Polisi Sesat

10.6K 46 1
                                    

Wajah tampan itu berkeringat. Tenggorokannya terasa kering. Matanya yang keabuan menatap sekeliling dengan awas. Napasnya putus-putus. Detak jantungnya pun berirama tidak normal.

Tubuh tegap itu bersandar pada sebuah tembok gedung, mengintip satu per satu orang yang lewat melalui celah kecil di antara tumpukan kardus usang.

"Sialan! Lari ke mana cecunguk itu?"

"Mungkin sembunyi, Bos!"

"Coba kita cari di sekitar sini."

Sosok itu terkesiap. Napasnya tertahan. Tidak boleh! Jangan!

Langkah kaki terdengar berderap pelan, semakin lama semakin mendekat. Bahkan, untuk mengintip sosok-sosok yang mencarinya pun, dia tidak berani.

"Grey tidak ada di sini, Bos!"

"Hmm ... tidak ada, ya?"

"Apa yang kita lakukan selanjutnya, Bos?"

"Kita akan mencarinya di tempat lain. Ayo!"

Langkah menjauh terdengar beberapa saat setelah itu. Sosok itu mengembuskan napas, lega.

"Ah ...."

Sosok bernama Grey itu meringis memegang bahu bagian kirinya. Baju berwarna biru laut yang dikenakannya menjadi merah. Tangan Grey menekan luka itu, berharap rasa sakit di perutnya berkurang.

Salahkan lagu jaran goyang yang dinyanyikan salah seorang biduwaria, eh biduan waria bernama Gorila atas semua kesialan yang menimpa Grey saat ini. Kalau saja biduan itu menyanyikan lagu lain, ranjang ternoda misalkan, mungkin akan menjadi akhir yang bahagia.

"Aku harus segera pergi dari sini secepatnya!"

Grey meringis dan perlahan berdiri. Rambutnya yang berwarna hitam kebiruan menutupi pandangan.

Grey baru saja berbalik dan tertegun.

"Ternyata kau sembunyi di sini, ya?"

Grey menelan ludah susah payah. Membuka tutup mulutnya, "A-aku ... bukan."

"Sudah kukatakan, jangan mencoba 'pergi' dariku. Namun, kau memang pembangkang!"

"Sean, ini semua salah paham."

Orang yang disebut Sean, melangkah mendekati Grey.

Dengan gerakan tiba-tiba, Sean melumat kasar bibir Grey. Membuat sang empunya bibir membolakan mata.

"Jangan lakukan itu lagi." Sean melepaskan pagutannya, dan saling menempelkan dahi dengan Grey.

"Bos, polisi berhasil menemukan 'gudang' kita!" Seorang bawahan Sean  datang dengan terengah-engah.

"Kalian urus semuanya! Selamatkan apa pun!" Sean memberi perintah.

"Baik, Bos!"

"Grey, ayo kita pergi!"

Desingan peluru terdengar membahana. Letupan senjata api di mana-mana. Grey masih belum terbiasa dengan ini. Orang-orang di hadapannya saling baku hantam.

Sean menarik tangan Grey seraya berlari dengan cepat. Matanya menelusuri jalan, serta otaknya berputar dengan cepat. Digenggamnya erat. Sean tidak akan menyerah semudah itu.

Sean menarik Grey di antara celah bangunan kantor yang berukuran sekitar 2 petak.

"Sssttt!" Sean menempelkan jari telunjuknya di bibir Grey.

"Sial! Kita kehilangan jejak Sean!" seru salah seorang polisi.

Grey membeliakkan matanya ketika jemari Sean menarik turun celana yang dikenakannya.

Tangan Sean yang dingin menggenggam erat kejantanan Grey. Menarik turun dalam tempo cepat lalu melambat.

"Kita harus melaporkan ini dulu kepada Komandan." Salah seorang polisi mengambil sebuah walky talky.

Wajah Grey memanas. Sean gila! Bisa mati mereka jika ketahuan!

"Lapor, Komandan! Kami kehilangan jejak Sean."

Sean menggesekkan kejantanan miliknya di sela bokong sekal Grey. Perlahan namun pasti, mulai tegak berdiri.

"Siap! Laksanakan!"

Grey hampir kelepasan mendesah namun tangan Sean segera menutup mulutnya.

"Jangan berisik. Atau kita akan berakhir di penjara." Sean berbisik di telinga Grey, menimbulkan efek geli.

"Komandan memerintahkan kita untuk menjaga di daerah sini." Polisi tersebut memasukkan kembali walky talky miliknya ke dalam saku.

"Siap!"

Grey menggigit bibirnya ketika merasakan tusukan benda tumpul di lubang miliknya secara mendadak. Dengan cepat, Sean menggerakkan pinggulnya maju mundur.

"Kau selalu nikmat, Sayang!" Bisikkan Sean membuat Grey mengetatkan lubang miliknya.

"Mmhhh ...." Grey menahan hentakan keras Sean yang membabi buta.

"Kau. Milikku!" Sean menekankan ucapannya dengan menusuk lebih dalam.

"Ah! Ah! Iya, Sean!" Grey berucap lirih. Ukuran kejantanan Sean yang luar biasa selalu membuatnya kelabakan.

"A ... ku ...."

Cairan berwarna putih kental keluar dari ujung kejantanan Grey.

"Terima ini, Sayang!" Sean menekan pinggulnya dalam.

Napas Grey putus-putus, senyuman kecil terukir di bibirnya.

"Kau gila!"

"Aku gila karenamu. Terima kasih."

End

SeSum - Selasa MesumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang