[COMPLETED]
Ini cerita tentang mereka yang mencoba menjadi tokoh antagonis. Tentang mereka yang mencoba menjadi egois. Tentang mereka yang mencoba menjadi sempurna.
Jadi jangan benci Jongin untuk menjadi egois.
Jadi jangan benci Chanyeol untuk berhe...
There is a special place in my heart for the ones who didn't give up on me when I almost gave upmyself.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jongin tidak pernah menatap punggung ayahnya selama ini. Hampir sepuluh menit Jongin habiskan dengan memandang punggungnya. Dari tempatnya berdiri Jongin tidak tahu persis, hal apa yang sedang ayahnya pikirkan. Dari tempatnya berdiri Jongin juga tidak pernah tahu persis seperti apa keadaannya.
Sejak Jongin tahu penyebab hilangnya Kyungsoo. Berkali-kali Jongin memikirkan apa penyebabnya sehingga ayahnya tega berbuat seperti itu. Tapi berkali-kali juga Jongin tidak menemukan jawabannya.
Dan disini akhirnya Jongin tahu.
Selama menjadi anak kedua orang tuanya, Jongin tidak pernah dibiarkan tahu bagaimana keadaan mereka. Kedua orang tuanya hanya menunjukan hal-hal yang wajar.
Selama menjadi anak kedua orang tuanya, Jongin tidak pernah bertanya. Karena kedua orang tuanya terlihat baik-baik saja.
Selama menjadi anak kedua orang tuanya, Jongin tidak pernah menyuarakan isi pikirannya. Karena Jongin pikir tidak akan ada yang mendengarkannya.
Selama menjadi anak kedua orang tuanya, Jongin sungguh tidak pernah tahu apa-apa tentang mereka.
"Ayah."
Jongin membulatkan tekadnya saat kedua kakinya melangkah. Jongin harus tahu apa alasan ayahnya. Karena Jongin percaya setiap tindakan yang diambil pasti ada sebuah alasan yang mendukung tindakan tersebut.
"Oh, Jongin."
Ayahnya sedikit terkejut saat melihat kedatangan Jongin. Sedangkan Jongin juga cukup terkejut melihat betapa lesunya wajah ayahnya saat ini yang sedang duduk dikursi goyang kesukaannya.
"Ayah sakit?"
Sedikit ada rasa canggung saat Jongin bertanya, karena sudah terhitung lama sejak terakhir kali Jongin merasa khawatir kepada ayahnya.
Ayahnya menggelengkan kepalanya. "Sedikit lelah."
Jongin berjalan hingga dia duduk disalah satu sofa didekat ayahnya.
Jongin mengedarkan kedua matanya, menatap sekeliling. Ternyata rumahnya tidak berubah sedikitpun. Tata ruangnya masih sama. Foto-foto yang tergantung itu juga masih sama. Yang berbeda hanyalah suasananya.
"Tumben sekali berkunjung?"
Ayahnya mengamati Jongin dari atas kepala hingga ujung kaki. "Kamu tidak berangkat bekerja?"
"Ada sesuatu yang ingin aku tanyakan kepada ayah."
"Apa?"
Jongin mengepalkan kedua tangannya. "Enam tahun yang lalu. Kenapa ayah melakukan itu?"