Labirin Maut

47.1K 110 0
                                    

Sesum by Your Majesty Lord Luxiufer HyungNim Sama

***

Lari.

Lari.

Lari.

Hanya kata itu yang ada di kepalanya.

Tak peduli betapa kakinya lelah dan perih oleh goresan semak berduri, tak peduli paru-parunya sakit karena dipaksa bernapas kencang melebihi kapasitas normal.

Lari.

Lari.

Lari.

Naluri alami sebagai buruan yang sedang diincar pemangsa terus mendera kakinya untuk terus bergerak.

Labirin tiada akhir ini tak akan menjadi kuburannya. Tidak. Dia tak akan pernah membiarkannya. Sesulit apa pun, dia harus bertahan hidup. Dia sudah berjanji pada kekasihnya. Dia pasti pulang. Pasti.

Setitik cahaya terlihat.

Akhirnya!

Ujung dari labirin!

Bruk!

Di pintu keluar labirin, sesosok tubuh menjulang tegak, menghalangi laju menuju kebebasan.

Tawa teredam di balik topeng gorila seolah mengejeknya.

"Menyerah sajalah, kamu hanya membuang-buang tenagamu dengan berputar-putar di dalam labirin ini. Yah, waktuku juga terbuang sia-sia."

Suara rendah serak. Sekilas terdengar familier, entah di mana dia pernah mendengarnya.

Mencoba mengulur waktu untuk mengumpulkan sedikit tenaga, bertanya dengan napas terengah, "A-apa maumu? Kenapa kamu memburuku?"

Lagi-lagi suara kekehan teredam di balik topeng.

"Kau sungguh tak ingat padaku? Wah, wah, wah ...," tertawa kecil, tangannya terangkat ke kepala, memegangi topengnya, "kau sungguh pria yang dingin. Sayangnya, aku terlalu terobsesi padamu."

Menelan ludah, tangannya meraba-raba permukaan tanah, mencari-cari apa pun yang bisa dijadikan senjata, paling tidak bisa memberi perlawanan.

Dapat!

Batu yang pas di genggaman, sedikit tajam. Walau tidak bisa membunuh, membuatnya terluka sudah lumayan.

Sengaja berlambat-lambat, pria bertopeng gorila menatap puas ke mangsanya yang sudah terlihat pasrah.

Dari balik topeng, matanya nyalang menjelajahi kulit mulus yang mengintip dari balik kemeja yang berantakan. Sebentar lagi pria yang tak pernah menundukkan kepala ini akan menjadi miliknya. Tubuh molek yang sudah lama diimpikannya akan bergetar di bawah himpitannya. Bibir yang tak pernah mengukir senyum akan mendesah penuh kenikmatan.

Ahhh, hanya membayangkannya saja sudah membuat kejantannya bereaksi, menggeliat tak sabar di balik celananya.

Sabarlah, sebentar lagi si pangeran es ini akan menjadi milik kita sepenuhnya.

Senyum samar terukir, mengulang kata bagai mantra untuk menenangkan dada yang bergemuruh tak sabar.

Dari kejauhan, samar-samar mengalun lagu Jaran Goyang, membuat si pemuda yang terduduk di tanah kian tak tenang.

Terakhir kali dia mendengar lagu itu, saat mengungkap kasus perkosaan yang dialami pria muda belia, diberi kode : Ranjang Ternoda. Kasus yang hingga hari ini belum terungkap. Entah siapa manusia sakit jiwa yang mendatangi rumah korban, memutar lagu Jaran Goyang, memerkosa hingga mereka mengalami trauma lahir batin.

SeSum - Selasa MesumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang