertawa.
Jongin menghela napasnya lagi.
Satu kali.
Dua kali.
Tiga kali.
Jongin tersenyum tipis. Kadang mengingat Kyungsoo bisa membuat dirinya sedih tapi Jongin lebih memilih bahagia ketika bisa mengingat Kyungsoo.
Jongin merogoh sakunya, menggenggam ponsel berharap akan ada satu dari beberapa notifikasi yang berasal dari Kyungsoo. Jari-jarinya bergerak mengetik sebuah pesan yang akan dia kirim kepada Kyungsoo.
Jika sudah siap, hubungi aku.
Kemudian Jongin menghela napasnya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
First Love
Fiksi Penggemar[COMPLETED] Ini cerita tentang mereka yang mencoba menjadi tokoh antagonis. Tentang mereka yang mencoba menjadi egois. Tentang mereka yang mencoba menjadi sempurna. Jadi jangan benci Jongin untuk menjadi egois. Jadi jangan benci Chanyeol untuk berhe...