A Big Coward

468 85 8
                                    

Someone who loves you because your weakness is more valuable than the hundreds of people who love you because of your greatness

Someone who loves you because your weakness is more valuable than the hundreds of people who love you because of your greatness

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jongin membuka kedua matanya ketika dia rasa mesin mobil telah dimatikan, itu berarti dia sudah sampai didepan sekolah. Dengan menghela napas beratnya tangan kanan Jongin bergerak mengambil tas kemudian melirik pintu mobil yang telah terbuka.

Hari ini mungkin akan menjadi hari yang sama seperti yang Jongin lewati kemarin.

Jongin bangun tepat pukul enam, kemudian enam lebih sepuluh menit dia bergerak menuju kamar mandi, lima belas menit kemudian dia sudah siap dengan seragam yang telah dia kenakan, lalu sepuluh menit dia gunakan untuk berdiam diri didepan jendela, menatap sekeliling. Tepat pukul tujuh kurang lima belas menit Jongin akan turun untuk sarapan bersama ayah dan ibunya.

Tidak ada hal yang istimewa. Semuanya sama.

Bangun, mandi, sarapan bersama, berangkat kesekolah, belajar, pulang, dan kemudian belajar lagi bersama guru privat.

"Semoga hari anda menyenangkan."

Jongin mengangkat kepalanya agar bisa bertatapan dengan supir pribadi keluarganya. Kedua sudut bibirnya terangkat. Semoga, pikir Jongin.

"Terima kasih, paman."

Tapi hari-harinya berubah ketika Jongin telah mengenal Kyungsoo. Gadis pendiam yang selalu mengurung diri diperpustakaan, tempat favoritnya adalah duduk dilantai, dipojok perpustakaan diantara banyaknya kursi yang kosong.

"Pernah merasa bosan tidak menjalankan hal-hal yang sama setiap harinya?"

"Kamu bertanya kepadaku?"

Jongin menggelengkan kepalanya sambil menutup bukunya dengan kasar. Tiba-tiba saja dia merasa jengkel dengan sikap Kyungsoo yang masih saja acuh kepadanya.

Lima belas menit berlalu begitu saja, tanpa ada suara dari Kyungsoo yang entah sedang melakukan apa. Sedangkan Jongin, dia masih setia duduk disamping Kyungsoo meskipun dia merasa jengkel dengan sikap Kyungsoo.

"Bosan... sangat bosan. Tapi apa yang bisa aku lakukan jika aku hidup saja masih bergantung dengan kedua orang tuaku."

Kyungsoo meletakkan buku bersampul biru yang selalu Kyungsoo bawa, diatas pangkuan Jongin. Disana tertulis.

Everyday mantra: I woke up. I have clothes to wear. I have running water. I have food to eat. Life is good. God is kind. I am thankful.

Jongin menatap Kyungsoo yang sibuk membaca sebuah buku, seakan-akan tidak ada percakapan singkat yang baru saja terjadi diantara mereka.

Jongin mengangkat kedua sudut bibirnya tinggi-tinggi. Ini mungkin salah satu alasannya kenapa dia masih bersedia melewatkan berjam-jam duduk disamping Kyungsoo, bercerita ini itu meskipun dia tahu Kyungsoo tidak akan menanggapinya. Tapi satu yang Jongin tahu, Kyungsoo selalu mendengarkan ceritanya, sekalipun cerita yang tidak penting seperti -Jongin menemukan sebuah tanaman putri malu disalah satu pot tanaman ibunya.

First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang